Kapal China Mendekam di Perairan Natuna, Indonesia Diam Saja
Kapal-kapal China telah berlama-lama di perairan Natuna yang diklaim Indonesia selama lebih dari tiga minggu, serangan paling terang-terangan dan terpanjang yang pernah tercatat.
Pemerintah Indonesia belum memprotes serbuan kapal survei China dan dua kapal pengawal Penjaga Pantai ke zona eksklusi ekonomi (ZEE) utara kepulauan Natuna, yang kini terus berlanjut di sekitar lokasi eksplorasi gas alam yang menjanjikan selama lebih dari tiga minggu.
“Ini adalah serangan terlama dan paling terang-terangan yang pernah kami lihat, namun belum ada tanggapan sama sekali,” kata analis, mencatat ada tiga kapal penyusup China yang diawasi oleh enam kapal Angkatan Laut Indonesia dan tiga kapal patroli Badan Keamanan Laut (BAKAMLA).
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan, dia “tidak dapat mengkonfirmasi atau menyangkal apakah ada pertukaran diplomatik antara Indonesia dan RRC mengenai masalah ini.” Dia sebelumnya mengatakan kepada Asia Times: “Yang penting bagi kami adalah eksplorasi (di blok gas) tidak terhalang.”
Kementerian Luar Negeri Indonesia memang memanggil Duta Besar China Xiao Qian untuk menanyakan kepadanya tentang latihan pemetaan dasar laut yang diperpanjang, tetapi tidak ada tindakan lebih lanjut yang diambil dalam insiden paling serius sejak kapal Penjaga Pantai China menyita kembali kapal pukat yang ditangkap di perairan teritorial pada 2016.
Drama terbaru itu berlangsung bersamaan dengan pemanggilan Duta Besar Indonesia Djauhari Oratmangun oleh pejabat senior Kementerian Luar Negeri China Liu Jinsong, untuk menyampaikan ketidaksenangan China pada pengumuman baru-baru ini tentang perjanjian keamanan AUKUS baru yang melibatkan AS, Australia, dan Inggris.
Analis mengatakan, tampaknya ironis bagi Beijing untuk mencari dukungan dari Indonesia dan negara inti ASEAN lainnya, di saat negara itu terus merambah ke perairan negara tetangga di Laut China Selatan.
“Ini akan menjadi fakta kehidupan,” ucap komentator regional, yang melihatnya sebagai konsekuensi langsung dari persaingan AS-China. “Namun, mengapa kepentingan China untuk mendesak begitu keras kepada Indonesia? Mereka telah mengubah opini Australia melawan mereka.”
Haiyang Dizhi 10 yang berbasis di Guangzhao memiliki sistem identifikasi otomatis (AIS) yang diaktifkan ketika memasuki ZEE Indonesia pada akhir Agustus, ditemani oleh dua kapal Penjaga Pantai, yang keduanya telah mematikan AIS sejak meninggalkan pelabuhan asal Yulin di Pulau Hainan.
Share This Thread