Kepolisian telah menangkap 52 orang yang diduga pelaku penyerangan.​

Lagi-lagi, kehebohan terjadi di Papua, melibatkan pelbagai suku yang terlibat dalam baku hantam. Minggu (4/10), puluhan orang dari Suku Kimyal menyerang Suku Yali yang ada di rumah, gereja dan hotel di Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo. Imbasnya, enam orang meninggal dunia, 42 luka-luka, ribuan orang mengungsi, tiga rumah dan satu hotel dibakar.

Kemarahan warga setempat konon dipicu oleh kematian mantan Bupati Yahukimo Abock Busup di Jakarta, kata polisi. Kematian Abock memicu tersebarnya kabar bohong dari Jakarta sampai ke Yahukimo, bahwa Abock dibunuh, dan menyebabkan sejumlah orang bergerak.

Kepolisian telah menangkap 52 orang yang diduga pelaku penyerangan.

“Korban yang meninggal dunia (MD) menjadi 6 orang,” kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol AM Kamal lewat keterangannya, Senin (4/10), dilansir dari Kumparan.

Kamal menyebut, di antara 6 orang tewas terdapat 1 di antaranya berasal dari kelompok Suku Kimyal yang juga merupakan dalang kerusuhan pada Minggu (3/10) kemarin.

“1 orang dari terduga pelaku tewas,” ujar Kamal pada Kumparan.

Konflik berdarah tersebut juga mengakibatkan 41 orang dari Suku Yali luka berat. Bahkan 1.000 orang terpaksa mengungsi di kantor kepolisian setempat.

“41 Orang yang sementara masih mendapat penanganan medis di RS Yahukimo,” tandasnya.

Kenapa konflik antarsuku terjadi?
Konflik di Yahukimo, yang disebut dipicu oleh kabar bohong, membuka fakta bahwa belum ada wadah penyelesaian perselisihan antarsuku di Papua, kata Koordinator Jaringan Damai Papua Adriana Elisabeth.

"Pemberdayaan harus dilakukan dari tingkat provinsi, kabupaten/kota, hingga kampung yang jadi basis suku. Kepala kampung bertanggung jawab untuk mencegah hingga mengatasi konflik antarsuku," kata Adriana saat dihubungi wartawan BBC News Indonesia, Senin (4/10).

Adriana menambahkan, ada sarana dialog antarkepala kampung untuk berkumpul dan menyelesaikan masalah.

"Ruang itu yang tidak ada, sehingga dalam mencari keadilan versi masing-masing suku, kekerasan menjadi pilihan dan rawan terjadi. Untuk itu perlu ada sarananya, representasi antarsuku, dan pemerintah hadir," katanya pada sumber yang sama.



Sumber: https://www.matamatapolitik.com/in-d...papua-original