Presiden sementara Gerakan Persatuan Pembebasan Papua Barat (ULMWP) Benny Wenda menuduh Indonesia mengadakan Pesta Olahraga Nasional (PON) ke-20 “di atas tulang rakyat saya”.

“Sementara kita berduka selama tiga tahun operasi militer Indonesia, pertandingan ini adalah tarian di atas kuburan kami, di atas penderitaan kami, di atas tangisan kami,” ucap Benny Wenda dalam sebuah pernyataan, dikutip Asia Pacific Report.

"Saya meminta orang-orang saya untuk mengabaikan pertandingan ini dan fokus untuk membebaskan kami dari tirani ini."

Pesta Olahraga Papua (PON XX) yang berlangsung selama dua minggu, yang sebagian besar dipusatkan di kompleks Stadion Lukas Enembe yang baru di Jayapura, dibuka pada Sabtu (2/10) oleh Presiden Joko Widodo.

Wenda mengatakan, ULMWP telah mengumpulkan informasi baru bahwa dalam tiga tahun terakhir setidaknya 26 tokoh politik lokal Papua Barat dan 20 pemimpin intelektual dan agama telah meninggal dalam keadaan mencurigakan, setelah berbicara tentang hak asasi manusia dan ketidakadilan.

“Beberapa dari mereka adalah pejabat kepala daerah setempat, yang lain adalah orang-orang gereja terkemuka,” ucap Wenda dalam pernyataannya kepada Asia Pacific Report.

“Banyak yang ditemukan tewas di kamar hotel setelah serangan jantung yang tidak dapat dijelaskan, biasanya tanpa bukti forensik yang tersedia.”

'Pembunuhan sistematis'
“Ini adalah pembunuhan sistematis, bagian dari rencana Jakarta untuk menghapus semua perlawanan terhadap kekuasaannya di Papua Barat.”

“Kematian ini terjadi pada saat yang sama dengan Indonesia telah mengirim lebih dari 20.000 tentara baru ke Papua Barat. Mereka membunuh kami karena kami berbeda, karena kami Hitam.”

Wenda mengatakan, ketika Presiden Jokowi mengunjungi “tanah saya seperti turis”, lebih dari 50.000 orang telah mengungsi secara internal oleh operasi militer Indonesia di Nduga, Intan Jaya, Puncak, dan Sorong sejak Desember 2018.

“Anak-anak sekolah menengah dan orang tua baru-baru ini ditangkap dan ditutup matanya seperti binatang di Maybrat. PON XX adalah pencitraan oleh pemerintah Indonesia untuk menutupi bukti pembunuhan massal,” tegas Wenda, dikutip Asia Pacific Report.

“Setiap penggunaan bendera Bintang Kejora, atau bahkan warnanya, telah dilarang sepenuhnya selama pertandingan. Seorang pendeta Katolik Papua ditangkap karena mengenakan kaos bendera Bintang Kejora saat pertandingan sepak bola.”

“Tim dayung Papua kami dilarang bertanding karena memakai warna merah, putih, dan biru, warna bendera kami.”

“Ini terjadi bersamaan dengan penangkapan 17 orang karena menunjukkan Bintang Kejora di Jakarta. Seorang wanita Papua Barat diserang secara seksual oleh polisi selama penangkapan.”


Sumber: https://www.matamatapolitik.com/in-d...n-rakyat-papua