Muak dengan Duterte, Simak Perjuangan K-popers Filipina
Penggemar K-pop Filipina lebih cerdas secara politik daripada yang kalian kira. Artikel oleh Romero Ungu ini sebelumnya dimuat di Al Jazeera dan diterjemahkan oleh MataMataPolitik.
Kapasitas kami untuk memobilisasi, menyusun strategi, dan melakukan kampanye sangat penting untuk membantu kaum muda menyadari seberapa besar kekuatan yang mereka miliki dalam memengaruhi tidak hanya hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2022, tetapi juga masa depan Filipina.
Sama seperti stan (penggemar super) K-pop memobilisasi untuk memilih idola favorit kami, baik itu artis solo atau grup, untuk memenangkan kontes musik, kami juga dapat mengumpulkan stan lain untuk mendaftar dan memilih.
Seperti yang diunggah di Twitter oleh seniman grafis Filipina berusia 22 tahun dan penggemar K-pop pada awal September lalu, “Jika kalian bisa memilih idola kalian, kalian juga harus memilih demi negara kalian juga.”
Dia telah berpartisipasi dalam sesi pendidikan pemilih daring yang saya selenggarakan bersama untuk berdiskusi dengan kaum muda mengapa mereka harus memilih dan meyakinkan orang lain untuk memilih dalam Pilpres Mei 2022.
Saya dan Mayora, rekan penyelenggara acara ini, menyebut sesi ini #Eleksyonisms, istilah yang menggabungkan kata Filipina untuk pemilihan (eleksyon) dan akhiran -isme, yang digunakan oleh milenial Filipina untuk menggambarkan pikiran, keadaan, atau situasi.
Kami yakin, masuk akal untuk mendaftarkan penggemar dalam pendidikan pemilih. Saat ini, lebih dari separuh pemilih terdaftar masih muda dan para penggemar K-pop memang cenderung masih muda.
Kehadiran stan Filipina di dunia maya sangat signifikan, Filipina berada di peringkat kelima untuk pengguna unik yang membahas K-pop di Twitter pada 2020 dan keempat dalam volume twit, setelah Indonesia, Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat, di mana stan K-pop mengklaim telah membajak kampanye Donald Trump pada 2020 untuk merekayasa jumlah pemilih yang rendah.
Jika stan di AS mampu melakukan itu, maka di Filipina, kemarahan dan ketidakpuasan atas buruknya tanggapan pemerintah Presiden Filipina Rodrigo Duterte terhadap pandemi virus corona dan tindakan brutal terhadap kritikusnya di berbagai sektor harus mendorong penggemar K-pop dan anak muda untuk memilih.
Pada November tahun lalu, saya mulai melihat potensi fandom K-pop untuk menghasilkan perubahan nyata di lapangan.
Saat itu, Topan Vamco membawa malapetaka di Filipina. Sebagai jurnalis yang melaporkan bencana alam dan bencana buatan manusia serta perubahan iklim, saya terpaku pada Twitter untuk mendapat pembaruan, saya memantau jumlah korban, tingkat kerusakan, pengumuman oleh pejabat pemerintah.
Namun kemudian sesuatu yang tidak biasa di linimasa Twitter menarik perhatian saya.
Share This Thread