Kelompok pemberontakan yang aktif di Wilayah Sagaing timur mengatakan, pasukan rezim militer Myanmar yang berbasis di daerah tersebut menggunakan warga sipil setempat sebagai perisai manusia, dalam upaya untuk menangkis perlawanan.

Setelah berbulan-bulan menderita banyak korban, pasukan yang ditempatkan di Kotapraja Ayadaw mulai memaksa penduduk desa untuk menemani mereka, saat mereka memasuki daerah di mana mereka berisiko disergap, menurut kelompok itu.

“Mereka membuat warga sipil mendahului mereka ketika mereka menyerang desa. Dengan begitu, penduduk desa terluka jika pemberontak menyerang, dan bukan mereka,” ungkap Yaung Pyan, anggota Tentara Pertahanan Rakyat (PDF) Ayadaw, salah satu dari beberapa kelompok lokal yang melawan rezim, kepada Myanmar Now.

Menurut Yaung Pyan, unit militer yang berbasis di desa Naung Gyi Aing dan Magyi Kan telah terlibat dalam praktik tersebut, yang dianggap sebagai kejahatan perang menurut hukum internasional.

Tuduhan itu muncul di tengah seruan untuk sanksi yang lebih keras terhadap rezim yang merebut kekuasaan pada 1 Februari.

Pada Kamis (7/10), sebuah resolusi yang diadopsi oleh Parlemen Eropa mengutuk pelanggaran berat hak asasi manusia oleh junta, termasuk penggunaan kekerasan terhadap pengunjuk rasa.

Kelompok-kelompok anti-rezim mengatakan, penggunaan perisai manusia oleh junta telah mempersulit mereka untuk menyebarkan ranjau darat sebagai sarana untuk menargetkan pasukan yang dikirim ke wilayah tersebut.

“Satu-satunya cara kita dapat mengatasi masalah ini adalah jika warga sipil mempersiapkan diri, sehingga mereka siap untuk melarikan diri sebelum pasukan tiba atau ketika bentrokan dimulai,” tutur Ba Oh, juru bicara sebuah kelompok yang menamakan dirinya Aliansi Revolusioner Ayadaw, dikutip Myanmar Now.

Gencatan senjata mematikan
Serangan rezim di wilayah tersebut dilaporkan meningkat, sejak mengumumkan gencatan senjata dengan kelompok etnis bersenjata yang aktif di tempat lain di negara itu akhir bulan lalu.

Gencatan senjata tampaknya bertujuan untuk memungkinkan militer berkonsentrasi pada penumpasan kelompok-kelompok yang muncul, setelah penumpasan brutal terhadap protes awal tahun ini.

Wilayah Sagaing kemungkinan akan menjadi titik fokus upaya junta, karena telah menjadi tempat pertempuran paling sengit sejak kudeta. Tidak ada kelompok etnis bersenjata besar yang berbasis di wilayah tersebut.

Rezim Myanmar (yang telah menetapkan setiap kelompok yang menentang kekuasaannya sebagai organisasi *******) telah mengalirkan bala bantuan ke wilayah tersebut sejak pertengahan September.

Menurut sumber lokal, penggerebekan yang melibatkan sebanyak 100 tentara telah dilakukan terhadap desa-desa di kota Ayadaw, Pale, Wetlet, Budalin, Yinmarbin, Kani, Khin-U, dan Salingyi.


Sumber: https://www.matamatapolitik.com/in-d...erisai-manusia