Pemerintah Pusat dengan Daerah Sepakat Normalisasi dan Pengerukan 13 Sungai
Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto mengatakan pemerintah pusat dengan daerah sudah sepakat untuk mengeruk 13 sungai besar yang ada di Jakarta. Dan, dalam waktu dekat akan ada pembicaraan untuk melaksanakan pengerukan kali tersebut.
"Untuk melakukan normalisasi dan pengerukan 13 sungai besar di Jakarta itu membutuhkan biaya yang sangat besar. Proyek tersebut dibiayai pinjaman lunak Bank Dunia," ujar Prijanto saat meninjau normalisasi Kali Mookervart dan menyalurkan 100 unit alat biopori dan 5.000 pohon yang disumbangkan sejumlah perusahaan di kawasan Kelurahan Semanan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, Sabtu (12/4).
Proses administrasi pinjaman dari Bank Dunia, kata Prijanto, akan diselesaikan tahun ini. US$ 150 juta merupakan pinjaman lunak ditambah bantuan hibah US$ 10 juta.
Menurut rencana, lanjut Prijanto, pengerukan 13 sungai pengendali banjir yang telah mengalami kedangkalan itu baru akan dimulai pada tahun 2009. Tahun 2008 ini akan diselesaikan administrasinya. Proyek tersebut terbagi ke dalam beberapa program hingga tahun 2012. Tahun 2009 dilakukan pengerukan, rehabilitasi tanggul, dan perbaikan pompa-pompa sekaligus pembangunan lokasi pembuangan lumpur.
"Rencananya selesai tahun 2010 sehingga waktu dua tahun digunakan untuk pemeliharaan dan peningkaran kapasitas sumber daya manusia dalam penanggulangan banjir di Jakarta," ucapnya.
Sebenarnya, sambung Prijanto, Pemprov DKI telah dan sedang melakukan program normalisasi sungai untuk mengantisipasi bencana banjir. Namun Pemprov DKI Jakarta menemukan kendala keterbatasan anggaran karena luasnya sungai sehingga tidak bisa seluruhnya dikeruk.
"Pemprov punya anggaran pengerukan sungai, tapi terbatas karena luasnya sungai yang akan dikeruk dan dilebarkan," tuturnya.
Untuk mengantisipasi banjir dan kekeringan, Pemprov DKI Jakarta juga tengah melakukan program lubang biopori yang dapat menyerap air ke permukaan tanah.
"Tujuannya untuk mengisi air tanah agar tanah tidak terjadi penurunan turun. Jika air tanah terus kita sedot tanpa ada penyerapan kembali maka dalam 20 tahun bisa terjadi penurunan tanah hinggal satu meter," ujarnya.
Pendangkalan dan tumpukan sampah yang mengakibatkan tidak lancarnya aliran sungai disebabkan kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat sendiri. Kali Mookervart misalnya, yang pada awalnya memiliki luas 70 meter kini mengalami penyempitan hingga yang tersisa sekitar 20 meter.
Sedangkan, di Manggarai juga, kata Prijanto, tumpukan sampah menjadi pemandangan sehari-hari. "Kesadaran masyarakat masih sangat rendah. Mereka menganggap sungai itu adalah tempat pembuangan sampah," pungkasnya. ||bim
FAUZI BOWO - JAKARTA UNTUK SEMUA
Maju terus!
Share This Thread