*Juni 1998
"Jika aku mengikutimu melanjutkan kuliahku di Aussie, apakah kau mau menerimaku menjadi pacarmu?" Dan dia pun diam sejenak. Beberapa saat kemudian, terdengar jawaban pelan, "Akupun sangat menyayangimu, begitu teramat menyayangimu, tapi mama tak mengizinkanku pacaran sekarang, beri aku waktu setidaknya hingga aku masuk ke univ."
"Baiklah, aku tunggu jawabanmu", jawabku.
Itulah pertemuan terakhirku dengannya, oh tidak, dua hari sebelum keberangkatannya ke Australia, dia sempat meneleponku, dan karena mengetahui aku begitu menyukai suara dentingan piano, dia mainkan sebuah lagu untukku. Judulnya? Hmm, sudah begitu lama berlalu, dan aku terlalu terkejut untuk mengingatnya. Esoknya, aku balas menelpon dia. Tak ada kata2 apapun, aku hanya minta waktunya selama 10 menit, dan kumainkan lagu Fur Elise kesukaannya. Setelah selesai, aku katakan, "Aku menunggumu, menunggu jawabanmu."
*Juli 1995
Ini tahun ketigaku di SMP. Tampaknya tak ada yg istimewa, semuanya biasa2 saja kecuali satu hal, mungkin aku sedang mengalami yg namanya cinta ******, ada seorang anak perempuan yg kusuka ^^.
Dia cute, terkenal baik, pandai, dan murah senyum. Hmm, setelah 3 tahun di SMP ini, baru kali ini aku sekelas dengannya. Memandang wajahnya sebentar saja pun sudah cukup untuk membuat kedua pipiku merona merah, huffff, jantung ini berdebar tak karuan. (aku bnr2 masih kecil dan polos ha7)
Dengan kepolosan dan kenekatan seorang anak kelas 3 SMP, aku memberanikan diri bertanya, "Boleh kenalan?" dan dia tersenyum dengan manisnya seraya menjawab, "Aku Diana".
Sahabat terdekatku, Deni, segera saja mengejekku dengan kejamnya saat kuceritakan hal ini kepadanya. Aku hanya bisa pasrah sambil tersenyum bahagia. (Anehnya anak kecil...)
Tahun2 berlalu, dan begitu kebetulannya, di ketiga tahun masa SMA, aku selalu sekelas dengan Deni dan Diana, kedua orang yg sangat kusayangi.
Kami bermain bersama, tertawa dan menghadapi masalah bersama-sama. Ah, sungguh masa-masa yg sangat bahagia, andai saja mesin waktu itu ada, akan kuputar hidupku ke masa itu, lagi, dan lagi.
Sayangnya mesin waktu belum ditemukan, bahkan hingga saat ini, dan ini tahun terakhir SMA kami, aku lebih memilih untuk melanjutkan kuliahku di Bandung, kota yg sangat kucinta semenjak aku kecil.
Deni dan Diana, keduanya memilih untuk melanjutkan kuliah di Australia. Bagusnya, hubungan kami bertiga tidak terputus. Dengan Deni, kami keep in touch via e-mail yg waktu itu kupelajari dengan susah payah...
Aku memang menyukai komputer, tapi hanya sebatas game-gamenya, bukan registrasi yahoo yg menurutku teramat sangat ribet. (waktu itu tahun 1998, bagiku dan mungkin bagi kebanyakan orang, internet adalah sesuatu yang baru ^^)
Dan dengan Diana, ehm, karena sepertinya kurang romantis kalau lewat e-mail, kami berhubungan melalui surat dan telepon (OMG, telepon...Rp 10k permenit dalam statusku yg waktu itu masih sebagai anak kos T_T)
Bagiku, demi cinta, apa yg ngga, ha7
*Awal 2000
Dear Diana,
...
...
Ini tahun kedua kita kuliah, dan seperti kau tahu, aku menyukaimu sejak pertama kita bertemu. Dan aku selalu menunggu jawabanmu.
Bolehkah aku menjadi pacarmu sekarang ^^ ?
...
Rhei
Lama kutunggu, dan tak ada balasan lagi darinya.
*Pertengahan 2000
HPku berdering dengan nomor yg tidak kukenal (banyak dan aneh nomornya ^^). "Halo", sapaku. "Hai Rhei..." Ternyata Deni. Begitu senangnya aku menerima telepon darinya, canda dan tawa langsung mengalir dengan lancar.
"Ada hal serius yg ingin kubicarakan denganmu Rhei, aku dan Diana berpacaran sekarang".
Dengan penguasaan diri yg begitu hebatnya ^^, aku berkata, "Ow, ya bagus juga, selamet yha, lo harus bisa bikin dia bahagia Den."
Deni menyahut, "Lo gpp Rhei? Lo ga marah? Maaf ya kalo g nyakitin lo..."
"Hmm, gpp koQ, asal lo berdua saling sayang, gpp..." (aku sendiri heran, bagaimana bisa aku berkata seperti itu...padahal hatiku begitu sakitnya, dan dalam hati aku menjerit, kenapa!!! kenapa!!! Apa semua yg kau katakan bahwa kamu menyayangiku itu bohong, Diana? Dan Deni..., kamu tau dengan sangat jelas kalau aku sangat menyayangi Diana, kenapa bisa seperti ini? Kenapa harus kamu, sahabat terbaikku? )
"Ya dah ya Rhei, cuma mau ngasih tau, maaf kalo misal g nyakitin lo"
"Hmm, ga koQ Den, g ga apa-apa, jgn ngerasa bersalah gitu, lagian g disini juga dah punya ce koQ (Damn, kenapa g begitu lemah, malah nenangin orang yg jelas2 dah bikin hati g sangat hancur dan kecewa, kenapa malah g yg hibur dia dengan mengatakan ga apa-apa, padahal jelas2 saat itu g apa-apa banget...dan tentang "ce" yg g sebut ituh, sejak kapan g begitu pandai berbohong...)
"Thanks Rhei, kalo gt, g jadi tenang" kata Deni
"Yaph, lo berdua be happy alwayz yha, awas loh Den, jgn kecewain Diana"
"Ok, bye", dia menutup pembicaraan.
Hari itu, aku mengurung diri di kamarku, memikirkan semuanya, bersedih karena semuanya. Aku begitu mengagungkan cinta dan persahabatan, tapi hari ini, keduanya mengecewakanku, menghancurkanku. Aku menangis...
Ingin kubuka hatiku, hmm begini2, aku banyak disukai ce loh, entah sudah berapa banyak yg tertarik padaku namun hanya kubalas sebagai teman, karena aku hanya menyayangi Diana seorang.
Dan aku tak ingin mempermainkan cinta, aku tak ingin berpacaran hanya sebagai pelarianku karena kekecewaan ini.
Begitu kecewa dan sakitnya aku, sehingga aku berpikir, begitu bodohnya orang yg mementingkan persahabatan, karena seorang sahabat terdekatpun dapat berbalik menjadi pisau yg menusuk kita dengan sangat menyakitkan. Akan jauh lebih baik jika "pisau" itu milik orang lain dan bukan sahabat kita sendiri.
Tentu tidak semua sahabat seperti itu, dan betapa beruntungnya mereka yg menemukan sahabat sejati, namun bagiku, kesendirian lebih baik drpd harus tersakiti lagi.
*2008
Aku sudah dewasa sekarang (yah dewasa, karena aku ngga mau dibilang tua T_T), dan segala yg terjadi di masa lalu, baik manis ataupun pahit, sudah dapat kuterima dengan senyum. Kusadari, itu hanya sebagian kecil dr apa yg dapat terjadi selama aku hidup.
Diana sudah kulupakan sama sekali, dan aku merasa sangat bersyukur karena kini di hatiku telah ada seseorang yg sangat aku sayangi, lebih dr aku menyayangi Diana, lebih dari aku menyayangi diriku sendiri.
Mungkin aku tak akan bisa bersama orang yg sangat kusayangi ini karena satu dan lain hal, namun kekosongan hatiku telah terobati, dia 'kan selalu hadir di hatiku selamanya.
Aku begitu menyayanginya, apapun yg terjadi.
--purpleshade--
Share This Thread