Bermodal Rp300.000, Kini Penghasilan Rp200 Juta
Kisah hidup manusia memang tidak ada yang tahu.Begitu juga nasib Slamet Kastalo, 49,seorang juragan perkebunan karet dan kelapa sawit dari Kecamatan Singkut, Kabupaten Sarolangun,Provinsi Jambi.
PADA1980, Slamet meninggalkan tanah kelahirannya di Boyolali,Jawa Tengah, karena ditugaskan sebagai tenaga honorer Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Perkebunan di Kecamatan Singkut, sekitar empat jam perjalanan darat dari Kota Jambi. Gajinyasaatituhanya Rp32.500 per bulan.Dengan penghasilan sebesar itu, dia mengaku cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Tahun demi ke tahun, Slamet yang saat itu masih berstatus bujangan, bercerita bahwa hidupnya sepertinya tidak kunjung membaik. Namun, dia lantas tidak berdiam diri.Prinsipnya,apa pun kesempatan yang ada di depan mata harus dilihat sebagai sebuah peluang besar. Saat ada keluarga transmigran yang menyerah dan memilihpulangke daerahasalnya,lulusan STM Pertanian ini langsung membeli 2 hektare tanah sebagai jatah dari pemerintah waktu itu.
Harganya hanya Rp300.000.”Mereka tidakkuat tinggal di sini, jadi memilih pulang.Banyak transmigran yang seperti itu,”tuturnya. Bermodal latar belakang pendidikannya,dia mulai merintis sebagai petani.Tetapi, ternyata pekerjaan itu tidak mudah.Awal-awal tahun, usahanya bercocok tanam selalu gagal.Padahal,pria bergelar haji ini selalu mencangkul tanah hingga larut malam. ”Waktu itu saya tanam tanaman palawija kayak padi,cabe,bawang,kacangkacangan.
Tapi nggak laku, nggak ada yang beli. Saya pernahbeternak ayam juga. Tapi sama hasilnya, nggak sukses, Selama dua tahun saya seperti itu terus,”ceritanya mengenang kesulitannya saat itu. Tapi, Slamet tidak menyerah. Dia pun menerapkan teknik baru yaitu bertani namun tidak mengikuti selera pasar. Saatharga cabe murah,dia malah menanam cabe. Begitupun saat harga padi menukik.
Baru saat harga produk pertanian tersebut meningkat tajam,Slamet dapat menuai untung karena menjual di bawah harga pasar. ”Jadi kita harus melihat selangkah lebihmaju daripada yang lain, berani beda,” urai Slamet soal kiat suksesnya. Baru pada 1986, pria flamboyan ini berusaha di sektor perkebunan karet. Dengan keuletan dan kegigihannya ditambah sifat pantang menyerah, Slamet bisa mereguk kesuksesan. Usahanya pun berkembang pesat.
Sampai saat ini,Slamet telah memiliki sekitar 129 hektare kebun karet dan 30 hektare kebun kepala sawit yang telah berproduksi di daerah Singkut, yang terletak sekitar 24 kilometer dari Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi itu. Penghasilan per bulannya bisa mencapai Rp150 juta-Rp200 juta per bulan. Sebuah pencapaian yang fantastis dari seorang perantau dari desa.
”Saya tidak menyangka bisa seperti sekarang, dulu punya motor aja cuma mimpi,” kata pria sederhana ini berkisah. Slamet kini membawahi 125 karyawan yang bergaji mulai Rp800.000 hingga Rp4,5 juta.Dalam sebulan, dia harus mengeluarkan kocek Rp200 juta hanya untuk gaji karyawan saja. Selain kebun karet dan kelapa sawit, Slamet juga memiliki peternakan 60 ekor sapi, 24 ekor kambing, serta empat bidang kolam ikan di Boyolali,dua bidang Kebon Jati serta tiga patok sawah juga menjadi kepunyaannya.
Dari hasil usahanya, Slamet kini telah mempunyai empat rumah mewah yang tiga di antaranya dibangun di daerah Candi Gebang, Bantul, serta Kota Gede,Yogyakarta. Empat unit mobil dan satu motor juga setiap hari menghiasi garasi rumahnya. Jika ditotal, kekayaannya mencapai Rp1 miliar! Wow.
Tentunya dengan penghasilan sebesar itu, Slamet tidak kesulitan untuk menghidupi dua istrinya yaitu Sri Milati, 49, dan Devi Apriyanti, 31, serta enam anaknya masing-masing Tina Septiati Kastalo, 21, Tino Deka Kastalo, 18, Elin Akvita Kastalo, 13, Revo Deniro Kastalo,9,Lala Legawa Buana Kastalo, 7, dan Alta Dera Kastalo,7
http://www.seputar-indonesia.com/edi...n-rp200-2.html
Hidup untuk makan dan berprestasi!
Share This Thread