Medusa bukanlah satu-satunya senjata tidak mematikan yang kini tengah dikembangkan oleh angkatan bersenjata AS. Terdapat beberapa senjata tidak mematikan lainnya (nonlethal Weapons) yang bersifat hanya melumpuhkan.
Dalam sebuah laporan bertajuk "Bioeffects of Selected Nonlethal Weapons" yang dirilis akhir Maret lalu tertuang sederet peralatan lainnya. Salah satunya adalah gelombang elektromagnetik yang bisa mengakibatkan orang yang tertembak mengalami kejang-kejang seperti penderita epilepsi. Senjata ini dikabarkan telah digunakan oleh angkatan perang AS saat menginvasi Irak dan membubarkan demonstran di Somalia.
Selain itu, ada pula senjata yang diberi nama Silent Guardian. Seperti namanya, tanpa menampakkan suara dan rupa, senjata itu akan menghasilkan panas yang menyengat hingga radius 500 meter. Suhu tinggi yang dipancarkan oleh perangkat itu berasal dari gelombang energi yang disemburkan secara kuat oleh sebuah lempengan berbentuk persegi berukuran besar.
Piringan itu dipasang di bagian atas kendaraan. Lempengan yang menyerupai antena itu berfungsi untuk memfokuskan energi panas yang ditembakkan. Pancaran itu melaju dengan kecepatan cahaya dan "mengoyak" kulit sampai kedalaman 1/64 inci hingga menimbulkan sensasi terbakar yang menyengat. Silent Guardian dirancang agar bisa digunakan untuk memukul mundur sekelompok orang tanpa menimbulkan luka atau menggunakan kekuatan yang mematikan.
Sistem ini juga bisa mengacaukan kemampuan para penyerang dalam menggunakan senjatanya. "Ini adalah senjata yang dibuat untuk meminimalkan kerusakan dan menjaga keselamatan," klaim Raytheon Company, pembuat senjata itu.
Perusahaan itu pun sangat yakin bahwa senjata buatannya itu tidak berbahaya bagi manusia. Alasannya, Silent Guardian hanya menghasilkan panas sekitar 54 derajat celsius dan energi yang terpancar itu tak bisa menembus dinding.
Namun, Steve Wright, pakar keamanan dari Universitas Leeds Metropolitan, Inggris, tetap mengaku khawatir terhadap keberadaan senjata itu. Menurutnya, sederet teknologi itu sangat berpotensi digunakan untuk menyiksa. Pada tahun 1998 Parlemen Eropa bahkan telah mengeluarkan seruan yang mengutuk penggunaan teknologi untuk hal-hal yang berbahaya yang bertentangan dengan akal sehat manusia.
Penggunaan gelombang elektromagnetik yang dapat menyebabkan epilepsi sebagai senjata, kata Steve Wright, adalah perbuatan yang tidak bertanggung jawab dan semestinya tidak digunakan. Soalnya, orang yang pernah terkena tembakan itu sewaktu-waktu akan kembali terserang kejang-kejang secara spontan.
referensi : http://techno.okezone.com/index.php/...lethal-weapons
Ini jauh berbeda dengan pola kekuatan di era Perang Dingin.
Militer telah ditransformasi, dan orientasi dalam menghadapi perang lebih diarahkan pada penggunaan kekuatan yang lebih ramping tetapi banyak ditopang oleh teknologi.
Share This Thread