Arti hidup dari sang rembulan
Begitu banyak orang yang tidak menghargai nyawanya sendiri,dengan alasan mencari jati diri,terkadang kita malah menghancurkan diri sendiri.Hidup adalah sebuah anugrah,apapun itu bentuknya.Ahir kisah kita adalah mati namun alur cerita itu adalah kehidupan.
Jakarta 18-03-1999
Kata orang segala sesuatu di dunia ini memiliki arti dari keberadaannya.Tapi pernyataan ini ga berlaku buat gua.Kadang mungkin mati lebih baik.Seorang bocah yang selalu merasa hebat dan arogan,yang memandang orang gak lebih dari sangsak buat latihan tinju.
Dan buat gua tahun 1999 adalah awal dimana tiap orang muak akan segala ketidakadilan pemerintahnya namun malah menciptakan "chaostic" yang lainnya.Disebuah ibukota yang ramai tempat dimana penghuninya saling curiga dan acuh,tempat dimana orang dibakar karena mencuri itu dianggap wajar,tempat dimana mereka yang haus akan kekayaan tanpa peduli anak keluarganya,dan datangnya pengaruh-pengaruh luar yang begitu luar biasa.
Sebuah kota tanpa cinta ,mungkin itulah sebutan yang cocok untuk tempatku dibesarkan.Jauh dari orang tua membuatku begitu liar dan bertindak sesukanya.Mencoba sesuatu yang baru mulai dari rokok sampai mabuk-mabukan.Jika mau tahu kehidupan iblis,mungkin itulah kehidupan guah.Jika banyak orang yang hidupnya didedikasikan demi kepentingan orang lain,maka hidup guah didedikasikan untuk menghancurkan hidup orang lain.Dikelilingin banyak penjilat lebih memperpatah kearoganan gua,gak jarang demi terlihat kuat didepan teman-teman,gua harus mau ngehajar seseorang walaupun gua ga punya masalah.Sampai ahirnya gua harus tergelak ditanah bersimbah darah.Dan teman-teman yang katanya sehidup semati malah kabur begitu liad bosnya jatuh.
Semua menjadi gelap dan gua pikir mungkin ini yang namanya mati,tapi ternyata Allah itu ada,biar ada luka tebasan yang panjang dari dada sampe perut ternyata luka itu ga begitu dalam dan juga tidak mengenai organ vital.Walaupun kepala bocor karena lemparan batu,toh yang namanya orang ***** itu susah matinya.Walaupun kata dokter kaki kanan gua cedera parah toh nyawa gua masih sehat-sehat aja.Mungkin ini balesan buat orang-orang yang pernah patah tulang,bocor atau mungkin mati sama gua.
Tapi jika tanpa kejadian ini mungkin gua yang sekarang ga akan pernah ada.Mungkin gua ga pernah tau malaikat itu seperti apa,tapi buat gua ada satu malaikat yang gua kenal.Ketika itu gua baru aja mutusin buat mengahiri hidup yang sampah ini ,toh ga akan ada yang nangis karena sedih(kalau karena lega mungkin juga iya).Angin kencang di atas gedung RS seolah menghalangi niat gua,tapi apalah arti sebuah angin dibandingkan ketololan seorang manusia.
"Hey awas nanti kamu jatuh",tiba-tiba saja ada sebuah suara kecil yang mengingatkan dan dalam detik berikutnya sebuah tangan telah menarik gua.
"Duh,kamu ini jalan pake tongkat gitu kok deket2 ke ujung sih.kalau jatuh gimana"
Aneh dan bingung,Aneh mengapa gua lebih memilih diam dari yang biasanya langsung nonjok ,bingung karena ada kekuatan dari cewek ini yang bikin gua diem.
"Loh,kenapa kok diema aja??"
"Ah,enggak,ga apa-apa kok"
Cewek itu hanya tersenyum kecil"Aku Yuna,kamu siapa?"
"Komet,panggil aja begitu"
Lalu tiba-tiba saja kami berbincang-bincang seperti kawan lama.Yuna begitu cantik dan polos,seolah-olah segala kebusukan di luar sana tidak pernah menyentuhnya.Gua yang ga pernah memperlihatkan kelemahan gua di depan orang lain tiba-tiba aja jadi butuh bantuan dia untuk sekedar menuruni anak tangga dengan tongkat.Darisitu hari-hariku bersama Yuna pun telah dimulai,kami selalu menghabiskan waktu diatap gedung RS.Yuna selalu membawa sebuah buku kecil yang cukup tebal,yang berisi tulisan-tulisannya.Tulisannya selalu berisi mengenai gambaran tempat-tempat tertentu atau tentang aktivitas ringan seorang cewek,dan dia selalu melarangku untuk membuka lembaran ahir dalam bukunya.
"Na,kamu kenapa sih senang banget nulis2 gitu?" tanyaku suatu ketika
Yuna menatapku dan tersenyum kecil.
"Kamu sendiri kenapa hobi banget berantem?"
"Kalau itu si..",pertanyaan Yuna sangat sulit buat gua jawab.
"Kamu ga usah ngejawabnya kok,aku tau kadang kita terlalu arogan untuk mengakui kelemahan kita,setiap pukulan kamu mungkin akan berbekas dalam 1 bulan di wajah seseorang cuman ada 1 luka yang terus bertambah dalam hati nurani kamu,dan ahirnya untuk lepas dari perasaan bersalah itu kamu hanya terus lari dan lari,dari kemarahan kamu dan kesendirian kamu".
"Ah ga juga kok,kalo...",Belum selesai gua mengucapkan sebuah sanggahan,Yuna menggenggam kedua tangan gua.
"Tapi sekarang kamu ga sendirian lagi kok".Angin berhembus dengan kencang tapi entah kenapa hanya kehangatan yang terasa.Tatapan Yuna seolah ngebuat gua setuju dengan pernyataannya.Dan betapa konyolnya kalau segala kebrutalan gua
itu dikarenakan sebuah emosi bernama "kesepian",gua yang selama ini begitu arogan untuk mengakui kalau gua butuh orang lain dalam hidup gua,tiba-tiba saja harus mengakui kalau gua membutuhkan seseorang dalam hidup ini,ya karena saat ini gua berharap waktu bisa berhenti dan Yuna tetap disini.Kehangatan itu diahiri oleh mentari yang kian menurun.
"Yuna,kamu sendiri kenapa selalu nulis?"Gua kembali bertanya sebelum Yuna pergi.
"Aku cuman menulis kehidupanku kok,dan bermain di taman bermainku".Yuna pun menghilang dengan meninggalkan senyumnya.Yah,tulisan Yuna selalu berisikan seorang gadis yang hidup bahagia dan berkecukupan,tentang alam(mungkin dia selalu berekrasi dengan keluarganya kelaut atau gunung).Kehidupan bahagia dengan keluarga yang tidak pernah gua miliki.Gua menjadi begitu iri dengan semua keberuntungan Yuna.
"Na...,kalau gua sembuh kita ke laut yah",gua berteriak sebelum Yuna benar-benar jauh,dan dia hanya membalasnya dengan anggukan kecil
Ahirnya setelah beberapa bulan ,gua udah bisa keluar dari rumah sakit.Walau masih sedikit pincang,tapi bukan itu yang jadi halangan gua untuk ninggalin RS melainkan Yuna.Ternyata takdir tidak mengizinkan gua untuk sekedar mengucapkan perpisahan dengan Yuna.Hujan turun begitu deras,bahkan disertai angin kencang,hampir 3 jam gua duduk ditempat kami biasa bertemu.Terpaan hujan yang deras tidak terasa dibandingkan kegelisahan menunggu Yuna,yah mungkin dia tidak akan datang ditengah hujan seperti ini,emanknya gua ini siapanya?Hujan belum nampak berhenti,ahirnya gua pun memutuskan untuk pergi.Gua sengaja ninggalin sebuah kotak kecil berisikan liontin dan surat ucapan terimakasih,berharap ketika Yuna kemari dia bisa menerimanya.
Gua berjalan dengan gontai kembali ke dunia gua yang dulu,sesekali gua menoleh kebelakang berharap ada Yuna yang memanggil.
"Comet,tunggu!"sebuah suara yang sangat tidak asing lagi terdengar
Gua pun berhenti di depan gebang RS dan berharap itu adalah Yuna.
"Ya ampun yuna,ngapain kamu?"Gua begitu terkejut melihat Yuna yang basah kuyup dan dengan nafas tersengal-sengal
"hah..ha..A..aku"
"Udah nanti aja ngomongnya,kita ke dalem dulu".
"Jangan,kita berteduh dulu aja yah disamping situ".
Agar Yuna tidak lagi terkena hujan gua pun menuruti keinginannya.
Untungnya jaked gua rada tebal,jadi didalamnya kering dan cukup hangat.
"Na,kamu pake ini dulu aja"tawarku sambil memakaikan jaked itu ke Yuna.
"hah...hah..Komet,maaf yah,hah.. aku terlambat"ucap Yuna terengah-engah
"Gpp kok na,lagian kamu ngapain pake ngejar-ngejar aku?"
Yuna berusaha menenangkan dirinya dan kembali tersenyum
"Ha..hah..Biar kamu ga lupa mau ngajak aku ke pantai"
"Mana mungkin lupa,nanti aku kehilangan moment bagus liat kamu pake bikini donk",
"Yee,enak aja.hah..aku pake baju menyelam kok"
"Yah,noraknya keluar deh.mana sexy na"
"Biarin aja,wee"
Hujan seakan telah berhenti karena senyum dari Yuna dan untuk hari ini entah kenapa senyum itu benar-benar istimewa.
"Oh iya,makasih yah,liontinnya bagus".
Begitu gua ngeliat liontin yang menggantung di leher Yuna,saat itu juga gua merasa sebagai cowok paling ***** sedunia,kenapa ga gua tunggu dulu aja dia dateng,jadi diakan ga harus lari-lari seperti ini.
"Maaf juga na,aku kira kamu ga dateng.eh badan kamu kok panas gini?"
"Gak apa-apa kok,tadi aku kan lari-lari ngejar kamu"
"Aku anterin ke kamar yah?"
"Eh,ga usah kamu pulang aja,nanti kemaleman,tuh liad aku udah disusul suster"
Benar saja ketika itu aku melihat dua orang suster yang berlarian ke arah kami
"Bandel banget sih kamu na,pake kabur segala"
"Hehehe..sekali-sekali keluar malem gpp dunk,eh cepet kamu pergi nanti dimarahin suster".
"Ngusir nih ceritanya"
Tapi begitu melihat muka cemberut Yuna, gua pun berlari ke arah gerbang untuk pulang,tak lama dia pun melambaikan kedua tangannya
"Komet jangan lupa ke pantainya kamu yang bayarin yah"
"Beres,asal pake bikini yah".
Penerangan di tempat itu tidak terlalu terang namun entah kenapa senyum Yuna begitu jelas terlihat olehku.Sebenarnya jika boleh gua lebih memilih untuk tinggal lebih lama disitu agar bisa bersama Yuna.
Esoknya gua pun datang kerumah sakit untuk menjenguk Yuna.Tapi gua baru sadar kalau selama ini gua belum pernah tau dimana kamar Yuna dirumah sakit ini.Jadi gua mencoba mencari informasi ke suster yang lewat
"Eng maaf sus,bisa nanya pasien bernama Yuna di kamar brp ya?"
"Mbak Yuna ya"
"Iya,bener sus"
Untuk sesaat suster itu hanya diam dan memperhatikanku.janga-jangan Yuna itu sebenarnya bukan pasien disini sehingga suster itu tampak heran,tapi belum selesai dugaanku ,suster itu kembali bertanya.
"Mas yang kemarin malam sama mbak Yuna di tempat parkirkan"
"Iya,betul sus.saya juga tadinya dirawat disini,nah kemarin itu hari saya pulang".
"Maaf mas,mbak Yunanya belum bisa dijenguk,kemarin sehabis mengantar mas dia roboh dan masih dalam keadaan kritis".
Setelah selesai suster itu pun segera beranjak pergi,hanya gua yang terdiam disitu.Satu lagi ketololan gua dan sekarang Yuna dalam keadaan kritis.Tapi sebenarnya selama ini gua ga pernah tau Yuna itu sakit apa.
Besoknya dengan membawa bunga gua mencoba kembali lagi ke rumah sakit dengan tujuan menemui Yuna.Dengan berpura-pura sebagai pengantar bunga,gua pun menitipkan bunga itu kepada salah seorang suster.Lalu secara diam-diam gua mengikuti suster itu sampai ke kamar Yuna.Suster itu pun masuk ke salah satu kamar VIP.Dan begitu dia keluar dari kamar,gua pun bergegas masuk kesitu.
"Halo na ,pa ka..",jackpot,ternyata Yuna tidak ada di kamar itu,hanya ada sepasang suami istri yang tampak membereskan pakaian dan beberapa perlengkapan tidur.
"Maaf pa..bu,kayanya saya salah kamar",sambil senyum campur malu gua pun menutup pintu dengan perlahan.
"Kamu yang namanya Komet yah?".
Pertanyaan ibu itu mengurungkan niat gua untuk segera pergi darisitu.
"Iya bu,saya Komet.Ibu..ibunya Yuna?"
"Iya betul,Yuna suka cerita tentang kamu"
"Aduh jadi malu,lalu Yunanya dimana ya bu?"
Ibu itu terdiam lalu menangis dan dalam moment ini,gua sedikit lebih pintar untuk menerka apa yang sedang terjadi.
Tanpa sempat mencerna apa yang telah terjadi,sambil duduk ditempat biasa gua dan Yuna bertemu,satu demi satu,frame demi frame mulai susun.Dimulai dari kamar Yuna yang hanya ada orang tuanya,lalu nisan baru dengan nama Yuna,laluterahir sebuah buku kecil,liontin,dan jaked.Terahir gua yang dengan ekspresi ***** duduk sendiri disini.Ditemani "kenapa?".
Kenapa gua ga pernah nanya tentang penyakit Yuna?dan baru tau kalau dia punya kelainan jantung.
Kenapa gua ga pernah cari tahu dimana kamarnya?biar dia ga harus ngejar-ngejar gua.
Dan gua baru sadar kalau apa yang ada dipikiran gua ini salah,menulis adalah hidup Yuna dan buku itu adalah dunia Yuna,halaman demi halaman adalah taman bermain Yuna.awalnya gua ga pernah mengerti kalimat ahir dari alasan Yuna selalu menulis,sampai ahirnya gua baru sadar bahwa Yuna gak pernah pergi ke pantai,gunung,punya kehidupan bahagia kayak cewek lainnya karena kehidupan Yuna hanya sebatas mimpi yang dia tuliskan.Tapi entah kenapa gua melihat kebahagian dari tulisan demi tulisan,semua itu karena Yuna tau betapa berharganya kehidupan dan dia menghargainya dengan seribu kebahagiaan walau itu hanya dalam tulisannya,sementara gua malah berpikiran untuk mengahiri hidup ini.Semua terdengar konyol karena gua yang punya kehidupan malah harus diajari indahnya hidup oleh orang yang sewaktu-waktu bisa mati.Kalau Yuna bisa mendapatkan hidupnya yang indah dari sebuah buku kecil kenapa gua yang punya dunia lebih luas gak bisa.Pertanyaan demi pertanyaan terus menemani gua,sampe ahirnya gua sampai di halaman yang gak pernah boleh gua baca.
Yuna menuliskan seorang pangeran yang sangat sempurna yang bernama Komet,dan karena pangeran itulah Yuna mendapatkan kehidupan yang berbeda,tapi jika dia masih ada,mungkin gua yang akan bilang terimakasih untuk semuanya,jika dia masih ada mungkin gua akan bilang kalau gak akan pernah ngelepasin dia.
Hari ini aku kepantai bersama komet,dan sengaja memakai baju renang baru,tapi tampaknya komet lebih memperhatikan wanita yang lebih seksi deh -_-!
Sebuah tulisan terahir yang terdapat di tempat "pangerannya".Hari telah senja dan kini aku telah berada dipantai dan mulai menulis didalam buku itu
Pantai ini sepi,tapi menjadi tempat terindah karena engkau
Mentari terbenam dan hari menjadi gelap
Tapi selalu terang dengan senyummu
Jika aku tahu senyum itu adalah yang terahir
Maka aku tak akan pernah pergi
Engkaulah rembulan dalam malamku
Begitu indah dan terang
Mengapa tak kau ceritakan segala pedihmu
Hingga purnama berahir dan sabit telah habis
Kau hilang membawa cahaya mentari dalam hidupku
Aku merasakan sebulir air yang mengalir dari mataku,bukan karena kehilangan.Tapi karena senyum terahir yang membekas didalam memoriku.