Negara Harus Rawat Anak-Anak TKI
25 Jun 2011
BANYAKNYA balita berwajah kearab-araban, anak tenaga kerja Indonesia (TKI) korban pemerkosaan majikan di Arab Saudi, perlu mendapat perhatian serius pemerintah.
Anggota Komnas Perempuan Agusti nus Su priyanto menegaskan pemerintah harus merawat anak-anak itu agar masa depan mereka tidak telantar. Salah satunya memastikan akta kelahiran mereka.
"Demi masa depan anak-anakini, tentu saja harus dibuatkan akta kelahiran sehingga ketika bersekolah, dia tidak sulit lagi. Karena di akta nanti, bisa disebutkan, si X adalah anak si ibu Y," kata Agustinus di Jakarta, kemarin.
Namun, pemerintah hingga kini belum menunjukkan kepedulian. Sejak didirikan dua tahun lalu, Rumah Penitipan Anak Tenaga Kerja Indonesia (RPA TKI) yang terletak di Tangerang, Banten, merawatdan mengasuh anak-anak itu secara swadaya.
"Hingga kini tidak ada uluran tangan dari pemerintah pusat dan daerah sehingga RPA TKI harus memohon uluran tangan masyarakat," kata Ketua RPA TKI Yudi Ramdani, kemarin.
Yudi menambahkan, seharusnya balita di RPA TKI menjadi tanggung jawab Kemenaker-trans dan Kemensos atau Pemkot Tangerang. Namun, hal itutidak terjadi.
Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait mengatakan pengasuhan terbaik anak ialah pada orang tua, terutama ibu. Namun, bila orang tua tidak mau mengambil anaknya. Arist menegaskan negaralah yang harus bertanggung jawab mengasuh anak itu. "Pengasuh-annya bisa saja di RPA TKI, tetapi harus dilanjutkan sampai mereka mandiri."
Kepala Badan Nasional Pe-nempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Jumhur Hidayat di Malang, Jatim, kemarin, mengatakan pemerintah tengah mengevaluasi konsep penempatan TKI di sektor pekerja rumah tangga.
"Konsep ke depan, TKI tidak tinggal serumah dengan majikan. Mereka diharapkan menempati asrama. Kalau negara tujuan tidak memiliki aturan itu, arahnya penghentian," koto Jumhur.
http://bataviase.co.id/node/718983
Balita Berwajah Arab di Rumah Peduli TKI
Jumat, 24 Juni 2011 00:00 WIB
MALANG nian nasib anak-anak itu. Mereka, sembilan anak berwajah kearab-araban berusia dua bulan hingga 1,5 tahun, dirawat di sebuah rumah yang beralamat di Jalan Jurumudi, Perumahan Alam Raya, Blok A-75, Kelurahan Belendung, Kecamatan Benda, Kota Tangerang, Banten.
Mereka anak-anak titipan para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di negara-negara Timur Tengah. Anak-anak itu lahir dari TKI yang menjadi korban pemerkosaan para majikan di Arab Saudi.
Karena malu membawa darah daging hasil hubungan tidak dikehendaki, para TKI yang berasal dari daerah Jawa Barat, Jakarta, dan Sulawesi Tengah itu menitipkan bayi-bayi mereka ke rumah tersebut, Rumah Peduli Anak Tenaga Kerja Indonesia (RPA TKI).
"Bayi-bayi itu dititipkan kepada kami selama enam bulan. Setelah itu, biasanya diambil kembali oleh orang tuanya untuk dibawa pulang," kata Ketua RPA TKI, Yudi Ramdhani, 30, kepada Media Indonesia, awal pekan ini.
Sehari-hari mereka dirawat oleh empat pengasuh yang memiliki tugas masing-masing. Ada yang memandikan dan ada pula yang menjaga balita itu bermain perosotan, bola, dan boneka. Setiap hari suasana rumah berlantai dua itu tak pernah sepi dari tangis dan celoteh balita yang lahir tidak dikehendaki tersebut.
Entah bagaimana nasib mereka kelak. Yudi menuturkan, adopsi memang menjadi sebuah pilihan yang dapat ikut menentukan masa depan anak-anak itu. Namun, RPA TKI lebih mengutamakan bayi-bayi itu kembali kepada orang tua mereka.
"Kalau selama enam bulan tidak diambil, kami beri kesempatan enam bulan lagi. Pokoknya, kami tetap berusaha semaksimal mungkin agar bayi itu kembali kepada orang tua mereka. Sebisa mungkin tidak diadopsi orang lain," tutur Yudi.
Tragedi Ruyati, TKI asal Bekasi yang dipancung di Arab Saudi pekan lalu, menjadi bukti betapa getirnya kehidupan buruh migran. Ada lebih banyak lagi nasib pahit TKI yang tak terungkap. Salah satu jejaknya mereka tinggalkan di RPA TKI.
http://www.mediaindonesia.com/read/2...mah-Peduli-TKI
Inilah foto wajah anak-anak dan bayi dari TKI dan TKW, sepulangnya ke Indonesia. Ternyata tak sedikit berwajah blasteran Arab, China dan India.
Samarinda (ANTARA News - Kaltim) - Para TKI yang bekerja di Malaysia sebagian membawa anak dan istrinya, hal itu diperkirakan membawa dampak bagi sektor pendidikan karena terancamnya ribuan anak TKI untuk mendapat pendidikan layak atau sejalan dengan program nasional wajib belajar 12 tahun. Tampak sejumlah anak TKI di Pelabuhan Tawao, Sabah (Malaysia Timur) beberapa waktu lalu. Disiarkan: Senin, 10 Januari 2011 16:12 WITA(Iskandar Zulkarnaen/ANTARA)
Seorang personil KPLP Telukbayur, mengendong anak TKI illegal dari Arab Saudi yang diangkut kapal penumpang Labobar setibanya di pelabuhan Telukbayur, Padang, Sumbar, Senin (2/5).(maril gafur/ant/hms)
Ada ribuan anak-anak TKI Indonesia di Sabah, Malaysia yang tidak bisa nyaman untuk sekolah. Inisiatif warga negara Indonesia di sana mendirikan sekolah darurat masih sangat membutuhkan bantuan dan perhatian dari pemerintah Indonesia dan Malaysia (source)
Petugas Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) dan paramedis membantu turunnya penumpang dari atas kapal. Penumpang yang sakit dan wanita hamil didahulukan. Petugas mencatat ada sebanyak 123 wanita TKI dalam keadaan hamil 1-8 bulan. Sedangkan yang sakit, ada 17 orang. TKI yang sakit langsung dilarikan ke rumah sakit menggunakan ambulans (source)
JAKARTA, 4/5 - TIGA BAYI TKI. Tiga bayi yaitu Mohammad Safaruddin Labobar (kiri), Annisa Meganur Labobarina (tengah) dan Mohammad Laboransyah (kanan) merupakan bayi TKI dari Arab Saudi yang lahir di atas KM Labobar ketika menuju Indonesia setibanya di Pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta, Rabu (4/5). Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) memulangkan sekitar 2.349 TKI yang overstay di Jeddah, Arab Saudi, dengan menggunakan KM Labobar. (FOTO ANTARA)
Tiga anak Elis saat berada di Kementerian Luar Negeri, Rabu (2/6/2010). Mereka telah diserahkan ke Depsos untuk selanjutnya dipulangkan ke Bantaeng, Sulsel (source)
Lima anak TKI yang dipulangkan dari Malaysia karena terlantar diserahkan kepada tiga Rumah Perlindungan Sosial Anak, Senin (7/6/2010) (source)