Page 1 of 25 1234511 ... LastLast
Results 1 to 15 of 373
http://idgs.in/68623
  1. #1
    DoOs_101's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Jakarta
    Posts
    2,371
    Points
    3,181.21
    Thanks: 0 / 9 / 8

    Arrow Indonesia Economy Update

    Commodity Bubble:

    Di hari kenaikan harga komoditas, rakyat bertanya dalam leguh, "apakah kita bisa selamat dalam krisis tersebut?". Tentunya, bagi perekonomian business, kenaikan harga komoditas menyebabkan prospek yang sangat tidak bagus. Tetapi dalam sebuah evaluasi kita perlu melihat pro dan contra masalah.

    Demikian rupa, kenaikan harga komoditas, terutama di bidang industri makanan telah membikin market dunia menjadi panik. Statistik membuktikan bahwa ada kenaikan harga beras per ton dari $619 jadi $771. Seluruh dunia berbalik muka untuk menunggu datangnya krisis dunia yang akan merubah total ekonomi dunia. Tentu dibalik kegelapan selalu ada kontrast.

    Apa penyebab kenaikan harga komoditas?

    Ada dua faktor, yaitu prospek ekonomi Amerika Serikat buruk yang menyebabkan "market panic" dan investasi di bidang Biofuel. Tentunya kalian sudah mendengar tentang teknologi Biofuel, dimana beberapa korporasi ternama ingin mencegah "Global Warming" dengan menaikan konsumsi Biofuel, yaitu minyak tanpa buangan karbon. Produk Biofuel ini menggunakan material tertentu yaitu "palm oil", bahan yang dipakai juga untuk kebutuhan masakan. Dengan menggunakan material "palm oil" untuk kegunaan Biofuel tech, cost opportunitas produksi minyak gorenk buat bahan baku masakan akan naik, sehinga output produksi makanan mengurang. Dalam hal ini, harga akan naik karena turunya produktivitas. Hal ini terjadi di seluruh dunia terutama di Amerika Serikat, ekonomi terbesar yang dapat mempengaruh ekonomi dunia.

    Membicarakan soal ekonomi Amerika Serikat, di dunia ini ada satu hal yang saya sebut "Calm the **** Down!". Dengar berita bahwa prospek ekonomi Amerika menurun, dengan jatuhnya nilai U.S Dollar, para investor dunia menjadi panik. Dengan kepanikan mereka, supaya uang mereka selamat, para investor dunia memindahkan uang panas "stock market" (bursa effek) ke tempat perputaran duit laen, tentunya market komoditas. Karena pindahnya perputaran uang panas ke dalam market komoditas, harga-harga komoditas menjadi naik, ini yang disebut effek "commodity bubble". Melihat situasi tersebut, tidak ada yang salah di ekonomi dunia, hanya manusia nya yang salah, "Baru gitu aja koq dah kayak cacing kepanasan...".

    Prospek terhadap Indonesia:

    Mendengarkan diskusi tentang kenaikan harga komoditas di Good Morning METRO TV, saya sangat terkejut atas komentar yabg sinis dari pengamat ekonomi yang sedang diwawancarai.

    Tentunya ada kerugian bagi ekonomi Indonesia karena kenaikan harga komoditas ini. Tetapi, orang tua saya selalu menanamkan jalan pikir entrepreneur, yaitu disuatu masalah bisa dijadikan opportunitas.

    Ketika harga komoditas dunia naik, kita harus lihat faktor ekonomi yang akan terpengaruh. Tentunya net export kita akan turun, karena Indonesia termaksud pengimpor beras dunia yang paling banyak. Dengan naiknya harga impor beras pasti harga beras yang kita lihat di pasar supermarket akan juga naik, merugikan konsumen negri ini. Tetapi mari kita lihat opportunitas apa yang menyembunyi dibalik epidemik ini.

    Sebagai jawaban dari kenaikan harga komoditas international, akan mempengaruhi konsumsi makanan dan lantas konsumer negri Indonesia akan mengalihkan konsumsi bahan pokok mereka terhadap bahan lokal. Tentunya dengan peristiwa ini akan ada kekurangan supply, sehingga banyak rakyat yang kelaparaan. Kelaparaan, bagi orang mereka sebut masalah, bagi saya, kelaparaan adalah, oportunitas.

    Mari kita analysis, apabila ada kelaparaan apa yang orang akan lakukan? Terutama di tempat terpencil negri ini, penduduk-penduduk petani akan menaikan produksi pertanian mereka. Investor yang tadinya tidak suka menginvest di industri agrikltur akan berbalik pikiran dengan adanya shortage ini, karena mereka memikirkan untung dan apabila ada demand shortage, ada oportunitas buat membuka business makanan baru. Lebih penting lagi, negri ini tidak perlu menghawatirkan pergantian cuaca untuk menanam padi laen kata di Amerika mereka hanya bisa produksi padi dalam 4 bulan.

    Sebelumnya banyak investor yang tidak mau menginvest di industri agrikultur karena kompetisi nya sangat besar terutama kompetisi harga komoditas import yang sangat rendah. Tetapi harga komoditas import telah naik, sehingga apa? Investor akan berubah pikiran untuk menginvest di industri agrikultur karena opportunitas besar dan kompetisi harga sangat inelastik.

    Solusi di balik masalah "Commodity Bubble"

    Dengan adanya opportunitas tersembunyi dibalik persitiwa krisis dunia ini, kita bisa membuat konklusi bahwa diwaktu krisis dunia adalah waktu yang tepat bagi negri Indonesia untuk meningkatkan produtivitas dalam mengunakan sumber penghasilan yang tersedia di tanah dan air Indonesia.

    Tetapi perlu diketahui bahwa masalah cuaca buruk di negri ini perlu diatasi dengan adanya bantuan dari negara republik. Ekonomi market tidak bisa jalan sendiri tanpa bantuan negara. Hal cuaca buruk, terutama kebanjiran yang melanda beberapa kabupaten di propinsi Jawa mengingatkan saya kepada kasus kekurangan air yang terjadi empat tahun yang lalu, dimana kekeringan melanda produktivitas perkebunan. Please deh... Kalo kekurangan air enjoy aja kale, giliran triak-triak minta air dapet nya kelebihan... BANJIRRRRR.

    Economy Update
    April 7th, 2007, in Business & Economy, Forecasts & Reports, Indicators, Investment, Trade & Exports, by Patung
    The World Bank’s report card and predictions for the Indonesian economy.


    The World Bank in its “East Asia & Pacific Update” says a strong pickup in economic growth occurred at the end of 2006 and into early 2007, but recent natural disasters such as the Jakarta floods, the Sumatra earthquake, as well as transport accidents such as the Adam Air crash and the Garuda crash, will likely dampen this.

    Growth is expected to be at 6.3% for Indonesia in 2007 and 6.5% in 2008. World economic growth will slow down mildly in 2007 but Indonesia is less dependent on exports than other East Asian economies. Bank lending rates should come down. Central and regional government should be more generous in their spending programs.

    2006 exports exceeded $100 billion for the first time ever, rising by 18% on 2005 in dollar terms, led by 20% growth in non-oil and gas products, this being partly caused by high international commodity prices especially for rubber, palm oil and coal.

    The current account surplus rose to $9.6 billion in 2006, much higher than 2004 ($1.6 billion) and 2005 ($0.3 billion). International reserves rose from $35 billion in 2005 to $43 billion in 2006.

    Markets are becoming confident, the rupiah has been steady in the range of 9,000-9,200 against the US dollar. Government bond yields continue to fall reflecting a positive outlook for inflation and further cuts in interest rates.

    The Jakarta stock exchange continues to trade near all time highs.

    Inflation fell to 6.6% at the end of 2006, lower than Bank Indonesia’s target of 7-9% but higher than expected due to recent increases in food and especially rice prices. January and February 2007 inflation was worryingly high.

    Government spending continued to be lower than forecast in the budget and the debt to GDP ratio fell sharply. The preliminary 2006 results show a budget deficit of 1.1% of GDP, lower than previous estimates at 1.3% of GDP. The government debt to GDP ratio dropped to 41% from 45% in 2005. Both central and regional government spending are too low, capital spending needs to be higher.

    In mid 2006 the President announced major new poverty reduction programs designed to create employment, stimulate local economies, build community participation, and improve health and education standards.

    The key to poverty reduction is the price of rice. Recent increases in rice prices, as well as the termination of the unconditional cash transfer program could weaken poverty reduction efforts or even lead to an increase in poverty rates in 2007 despite good economic growth. However prices of rice are being stabilised by the government’s decision to import some rice.

    Unemployment appears to have stabilized at just over 10%.

    Parliament has passed a new investment law providing, among other things, equal treatment between domestic and foreign investors, binding international arbitration, the elimination of forced divestiture, land use rights of up to 95 years (from 35 years previously) in certain cases, and extended residency permits for foreign investors.
    Situs original

    Coba kalian baca menarik ini, analysis mereka sangat tajam dan akurat.

    My comment on this article:
    DoOs_101 Says:

    April 15th, 2007 at 9:24 pm

    Government spending continued to be lower than forecast in the budget and the debt to GDP ratio fell sharply. The preliminary 2006 results show a budget deficit of 1.1% of GDP, lower than previous estimates at 1.3% of GDP. The government debt to GDP ratio dropped to 41% from 45% in 2005. Both central and regional government spending are too low, capital spending needs to be higher.

    The Indonesian Government as said should increase their Government spending due to the following reasons. Firstly, when the private sector of the economy weaken, considering the fact that agricultural production is low and price stability for primary goods such as rice is unstable, the market will not correct itself. Secondly, with Government spending money will be injected to the Economy’s flow of income, which is an increment to account for National Income.

    The key to poverty reduction is the price of rice. Recent increases in rice prices, as well as the termination of the unconditional cash transfer program could weaken poverty reduction efforts or even lead to an increase in poverty rates

    I’ve heard that the Government reacted with a public transfer payment program called the BLT (Bantuan Langsung Tunai). In my opinion this is a poor program to account Government spending due to the following reasons. Firstly, a public transfer payment is excluded from the economic GDP. This program will not be taken into any considerations of the economy’s economic growth. Secondly, the money from a public transfer payment will not grow because the money will be taken for household’s spending instead and will be injected back to the government. Since then the program will not cause any growth.

    In a situation like this, the Government should focus more on project spending in the factors of infrastructure (railroad, port, road, telecommunication, energy, electricity, irigation, and ect). However these undergoing projects currently progressing slowly and is below National Budget’s target. Some factors that causes this to happen is the following:

    - Reformed system in bureaucracy is not yet formed in the transition to Democracy.

    - Fear of anti-corruption act in the bureaucracy mechanism.

    - Power is distributed among many institution and therefore there is no certain direct command.

    - The relationship between Central Government and Provincial Government is weak.

    I hope this analysis is taken into consideration.

    Regards,
    DoOs_101
    Last edited by ekspresi; 28-08-08 at 19:25.
    Quotes of the week:
    "He vanishes only to return as a tyrant."


  2. Hot Ad
  3. #2
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    DR Jusuf Kalla: Indonesia Sedikit di Bawah Tiongkok
    [KUALA LUMPUR] Wakil Presiden (Wapres) Muhammad Jusuf Kalla mengemukakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sesungguhnya hampir sama dengan beberapa negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina, namun sedikit di bawah Tiongkok dan India. Tetapi masalah yang dihadapi Indonesia adalah laju inflasi yang tertinggi dibandingkan dengan negara-negara Asia, tingkat pengangguran terbuka, dan tingkat kemiskinan yang juga masih relatif tinggi sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia terasa lebih lambat dari negara-negara itu.

    "Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi agar dapat mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan," kata Jusuf Kalla dalam pidato ilmiahnya saat menerima gelar doktor honoris causa dari Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (21/7). Pidato ilmiah Jusuf Kalla pada penerimaan gelar doktor itu berjudul Arah Ekonomi Indonesia: Konteks Global dan Regional.

    Wartawan SP, Alex Madji, dari Kuala Lumpur melaporkan, saat mengawali pidatonya, Kalla menyebutkan bahwa dirinya sudah beberapa kali diminta oleh berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri untuk menerima gelar doktor honoris causa. Tetapi dengan berbagai alasan, terutama karena dia tidak mau memakai berbagai gelar, dia tidak mau menerimanya.

    Universiti Malaya termasuk salah satu universitas yang sudah beberapa kali meminta Kalla untuk menerima gelar doktor kehormatan tersebut, tetapi beberapa kali pula dia menolak. Terakhir, Universiti Malaya memintanya melalui Wakil Perdana Menteri Malaysia Dato Sri Mohamad Najib Tun Haji Abdul Razak. Atas permintaan Wakil Perdana Menteri Malaysia itu akhirnya Jusuf Kalla tak kuasa menolaknya.

    Kemiskinan dan Pengangguran

    Lebih lanjut dalam lanjutan pidato ilmiahnya, Kalla menyatakan keyakinannya bahwa masalah kemiskinan dan pengangguran di Indonesia akan terus diatasi dengan makin banyaknya investasi baik dalam maupun luar negeri, serta didukung stabilitas politik dalam negeri.

    Optimisme Kalla itu didasari kenyataan bahwa pascakrisis, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia telah meningkat. Begitu pula pendapatan per kapita yang meningkat 50 persen menjadi US$ 1.600, dibanding sebelum krisis. Ekspor juga telah mencapai angka di atas US$ 10 miliar per bulan, dan pertumbuhan ekonomi tahun 2007 diharapkan mencapai 6,3 persen.

    Bahkan dia menargetkan, kondisi pertumbuhan ekonomi yang membaik ini akan terus berlanjut hingga men- capai angka 8 persen pada 2009 mendatang. Dengan pertumbuhan ekonomi seperti itu, Indonesia bisa membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas lagi, mengatasi pengangguran, dan menekan angka kemiskinan sekecil mungkin.

    "Pertumbuhan ekonomi negara-negara besar seperti Tiongkok, India, dan Jepang serta negara-negara ASEAN yang lebih baik, sangat berpengaruh pada ekonomi Indonesia secara positif," papar Kalla.

    http://www.suarapembaruan.com/News/2...Utama/ut02.htm

    betul!
    Last edited by ekspresi; 03-06-08 at 07:47.

  4. #3
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Tingkat Kerawanan Krisis Kali Ini Lebih Rendah

    TEMPO Interaktif, Jakarta:Sejumlah kalangan menilai krisis ekonomi jilid kedua bukan mustahil kembali menerjang kawasan Asia, termasuk Indonesia. Namun, dibanding 10 tahun lalu—2 Juli 1997-- saat krisis keuangan menerjang Korea Selatan, Thailand, dan Indonesia, tingkat kerawanan krisis kali ini jauh lebih rendah.

    Menurut Perwakilan Senior IMF di Indonesia Stephen Schwartz, dalam sepuluh tahun terakhir, Indonesia dan negara-negara lain di kawasan Asia telah belajar dari pengalaman pahit dan menerapkan berbagai pembenahan yang berujung pada kondisi ekonomi yang menjanjikan dengan tingkat kerawanan yang rendah. “Khusus Indonesia, kerangka ekonomi makro kini berada dalam kondisi lebih kukuh,” katanya.

    Pengelolaan fiskal yang baik, kata dia, juga telah membuat rasio utang Indoensia terhadap produk domestik bruto (PDB) terus menurun menjadi di bawah 40 persen dari sebelumnya hampir 100 persen.

    Seperti bank-bank sentral lain di kawasan, menurut Schwartz, Bank Indonesia menerapkan rezim nilai tukar yang luwes dan kerangka penargetan inflasi yang eksplisit. Alhasil, bank-bank sentral lebih mudah mengelola gejolak aliran modal, kendati itu tetap merupakan tantangan dan ancaman yang harus diwaspadai baik di Indonesia, maupun negara berkembang (emerging markets) lainnya.

    Vice Chairman UBS Investment Bank Lord Brittan mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia jauh membaik dibanding 10 tahun lalu. Itu terlihat dari menurunnya tingkat suku bunga, angka kemiskinan, perbaikan sektor perbankan, serta keluarnya kebijakan pemerintah yang kondusif. “Tingkat ketahanannya lebih kuat, sehingga potensi terulangnya kembali krisis sangat tidak mungkin," ujarnya.

    Menurut pengamat pasar modal Goei Siauw Hong, aliran modal panas (hot money) yang banyak masuk ke Indonesia akhir-akhir ini perlu diwaspadai. Seperti 1997 lalu, dana-dana tersebut bisa saja tiba-tiba ditarik keluar . “Bila ini terjadi, guncangan ekonomi bukan sesuatu yang mustahil,” ujarnya.

    Namun, kata Hong, “kerawanan krisis kali relatif kecil kecil karena perbankan sekarang jauh lebih sehat dan utang korporat yang jauh lebih kecil.”

    Seandainya ada potensi krisis, Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah yakin sumbernya bukan datang dari perbankan nasional seperti dulu. Sebab daya tahan perbankan domestik kini tidak perlu diragukan. Dari total 130 bank, katanya, “Paling cuma tiga bank yang akan kesulitan bila ada krisis lagi.”

    [KUALA LUMPUR] Wakil Presiden (Wapres) Muhammad Jusuf Kalla mengemukakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sesungguhnya hampir sama dengan beberapa negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina, namun sedikit di bawah Tiongkok dan India. Tetapi masalah yang dihadapi Indonesia adalah laju inflasi yang tertinggi dibandingkan dengan negara-negara Asia, tingkat pengangguran terbuka, dan tingkat kemiskinan yang juga masih relatif tinggi sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia terasa lebih lambat dari negara-negara itu.

    "Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi agar dapat mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan," kata Jusuf Kalla dalam pidato ilmiahnya saat menerima gelar doktor honoris causa dari Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (21/7). Pidato ilmiah Jusuf Kalla pada penerimaan gelar doktor itu berjudul Arah Ekonomi Indonesia: Konteks Global dan Regional.

    Wartawan SP, Alex Madji, dari Kuala Lumpur melaporkan, saat mengawali pidatonya, Kalla menyebutkan bahwa dirinya sudah beberapa kali diminta oleh berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri untuk menerima gelar doktor honoris causa. Tetapi dengan berbagai alasan, terutama karena dia tidak mau memakai berbagai gelar, dia tidak mau menerimanya.

    Universiti Malaya termasuk salah satu universitas yang sudah beberapa kali meminta Kalla untuk menerima gelar doktor kehormatan tersebut, tetapi beberapa kali pula dia menolak. Terakhir, Universiti Malaya memintanya melalui Wakil Perdana Menteri Malaysia Dato Sri Mohamad Najib Tun Haji Abdul Razak. Atas permintaan Wakil Perdana Menteri Malaysia itu akhirnya Jusuf Kalla tak kuasa menolaknya.

    Kemiskinan dan Pengangguran

    Lebih lanjut dalam lanjutan pidato ilmiahnya, Kalla menyatakan keyakinannya bahwa masalah kemiskinan dan pengangguran di Indonesia akan terus diatasi dengan makin banyaknya investasi baik dalam maupun luar negeri, serta didukung stabilitas politik dalam negeri.

    Optimisme Kalla itu didasari kenyataan bahwa pascakrisis, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia telah meningkat. Begitu pula pendapatan per kapita yang meningkat 50 persen menjadi US$ 1.600, dibanding sebelum krisis. Ekspor juga telah mencapai angka di atas US$ 10 miliar per bulan, dan pertumbuhan ekonomi tahun 2007 diharapkan mencapai 6,3 persen.

    Bahkan dia menargetkan, kondisi pertumbuhan ekonomi yang membaik ini akan terus berlanjut hingga men- capai angka 8 persen pada 2009 mendatang. Dengan pertumbuhan ekonomi seperti itu, Indonesia bisa membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas lagi, mengatasi pengangguran, dan menekan angka kemiskinan sekecil mungkin.

    "Pertumbuhan ekonomi negara-negara besar seperti Tiongkok, India, dan Jepang serta negara-negara ASEAN yang lebih baik, sangat berpengaruh pada ekonomi Indonesia secara positif," papar Kalla.
    http://www.suarapembaruan.com/News/2...Utama/ut02.htm

    yup lewat ekspor beras pasti bisa
    Last edited by ekspresi; 03-06-08 at 07:48.

  5. #4
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    DoOs jadi mentri keuangan aja

    berarti kita harus meningkatkan produksi agrikultur kita agar bisa dapat keuntungan?

  6. #5
    DoOs_101's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Jakarta
    Posts
    2,371
    Points
    3,181.21
    Thanks: 0 / 9 / 8

    Default

    Iya mengambil kesempatan kompetisi yang berkurang. Tentunya perlu insentif dari para Investor lokal. Tetapi sudah banyak sekali investor luar yang ingin menginvest di Indonesia, Thailand, Malaysia. Karena apa? Karena mereka perlu taro uang safety di tempat yang tidak terpengaruh banyak oleh turbulance ekonomi dunia.

    Saya datang ke seminar pembicaraan tentang prospek ekonomi Indonesia, mendengarkan pembicaraan dari UN WTO. Dengan statistik mereka membuktikan bahwa prospek ekonomi Indonesia sangat bagus apalagi kalo calon presiden Barak Obama memenangkan eleksi.

    Saat ini GDP indonesia berada di 6% bila bisa dinaikan ke 8% dan long-run 10%, kita bisa berkompetisi bersama India dan China karena domestic demand Indonesia sangat besar, tingkat konsumsi nya tak kalah dengan negara maju, yang saya sedang ajukan adalah Supply Side economics, arti kata "push the supply".
    Quotes of the week:
    "He vanishes only to return as a tyrant."


  7. #6
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    he he, bagus deh, gw juga baca berita kalo pemerintah berencana ekspor beras

  8. #7
    DoOs_101's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Jakarta
    Posts
    2,371
    Points
    3,181.21
    Thanks: 0 / 9 / 8

    Default

    Quote Originally Posted by MimiHitam View Post
    he he, bagus deh, gw juga baca berita kalo pemerintah berencana ekspor beras
    Iya kan, export beras juga dan kenaikan supply beras untuk rakyat kecil... Decision yang bagus.

    Gua lihat di negara ini masalah nya cuma ada 2:

    1. Political Imbalance
    2. Corruption

    Karena adanya kedua masalah ini, ekonomi rakyat kecil tidak bisa menyentuh kenaikan pertumbuhan ekonomi, cuma yang di kelas bagian atas.
    Quotes of the week:
    "He vanishes only to return as a tyrant."


  9. #8
    PDSP's Avatar
    Join Date
    Feb 2008
    Location
    P.R.L 412, Club non homo IDGS!
    Posts
    1,840
    Points
    2,228.40
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    setuju bgt, gw binun, coba dch ke sumatera, nusa tenggara dan daerah2 lain, disono kelapa sawit bejibun, tapi yg gw binun harga minyak sayur naek terus

  10. #9
    DoOs_101's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Jakarta
    Posts
    2,371
    Points
    3,181.21
    Thanks: 0 / 9 / 8

    Default

    Tolong dimasukan ke logika.

    Di Amerika Land Abundant tetapi mempunyai efficiency produksi yang lambat.

    Untuk berpanen mereka harus menunggu bulanan yang tepat, arti kata mereka hanya bisa berpanen 4 bulan.

    Kita dapat berpanen setiap saat, bila investasi negara ini dipatokan ke perkembangan industri agrikultur, bayangkan betapa limpahnya kita akan jadi kaya dengan sumber makanan. Kita akan menjadi negara no.1 penyedia sumber makan.

    Sebuah sejarah:


    Anda akan bertanya, mengapa negara Amerika bisa jadi maju dimana pada tahun 1920-1930 mereka mengalami resesi ekonomi terparah di dunia?

    Karena ada WWI dan WWII, Amerika adalah negara no.1 penyedia makanan untuk negara2 yang perang dan penyedia senjata, pesawat, dan sumber daya yang lain untuk negara2 yang sedang perang.
    Quotes of the week:
    "He vanishes only to return as a tyrant."


  11. #10
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Indonesia Tidak Lagi Bergantung Negara Lain
    JAKARTA--MI: Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan Indonesia sudah tidak lagi bergantung dengan negara lain dan kini benar-benar telah mendiri.
    "Dulu kita punya ketergantungan dengan Jepang, Bank Dunia dan IMF. Sekarang sama sekali kita tidak minta-minta, kita telah memiliki kemandirian luar biasa," kata Kalla saat penutupan Rapat Pimpinan Nasional Kamar Dagang dan Industri 2008 di Jakarta, Selasa (1/4).
    Justru, tegas Kalla, negara-negara lain yang meminta-minta ke Indonesia seperti kebutuhan gas. "Negara lain kini minta kita, tolong gasnya. Tidak pernah terjadi Indonesia seperti itu," tuturnya.
    Wapres menyatakan tidak banyak negara yang punya ketahanan ekonomi dalam kondisi dunia seperti sekarang ini. "Kita sangat beruntung karena memiliki sumber energi yang dalam keadaan apapun dibutuhkan," tambahnya
    Indonesia, lanjut Kalla memiliki ketahanan ekonomi luar biasa yang ditunjukkan dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi meski hanya naik 0,1% dari 6,3 tahun lalu menjadi 6,4% tahun ini. Padahal negara-negara lain mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi seperti China, Eropa, India dan Amerika Serikat.
    "Itu karena apa yang menjadi kelemahan dunia menjadi keunggulan Indonesia," katanya.
    Dia mencontohkan kelemahan dunia seperti kekurangan energi, komoditi dan mineral justru dimililiki Indonesia. "Makanya kita optimis, ekonomi kita akan lebih baik lagi," tuturnya.
    Kalla menyatakan Indonesia juga tidak mengalami krisis pangan. Dia merujuk harga beras dan gula yang justru menurun, padahal di dunia naik. Tidak naiknya harga beras dan gula di pasaran domestik terjadi karena Indonesia memiliki persediaan yang cukup.
    "Tahun ini kita memiliki persediaan cukup, beras dan gula aman," ujarnya. (Fud/OL-2)



    http://www.mediaindonesia.com/berita.asp?id=164882



    ----------------------------

    Bagus, sesuai dgn http://www.indogamers.com/f144/polit...o_ocean-68623/

  12. #11
    DoOs_101's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Jakarta
    Posts
    2,371
    Points
    3,181.21
    Thanks: 0 / 9 / 8

    Default

    Jelas lah, JK itu orang bisnis, jalan pikiran nya kita berdua sama , dia melihat bahwa dibalik event dunia ini ada oportunitas.

    Gua pagi ini ngedenger dia di radio membicarakan tentang hal Subsidi biji beras.

    Harga 1,500 RP jadi 500 rp itu sama saja subsidi 300% dari nilai base year, SUBSIDI GEDE.
    Quotes of the week:
    "He vanishes only to return as a tyrant."


  13. #12

    Join Date
    Nov 2006
    Posts
    64
    Points
    86.50
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Ah tetep aja, negaranya kaya, rakyatnya miskin :capede:

  14. #13
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Menko Perekonomian: Inflasi Indonesia Terendah di Asia
    Food Inflation Indonesia 11,4%

    JAKARTA--MI: Tingkat inflasi di Indonesia yang didorong kenaikan harga beras dunia lebih rendah jika dibanding dengan empat negara di Asia.

    "Kalau dihitung nominal, real food inflation Indonesia memang tinggi. Tapi, kalau dibandingkan dengan negara lain, Indonesia lebih rendah karena kita berhasil menstabilkan harga beras," kata Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan Bayu Krisnamurthi di Jakarta, Kamis (27/3).

    Menurutnya, real food inflation dilihat dari inflasi harga-harga pangan yang dihitung berdasarkan nilar tukar dolar Amerika. Ternyata, inflasi yang tertinggi terjadi di India yang mencapai 14,9% pada 2007. Setelah itu, diikuti China sebesar 14,0%, Thailand 13,6%, Filipina 13,4%, dan Indonesia 11,4%.

    "Dari empat negara itu, beras memegang peranan penting sebagai sumber inflasi. Ini yang menarik, meski peranan beras pada Desember 2007 terhadap Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 8,5%, tapi karena kita berhasil jaga harga, food inflation kita lebih rendah," jelas Bayu.

    Karena itu, dengan real food inflation yang tinggi di dunia, Indonesia akan mementingkan pengamanan stok beras di dalam negeri. Untuk mencegah ekspor beras karena disparitas harga, pemerintah saat ini masih mengkaji beberapa kebijakan diantaranya, pelarangan ekspor dan pengenaan bea keluar. Namun hingga kini, pemerintah masih membahas kebijakan yang akan diambil. (Ray/OL-06)

    sumber: Media Indonesia

    Bagus deh, maju terus.

  15. #14
    DoOs_101's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Jakarta
    Posts
    2,371
    Points
    3,181.21
    Thanks: 0 / 9 / 8

    Default

    Quote Originally Posted by MimiHitam View Post
    Menko Perekonomian: Inflasi Indonesia Terendah di Asia
    Food Inflation Indonesia 11,4%

    JAKARTA--MI: Tingkat inflasi di Indonesia yang didorong kenaikan harga beras dunia lebih rendah jika dibanding dengan empat negara di Asia.

    "Kalau dihitung nominal, real food inflation Indonesia memang tinggi. Tapi, kalau dibandingkan dengan negara lain, Indonesia lebih rendah karena kita berhasil menstabilkan harga beras," kata Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan Bayu Krisnamurthi di Jakarta, Kamis (27/3).

    Menurutnya, real food inflation dilihat dari inflasi harga-harga pangan yang dihitung berdasarkan nilar tukar dolar Amerika. Ternyata, inflasi yang tertinggi terjadi di India yang mencapai 14,9% pada 2007. Setelah itu, diikuti China sebesar 14,0%, Thailand 13,6%, Filipina 13,4%, dan Indonesia 11,4%.

    "Dari empat negara itu, beras memegang peranan penting sebagai sumber inflasi. Ini yang menarik, meski peranan beras pada Desember 2007 terhadap Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 8,5%, tapi karena kita berhasil jaga harga, food inflation kita lebih rendah," jelas Bayu.

    Karena itu, dengan real food inflation yang tinggi di dunia, Indonesia akan mementingkan pengamanan stok beras di dalam negeri. Untuk mencegah ekspor beras karena disparitas harga, pemerintah saat ini masih mengkaji beberapa kebijakan diantaranya, pelarangan ekspor dan pengenaan bea keluar. Namun hingga kini, pemerintah masih membahas kebijakan yang akan diambil. (Ray/OL-06)

    sumber: Media Indonesia

    Bagus deh, maju terus.
    Haha mi... tenang aja kita tar ya nikmatin kemajuan, yg gk nikmatin itu karena gk ngerti kemajuan...
    Quotes of the week:
    "He vanishes only to return as a tyrant."


  16. #15
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Iya.. maju terus!!! Biar GDPnya lebih kenceng dari Tiongkok dan India.
    Last edited by MimiHitam; 06-07-08 at 19:11.

Page 1 of 25 1234511 ... LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •