Page 6 of 8 FirstFirst ... 2345678 LastLast
Results 76 to 90 of 112
http://idgs.in/239708
  1. #76
    LordTauren's Avatar
    Join Date
    Mar 2007
    Location
    Red Land of Orchis
    Posts
    1,209
    Points
    564.22
    Thanks: 42 / 29 / 21

    Default

    ahahaha
    padahal gw biasa baca2 novel lho
    ntah napa di sene imajinasi gw g jalan
    apa gara2 gw baca smbil kerja yach jadi otak gw kebagi......
    From nothing get a thing... And from everything back to nothing

  2. Hot Ad
  3. #77
    open_closed's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    Indonesia Raya
    Posts
    848
    Points
    1,088.90
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    Quote Originally Posted by LordTauren View Post
    ahahaha
    padahal gw biasa baca2 novel lho
    ntah napa di sene imajinasi gw g jalan
    apa gara2 gw baca smbil kerja yach jadi otak gw kebagi......
    gw sambil maen dota gan...!!
    wkwkw
    Percayalah pada keajaiban tetapi jangan tergantung padanya

  4. #78
    LordTauren's Avatar
    Join Date
    Mar 2007
    Location
    Red Land of Orchis
    Posts
    1,209
    Points
    564.22
    Thanks: 42 / 29 / 21

    Default

    kapan di update lg nih???? ceptan dunk .......
    From nothing get a thing... And from everything back to nothing

  5. #79
    open_closed's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    Indonesia Raya
    Posts
    848
    Points
    1,088.90
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    Quote Originally Posted by LordTauren View Post
    kapan di update lg nih???? ceptan dunk .......
    yoi gw juga udah gag sabar...
    klo klamaan keburu rada lupa2 ingat sama chapter seblumnya..
    wkwkw
    Percayalah pada keajaiban tetapi jangan tergantung padanya

  6. #80
    the_omicron's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    di Cinere say........... Ongoing Novel: S|L|M
    Posts
    3,908
    Points
    13,246.30
    Thanks: 6 / 116 / 69

    Default


    Spoiler untuk Chapter 13 :

    Chapter 13
    Appearance Of A Rose



    Malam hari.. di halaman Everwoods High..

    Terlihat sinar lampu senter berkelap-kelip di antara gelapnya suasana sekolah pada malam hari. Penjaga sekolah tengah mengitari sekolah dengan ditemani oleh senternya, menyusuri lorong demi lorong yang gelap.. hingga ia mendengar suara-suara aneh dari halaman sekolah.

    Berjalan.. dan berjalan.. dengan sinar lampu senter membimbingnya menuju sumber suara itu.. sang penjaga sekolah menemukan bahwa sepetak tanah di tengah halaman sekolah telah ditumbuhi oleh bunga-bunga mawar berwarna merah yang cantik namun dipenuhi duri.

    “Hah? Siapa yang menanam bunga mawar disini?”
    Ujarnya heran.
    “Biar kubersihkan..”
    Tambahnya kemudian kembali ke pos untuk mengambil gunting rumput.

    Dengan gunting rumput di tangannya, sang penjaga sekolah kembali ke halaman untuk memangkas rimbunan bunga mawar tersebut. Akan tetapi, ia tidak menyadari bahwa seseorang mengikutinya dari belakang.

    Dan saat ia tengah meregangkan gunting rumputnya, mendadak ia merasakan seseorang berada di belakangnya.

    “Siapa itu?!”


    Namun saat ia menengok, secara ajaib bunga-bunga mawar di depannya mengeluarkan sulur-sulurnya dan mengikat sang penjaga sekolah.

    “Wuaaagh!”

    Sebelum kesadarannya menghilang karena racun dari duri-duri di sulur tersebut, yang terakhir yang dapat ia lihat adalah senyuman seorang gadis kecil berambut pendek.

    “Hukuman untukmu, karena tidak menghargai tumbuhan..”
    Ujar gadis itu dengan seringai di wajahnya.

    --

    Esoknya..

    “Aku pergi dulu ma!”
    Seru Luna yang tengah terburu-buru pergi sekolah setelah ia kembali terlambat bangun.

    “Selalu saja ribut di pagi hari..”
    Keluh Selene.
    “Daripada mengeluh bantu aku cepat sampai!”
    Balas Luna
    “Enak saja.. kamu pikir aku budakmu apa?”
    “Dasar Dewi egois..”
    Ledek Luna.

    Sesampainya di sekolah.., terlihat sebuah ambulance dan beberapa mobil polisi tengah parkir di badan jalan tepat di depan gerbang sekolah. Terlihat kerumunan murid-murid yang penasaran akan apa yang terjadi tengah mengerumuni halaman sekolah.

    “Wah, ada apa ini ramai-ramai?”
    Tanya Luna penasaran. Karena penasaran ia pun menyelap-nyelip diantara kerumunan, hingga akhirnya ia tiba di bagian depan.

    Terlihat paramedis sedang berusaha melepaskan dan mengangkat penjaga sekolah yang terbaring diselimuti oleh sulur dari rimbunan bunga mawar tempat ia terbaring dengan posisi tiduran dan menggenggam setangkai mawar dengan kedua tangannya tepat di dadanya. Posisi yang persis seperti posisi mayat sebelum penguburan.

    “Hei, ada apa ini?”
    Tanya Luna kepada seorang anak laki-laki di sebelahnya.

    “Ah.. katanya penjaga sekolah ditemukan dengan keadaan seperti itu sejak tadi pagi. Baru saja paramedis dan polisi datang..”
    Jawabnya.

    “Selene, apa kau merasa aneh.. aku merasa dejavu melihat ini..”
    “Ya.. aku pikir juga begitu.. seperti monster ular mawar waktu itu..”

    Secara tiba-tiba, sekelebat ingatan dan bayangan akan senyuman seorang anak gadis dan sesosok manusia dengan sayap yang terdiri dari akar-akar pohon teringat kembali di benak Luna.

    “Aku rasa ada yang tidak beres dengan semua ini..”
    Pikir Luna dalam hati.

    Luna berjalan menuju sekolahnya.. akan tetapi di pintu gedung sekolah ia bertemu dengan Bu Elisa yang tengah berjalan kearah luar sekolah.

    “Lho, Luna? Sedang apa? Apa ada yang ketinggalan?”
    Tanya Bu Elisa melihat Luna yang berjalan menuju ke dalam sekolah.

    “Lho, tentu saja ke kelas? Elisa sendiri?”
    Tanya Luna balik.

    “Ooh.. sekolah diliburkan hari ini karena insiden itu.. ibu baru saja mau pulang..”
    Ujar Bu Elisa sambil menunjuk ke arah kerumunan di halaman sekolah.

    “Wah, sial.. percuma aku berlari ke sekolah..”
    Keluh Luna. Sementara Bu Elisa tertawa kecil mendengarnya.

    “Ya sudah.. cepat pulang ya.. akhir-akhir ini keadaan lingkungan sekitar sini agak berbahaya..”
    Ujar Bu Elisa mengkhawatirkan Luna. Kemudian ia pun berjalan meninggalkan Luna sambil membawa tasnya.

    “Yaaa..”
    Jawab Luna.

    “Baiklah.. baguslah sekolah libur.. mana ya Maria..”

    Luna pun berkeliling sekolah mencari adiknya, Maria.

    Namun bukannya bertemu Maria ia malah bertemu dengan Alex yang sedang berdiri di tengah lorong dan terlihat sedang berpikir keras dengan wajah yang tampak serius. Luna berjalan pelan-pelan dan tanpa suara mendekati Alex, lalu..

    “BAA!!”
    Seru Luna mengagetkan Alex. Namun reaksi Alex malah hanya berpaling padanya tanpa berubah ekspresi.

    “Kok kau tidak kaget sih?!”
    Tanya Luna heran.

    “Kau pikir aku tidak tahu kau datang.. aku kan bisa merasakan aura..”
    Jelas Alex

    “Cih, tidak seru ah!”
    Keluh Luna menggerutu.

    “Daripada itu.. apa kau tidak merasakan keanehan tentang kejadian di depan?”
    Tanya Alex

    “Ya.. dan kurasa aku pernah mengalami kejadian yang berhubungan dengan kejadian di depan..”

    Pengakuan Luna membuat Alex tertarik mendengarnya lebih jauh.

    “Oh ya? Apa itu?”

    “Beberapa minggu yang lalu aku pernah menghadapi seekor monster... monster yang sangat kuat dan mengerikan..”

    “Lalu apa hubungannya dengan kejadian ini?”

    “Dengar dulu, monster itu berbentuk seperti bunga mawar raksasa.. dan badannya terdiri dari sulur-sulur yang sama dengan yang melilit penjaga sekolah.. dan kurasa keduanya memiliki suatu hubungan..”

    “Hmmm.. mungkin juga... dan kau tahu? Hawa jahat yang terpancar dari rimbunan mawar itu terasa sangat kuat.. dan semakin aku berusaha mencari sumber dari jejak yang ditinggalkannya, semakin aku merasakan aroma mawar yang manis dan kuat... hingga hampir membuatku muntah..”
    Jelas Alex setuju dengan Luna.

    “Ya sudah... aku akan berusaha mencari pelaku kejadian ini.. kau yang tak berguna pulang saja sana.. suh suh..”
    Ujar Alex mengusir Luna yang tak memiliki kemampuan merasakan hawa jahat.

    “Ya sudah, lagipula siapa yang perduli denganmu..”
    Balas Luna sambil meninggalkan Alex yang juga berjalan ke arah yang berlawanan dengan Luna.

    Luna kembali mencari Maria, namun ia tak dapat menemukan Maria dimanapun. Hingga saat ia berada di kantin yang bertempat di atap sekolah..

    “Ah.. jangan-jangan Maria sudah pulang.. Eh?”
    Dari balik pagar pengaman, Luna melihat Maria tengah berada di gerbang sekolah dan tampak sedang berbicara dengan seseorang yang berada di balik tembok.

    “Nah itu dia!”
    Luna menengok ke kanan dan ke kiri melihat apakah ada orang yang dapat melihatnya. Setelah yakin tak ada siapapun, ia melompati pagar dan terjun dari lantai 4 dan langsung mendarat di halaman samping sekolah.
    “Tap!”

    “Dasar *******! Bagaimana jika ada yang melihat?!”
    Ujar Selene marah-marah.

    “Aku tahu kok.. tenang sajalah... bawel..”
    Jawab Luna sambil menggerutu dan berjalan menuju gerbang sekolah.

    Sesampainya di gerbang.. Maria tampak melihat Luna datang dari dalam sekolah dan memanggil kakaknya itu.

    “Ah Kak Luna!!”
    Panggilnya sambil melambaikan tangannya.

    “Ya Maria!”

    Saat Luna membalas lambaian Maria, seseorang yang tengah berbicara dengan Maria muncul dari balik tembok, yang ternyata adalah..

    “Loh, kamu kan?!”

    “Kak Lunaaa”

    Ternyata orang itu adalah gadis kecil misterius yang pernah Luna temui dulu. Gadis itu dengan riangnya berlari menuju Luna dan memeluknya.

    “Loh, ternyata kalian sudah saling mengenal ya?”
    Tanya Maria yang heran melihat gadis itu langsung memeluk Luna.

    “Ti-tidak! Maria, siapa anak ini?”
    Tanya Luna yang kebingungan.

    “Loh, kukira kalian sudah saling kenal... tadi sewaktu aku hendak pulang, anak ini yang dari tadi berdiri di depan gerbang sekolah bertanya kepada semua orang apakah tahu dimana kakak.. dan kebetulan ia bertanya kepadaku.. ya sudah.. kami jadi mengobrol deh..”
    Jelas Maria.
    “Oh ya, namanya..”

    “Rosie!”
    Jawab anak gadis itu kemudian melepas pelukannya pada Luna dan bergaya memberi hormat kepadanya.
    “Rosalie Evangeline Lucia Sanchez! Atau biasa dipanggil Rosie, Eva, Lucy, dan Sanchez, tapi aku paling suka dipanggil Rosie!”
    Tambahnya dengan nada cerewet.

    “Oh ya Rosie, aku belum bertanya dari tadi.. bagaimana kamu mengenal kakakku?”
    Tanya Maria.

    “Hmmm.. bagaimana yaaa.. sudah lama sekali sih aku lupa!”
    Jawabnya sambil menunjukkan wajah polos.

    “Ehm.. Rosie..”
    Panggil Luna

    “Ya?!”

    “Apa tujuanmu mencariku?”
    Tanya Luna dengan nada serius.

    Namun Rosie hanya tersenyum dan mengatakan..

    “Aku datang untuk membunuhmu..”

    Luna maupun Maria terdiam selama beberapa saat setelah mendengarnya.

    Hingga..

    “Hahaha.. aku hanya bercanda kok! Aku hanya penggemar Kak Luna dari internet!”
    Jawab Rosie sambil tertawa, dan diikuti oleh Maria.

    Namun tidak begitu dengan Luna. Saat Rosie berkata ia datang hendak membunuhnya, ingatan-ingatan dan bayangan Luna akan mimpi buruknya terlihat jelas. Dan sosok manusia dengan sayap dari akar itu adalah.. Rosie.. yang tersenyum dengan dingin dan mengatakan..

    “Aku adalah wujud kematian”.

    “Kak.. kakak.. Kak Luna?”
    Ujar Maria memanggil kakaknya yang tidak menjawab berkali-kali..

    “Hah? Ya? Ada apa?”
    Jawab Luna seolah baru tersadar dari mimpi.

    “Aku mau lihat rumah Kak Luna dong!”
    Seru Rosie dengan riang.

    “Selene, apa yang harus aku lakukan?”
    “Tenanglah, belum tentu anak kecil ini pelakunya!”
    “Tapi.. dalam mimpiku...”
    “Memangnya mimpi selalu benar?”
    Tanya Selene skeptis.

    “Kau benar... belum tentu anak ini pelakunya.. lagipula ia tidak kelihatan jahat..”
    Setuju Luna menenangkan dirinya.

    “Baiklah.. tapi jangan nakal ya!”
    Ujar Luna pada Rosie.

    Mereka bertiga kemudian berjalan pulang bersama. Hingga tibalah mereka di depan rumah.

    “Nah, ini rumahku! Sudah puas?”
    Tanya Luna. Akan tetapi Rosie tidak menjawab dengan wajah tampak mengagumi rumah Luna.

    “Kamu mau masuk dulu?”
    Undang Maria pada Rosie. Rosie kemudian tersenyum dan menjawabnya
    “Tentu saja!”
    Jawab Rosie dengan gembira.

    --

    Di dalam..

    “Kami pulaang”
    Ujar Luna dan Maria bersamaan.

    “Oooh.. kalian sudah pulang.. ada apa di sekola- wah? Siapa itu?”
    LunaMaria yang menyambut Luna dan Maria pun penasaran melihat seorang gadis kecil yang pulang bersama mereka.

    “Permisi kakak.. namaku Rosalie Evangeline Lucia Sanchez, aku biasa dipanggil Eva, Lucy, Rosie, dan Sanchez, tapi aku paling suka dipanggil Rosie!”
    Sahut Rosie dengan riang tapi sopan.

    “Er.. Rosie.. orang ini ibuku..”
    Ujar Luna memberi tahu dengan nada pelan.

    “Ah! Maaf! Maafkan aku Tante, aku tidak tahu!”
    Rosie yang salah mengira bahwa LunaMaria adalah kakak dari Luna meminta maaf berkali-kali.

    “Hahaha.. tidak apa-apa Rosie, mungkin Tante memang awet muda!”
    “Mama mengerikan..”
    Gerutu Luna pelan, namun tetap terdengar oleh LunaMaria yang memperlihatkan wajah cemberut kepadanya.
    “Awas kamu ya nanti..”
    Ujar LunaMaria pada Luna dengan pelan.

    “Ah , ayo Rosie, silakan masuk!”
    Maria mempersilakan Rosie masuk, kemudian mereka semua berjalan menuju ruang tamu dan duduk di sofa.

    “Sebentar ya Rosie, Tante buatkan minuman dulu.. mau minum apa?”
    “Apa saja asal jangan jus bawang ya tante!”
    “Hahaha.. mana mungkin Tante buatkan jus bawang untuk tamu.. baiklah.. Tante buatkan sirup lychee saja ya?”
    “Ok!”
    Jawab Rosie dengan riang.

    “Er.. Maria.. temani Rosie dulu sebentar ya.. aku taruh tas dulu..”
    Luna pun mengikuti ibunya yang berjalan keluar dari ruang tamu.

    “Mama..”
    “Ya?”
    Jawab LunaMaria sambil mengambil gelas di lemari.
    “Apa.. Mama tidak merasakan sesuatu?”
    “Sesuatu?”
    “Ya.. hawa jahat misalnya..”
    “Tentu saja ada..”
    Jawaban dari LunaMaria membuat Luna terkejut sekaligus penasaran.
    “Ada? Benarkah?!”
    “Ya, setiap hari, dan berasal dari kamarmu. Pedang tengkorak itu setiap hari mengeluarkan hawa jahat yang bisa membuat mama gila tahu!”
    Seru LunaMaria sembari menuangkan sirup lychee ke gelas yang baru saja ia ambil.

    “... ya sudahlah..”
    Luna pun berjalan ke kamarnya untuk menaruh tas. Ia menaiki tangga pelan-pelan sambil bertanya pada Selene.

    “Apakah mungkin aku saja yang terlalu paranoid ya?”
    “Hmm.. mungkin..”
    Jawab Selene seolah tidak perduli.
    “Biar kupastikan dulu”
    Kemudian Luna mengintip dari balik pintu ruang tamu dan mendengarkan pembicaraan mereka sambil mengetes Rosie. Disana, terlihat Rosie sedang mengobrol dengan gembira sambil tertawa-tawa dengan riang bertiga. Dan Luna pun memulai aksinya...

    “Baiklah.. Selene.. ayo kita berubah..”
    “Ya ya.. terserahlah..”
    Selene kemudian meminjamkan kekuatannya. Kedua mata Luna berubah merah dan rambutnya menjadi berwarna perak seutuhnya. Ia bahkan memunculkan sayap kebanggaannya dan bersiap-siap menyerang.

    “Mari kita perhatikan reaksinya..”
    Ujar Luna dengan penuh keyakinan.

    Namun.. berapa lamapun Luna menunggu, tetap tak ada reaksi dari Rosie. Hanya mamanya yang merasa terganggu dan terus menerus menengok ke arah pintu tempat Luna mengintip. Dan berkali-kali ia berdehem mengetahui bahwa Luna tengah menggunakan kekuatannya.

    “Er.. kok tidak ada reaksi dari Rosie ya.. malah Mama yang terganggu...”
    “Sepertinya kamu sudah salah curiga..”
    “Mungkin.. ya sudahlah..”
    Namun saat Luna hendak berubah kembali menjadi wujud manusia.. ada satu pertanyaan yang membuat semua orang terkejut..

    “Eh iya Rosie, dari tadi aku lupa bertanya.. berapa sih umurmu?”
    “Iya, tahun ini kamu berapa tahun?”
    Tanya Maria dan LunaMaria

    Dan jawaban dari Rosie adalah..

    “Tahun ini umurku 16 tahun!”

    “HAH?!”
    Mereka semua terkejut mendengarnya, sampai-sampai LunaMaria menyemburkan teh yang tengah ia minum sementara Luna sampai terpleset dan terjatuh mendorong pintu dan jatuh masuk ke ruang tamu.

    “Ka-kau serius Rosie?”
    Tanya Maria tak percaya

    “Ya! Aku belum bilang ya, besok aku akan pindah ke Everwoods High kelas 2! Mohon bantuannya ya Kak!”
    Ujar Rosie dengan sopan kepada Maria

    “Er.. rasanya kau tak perlu memanggilku dengan sebutan ‘Kak’ deh..”

    “Kalau begitu mohon bantuannya juga ya.. Kak Luna..”

    “Er.. ya.. baiklah...”
    Ujar Luna ragu-ragu menjawabnya.

    Demikianlah, kali ini ada seorang lagi yang mulai memasuki panggung kehidupan Luna. Dan kali ini adalah seorang gadis kecil misterius yang muncul dalam mimpinya. Seorang gadis kecil yang berambut coklat gelap sebahu yang mengaku berumur 16 tahun yang bernama.. ‘Rosalie Evangeline Lucia Sanchez’.



    Spoiler untuk Chapter 14 :

    Chapter 14
    The Truth Behind A Rose



    Jam 7:30, Kelas 2A. Terdengar suara langkah kaki di lorong kelas, langkah yang terdengar familiar oleh seisi kelas 2A. Sosok pemilik langkah kaki itupun membuka pintu kelas, Bu Elisa memasuki ruangan untuk memulai pelajaran. Luna terlihat mulai gelisah melihat pintu kelas yang tidak ditutup kembali oleh Bu Elisa, seakan-akan ia tengah mempersilakan seseorang memasuki ruangan. Dalam bayang-bayang Luna, dari balik pintu kelas akan muncul Rosie yang memasuki ruangan dan memperkenalkan diri sebagai murid baru sebagaimana yang ia katakan pada Luna di rumahnya beberapa hari yang lalu.

    William yang melihat Luna bertingkah aneh mulai penasaran dan bertanya padanya.

    “Ada apa Luna? Kau terlihat gelisah?”

    “A-ah, tidak ada apa-apa”

    “Benarkah? Tapi aku merasa ada sesuatu yang mengganggumu?”

    “Sungguh, tidak ada apa-apa”

    Percakapan William dan Luna rupanya terdengar oleh Bu Elisa yang kemudian menegur mereka.

    “Ehem.. baru masuk sudah ngobrol.. ada apa Luna?”

    “Ti-tidak ada apa-apa Elisa! Hanya saja.. pintunya..”
    Ujar Luna pelan sambil melirik ke arah pintu kelas yang terbuka. Di saat yang sama jantungnya semakin berdebar-debar apalagi melihat reaksi Bu Elisa yang seperti melamban. Namun..

    “Eh iya, maaf saya lupa menutup pintunya kembali..”
    Ujar Bu Elisa polos kemudian menutup pintu kelas.

    “Fuah… kukira anak itu benar-benar akan berada di kelas ini..”
    Ucap Luna lega dalam hatinya.

    “Baiklah, terimakasih sudah mengingatkan saya ya! Mari kita lanjutkan pelajarannya!”

    Bu Elisa pun kembali melanjutkan kegiatan mengajarnya, Luna merasa lega ternyata kehidupan nyata tidak seperti di film ataupun komik dimana kebetulan sering sekali terjadi.

    Tapi kelegaannya tak bertahan lama, karena pada saat istirahat, hendak keluar kelas, anak itu berada disana, di depan pintu kelas, mencegat Luna yang tidak menyangka akan bertemu dengannya saat itu.

    “Aaaah!!”
    Teriak Luna kaget melihat Rosie berada di depannya.

    “Tampaknya Kak Luna senang sekali bertemu denganku!”
    Ujar Rosie tanpa dosa.

    “Ba-bagaimana kau tahu kelasku!?”

    “Aduh, aduh, Kak Luna bagaimana sih.. tentu saja bertanya dong! Apalagi aku senang sekali sekelas dengan Maria!”

    “K-kau sekelas dengan Maria?”

    “Ya! Tadinya aku berencana makan siang bertiga.. tapi ternyata Maria ada kegiatan klub.. jadi aku dan Kak Luna saja! Yuk!”
    Rosie menarik Luna tanpa memberinya kesempatan bicara
    “Tunggu! Aku sudah punya janji dengan orang lain!”
    Namun tampaknya kata-kata Luna tak didengar oleh Rosie..

    Hingga mereka berdua berada di halaman belakang sekolah..

    “Lalu.. kita akan makan apa? Aku tak melihat kau membawa makanan apapun?”

    “Ah, tenang saja, itu bisa diatur, lihat ya..”

    Rosie mengangkat tangan kanannya seakan memanggil sesuatu, dan secara tiba-tiba sebuah batang pohon lengkap dengan 2 buah berwarna hijau yang menempel muncul dari dalam tanah. Ia kemudian mencabut kedua buah hijau itu dan memberikan salah satunya pada Luna yang terlihat terkejut melihatnya.

    “Nah, makanan sudah ada, silakan duduk!”
    Ujar Rosie mempersilakan Luna untuk duduk, namun saat Luna hendak duduk di atas rumput, Rosie menghentikannya.
    “Eh jangan duduk disana, duduknya di kursi saja..”

    “Kursi? Aku tak melihat ada kursi disini?”
    Tanya Luna bingung, dan sekali lagi dengan lambaian tangannya Rosie membuat sebuah batang pohon muncul dari dalam tanah dan membuat sebuah kursi panjang untuk mereka berdua. Rosie pun duduk diatasnya.

    “Mari, silakan duduk!”
    Ujar Rosie ramah dengan senyuman di wajahnya. Luna dengan ragu-ragu duduk diatas ‘kursi’ itu dan hanya berjarak 30cm dari orang yang pernah mengaku ingin membunuhnya.

    “Nah, ini minumannya..”
    Rosie mengeluarkan 2 kaleng jus apel dari kantung seragamnya dan menaruhnya di antara mereka berdua.

    Ia segera memakan buah berwarna hijau yang tampak asing bagi Luna. Meski ia melihat Rosie segera memakan buah itu dengan senang hati, namun Luna tampak ragu dan khawatir untuk memakannya meski ia juga lapar.

    “Er.. Selene.. apa yang harus kulakukan?”

    “Entahlah.. namun dari pengelihatanku, tidak terdapat hawa jahat dari buah itu.. tapi aku ragu apakah buah yang kau pegang itu beracun atau tidak..”

    Rosie yang melihat Luna yang gelisah segera mengambil buah yang berada di tangan Luna dan menggigit sebagian kecil dari buah itu untuk membuktikan bahwa buah itu tidak berbahaya. Ia kemudian mengembalikannya pada Luna dan memakan buahnya kembali.

    “Ah.. maaf aku sudah curiga..”
    Pelan-pelan Luna mulai mencicipi buah asing itu, dan ternyata, rasanya sangat enak. Seperti gabungan dari rasa apel dengan tekstur dan kelembutan melon.

    “Hei..”
    Tanya Luna sambil memakan buah asing itu.
    “Ya?”
    Jawab Rosie
    “Apa nama.. buah ini..?”
    “Tidak tahu..”
    “Hah?”
    Tanya Luna menghentikan sejenak kunyahannya
    “Baiklah, baiklah.. aku ganti pertanyaan..”
    “Silakan..”
    Jawab Rosie
    “Sebenarnya.. siapa kau?”
    Rosie berhenti sejenak.
    “Aku Rosalie Evangeline Lucia Sanchez..”
    Jawabnya

    “Er.. aku sudah tahu..”
    “Aku bercanda”
    Secara tiba-tiba, raut wajah dan aura nya berubah dari seorang gadis yang ramah dan periang menjadi dingin dan kejam.
    “Aku adalah seorang pembunuh bayaran..”
    Jawaban dari Rosie membuat Luna merasa penasaran meski ia sedikit takut

    “Lalu kau dibayar untuk membunuhku?”
    “Ya.. begitulah..”

    Luna menarik nafasnya untuk menenangkan dirinya, kemudian ia kembali bertanya
    “Lalu kenapa waktu itu kau tidak langsung membunuhku? Atau.. sekarang?”
    Pertanyaan Luna seakan menantang Rosie yang telah menyelesaikan makannya.

    Rosie mengeluarkan sapu tangan dari kantungnya dan sambil mengelap mulutnya..
    “Kau mau?”
    Pertanyaan dari Rosie membuat Luna menelan ludahnya, mereka berdua terdiam dalam kesunyian dan saling beradu pandang. Luna sudah bersiap akan menggunakan kekuatan penuhnya jika Rosie menyerang, tanpa perduli mereka tengah berada di sekolah pada siang hari.

    “Aku tidak”
    Jawab Rosie sambil mengalihkan pandangannya dari Luna ke depan.

    “Mengapa?”

    “Karena permintaan klienku untuk saat ini adalah untuk mengawasimu, belum saatnya untuk membunuhmu..”

    “Lalu klienmu juga bilang untuk membunuh penjaga sekolah?”

    “Tidak”

    “Lalu kenapa kau membunuhnya?”

    “Aku tidak pernah membunuh orang yang tak ada kaitannya dengan pekerjaanku, itu tidak sesuai dengan prinsipku..”

    “Tapi penjaga sekolah-“

    “Dengar, dia tidak mati, aku hanya menghukumnya agar lebih menghargai tumbuhan.. apalagi tumbuhan yang kutanam.. hari ini aku yakin ia akan kaget setengah mati terbangun di kamar mayat setelah mati suri selama beberapa waktu..”

    Luna tampak menghela nafasnya, ia tampak seperti lega telah mengetahui sesuatu.

    “Syukurlah.. kupikir kau adalah seorang monster yang membunuh siapapun tanpa pandang bulu..”

    Rosie tampak tertawa kecil mendengarnya, kemudian..
    “Apakah aku harus senang mendengarnya?”

    “Yah.. tergantung kau menganggapnya pujian atau hinaan..”

    “Haha.. baiklah.. aku akan berpikir positif saja dan menganggapnya sebagai pujian, terimakasih..”

    “Sama-sama..”
    Jawab Luna, kemudian mereka berdua tidak saling berbicara kembali dan malah masing-masing sibuk menyelesaikan makannya dan minumnya. Namun setelah Luna menyelesaikan memakan buahnya..

    “Lalu.. aku ada pertanyaan yang mungkin tidak akan kau jawab, tapi.. siapa sebenarnya.. klienmu.. orang yang ingin membunuhku itu?”

    Rosie terdiam beberapa saat, kemudian ia berdiri dari duduknya
    “Kalau aku tahu, mungkin aku akan memberitahunya padamu.. namun sayangnya, aku tidak mengenal siapa klienku sebenarnya.. dia tidak pernah memberikan nama”

    “Kau.. tidak mengenal siapa klienmu, tapi kau yakin dia akan membayarmu? Darimana kepercayaanmu itu timbul?”
    Tanya Luna

    “Tidak ada, namun jika ia tidak membayarku, aku akan membunuhnya saja.. aku lebih ingin membunuh seorang penipu daripada targetku..”

    Tiba-tiba terdengar suara bel yang menandakan bahwa istirahat siang telah selesai, suara bel terdengar hingga halaman belakang sekolah.

    “Baiklah.. aku kembali ke kelas..”
    Ujar Rosie kemudian berjalan ke arah gedung sekolah.

    “Tunggu!”
    Seru Luna sambil berdiri dan disaat yang sama kursi panjang yang terbuat dari batang pohon itu menarik dirinya kembali ke dalam tanah.

    “Ya?”
    Jawab Rosie sambil menengokkan kepalanya ke arah Luna.

    “Kenapa kau memberitahuku semua ini? Bukankah seharusnya pembunuh bayaran bekerja secara rahasia?”
    Tanya Luna heran mengapa Rosie memberitahunya semua itu.

    Rosie menghela nafasnya, kemudian..
    “Ra-ha-sia”
    Dan kembali berjalan sambil bersenandung, meninggalkan Luna yang terlihat bingung dengan perubahan raut wajah dan auranya yang seperti gadis periang kembali.




    Spoiler untuk Chapter 15 :

    Chapter 15
    The True Rose



    Pukul 19:30 malam, North Hill Park. Seperti biasanya, Alex tengah menunggu kedatangan Luna untuk patroli bersama seperti hari-hari sebelumnya. Alex yang bersandar di tiang lampu taman melihat Luna datang dari arah gerbang taman, namun, kali ini ada sesuatu yang lain dari biasanya, sesuatu yang mengejutkannya, kali ini Luna tidak datang sendirian, melainkan seorang gadis kecil berambut pendek tampak mengikutinya dari belakang sambil bersenandung dengan gembira.

    “Si-siapa anak kecil itu?”
    Alex tampak sangat terkejut melihat Rosie yang datang bersama Luna.

    “Ah.. maaf Alex, dia memaksa untuk ikut..”

    “Perkenalkan! Namaku Rosie!”
    Ujar Rosie riang sambil mengangkat tangannya.

    “Apa kau gila Luna? Membawa...,er.. anak kecil ini ikut patroli?”

    “Sebenarnya aku juga tak mau, tapi apa boleh buat, dia malah mengikutiku terus.. lagipula dia bukan anak kecil, dia satu tahun dibawahku..”

    Alex tampak tidak percaya mendengarnya

    “Sa-satu tahun? Berarti.. dia 15?”

    “Ya.. bahkan dia sekelas dengan Maria..”

    “Lalu kenapa kau membiarkannya ikut?”

    Luna mendekati Alex kemudian berbisik padanya

    “Aku membutuhkan bantuanmu, anak itu adalah seorang pembunuh bayaran, ia dikirim untuk membunuhku! Bisakah kau cari informasi tentang dirinya, aku tak bisa bebas karena ia terus mengikutiku..”

    “Pembunuh bayaran? Bocah itu?”
    Tanya Alex bingung sambil menunjuk Rosie dengan jempolnya.

    “Ya”
    Jawab Luna serius. Namun Alex malah berdehem menahan tawanya. Luna tampak jengkel melihat tingkah Alex yang tidak menganggapnya serius.

    “Kenapa kau malah tertawa?!”
    Tanya Luna jengkel.

    “Bph... maaf, maaf.. begini ya.. yang namanya pembunuh bayaran itu, mana mungkin memberitahu identitas dirinya pada targetnya, apalagi tidak langsung menghabisinya, mana mungkin, mana mungkin, jangan konyol!”

    “Tapi, ia memiliki semacam kekuatan untuk mengendalikan tumbuhan, bagaimana jika ia sangat kuat hingga ia merasa sangat percaya diri dapat membunuhku kapan saja, ia bilang ia hanya tinggal menunggu perintah dari kliennya saja!”

    “Hei, tidak perlu panik, mungkin, mungkin kau benar ia memiliki kekuatan, namun aku tidak merasakan aura yang kuat darinya, mungkin saja ia hanya omong besar untuk menakut-nakutimu yang memiliki kekuatan jauh diatas dirinya.. santai sajalah..”

    “Tapi aku pernah bertemu dengannya sebelumnya dengan sifat yang bertolak belakang! Dia juga yang nyaris membunuh penjaga sekolah hanya karena alasan sepele!”

    “Dengar, baiklah, aku punya rencana untuk membuktikannya, jadi diam dan lihat saja nanti. Setuju?”
    Ujar Alex penuh rasa percaya diri.

    “Baik.. kurasa..”
    Jawab Luna setuju.

    Alex kemudian berjalan menjauhi Luna.
    “Baik, untuk patroli hari ini aku ke barat, dan Luna bersama Rosie ke timur.”

    “Ha?! Kau gila?”
    Luna terkejut tak percaya pada apa yang didengarnya, namun Alex tak menjawab hingga ia berjalan melewati Luna sambil berbisik
    “Tenanglah, ini bagian dari rencanaku..”
    Kemudian Alex pun segera pergi kearah barat.

    “Jadi sekarang kita patroli berdua?”
    Tanya Rosie sambil tersenyum.

    “Begitulah..”
    Ujar Luna tak acuh sambil bergegas menuju timur.

    “Tunggu aku!”
    Seru Rosie yang ditinggal oleh Luna.

    Luna masih tampak khawatir hanya berdua dengan Rosie, tidak pernah ia merasa sangat khawatir terhadap keselamatan dirinya seperti ini sebelumnya. Namun ia masih berusaha tetap percaya pada kata-kata Alex.

    “Ah bosan, kok dari tadi berputar-putar saja!”
    Keluh Rosie yang telah beberapa jam mengikuti Luna berpatroli.

    “Namanya juga patroli, apa yang kau harapkan, tidak setiap hari siluman menyerang!”
    Jawab Luna.

    “Huuh.. kukira bakal seru.. tahu begini lebih baik aku tidur dirumah..”
    Sesal Rosie.

    Namun, hawa jahat yang kuat datang tiba-tiba. Perlahan kabut tebal yang muncul entah darimana mulai menyelimuti mereka berdua, tebal, dan semakin tebal hingga pandangan mereka terhalang. Lalu..

    “Psiu!”
    Sebuah proyektil energi yang bersinar keunguan tampak meluncur ke arah Rosie.
    “DUAR!!”
    Proyektil itu meledak nyaris menghantam Rosie yang berhasil menghindar tepat pada waktunya. Rosie melihat sekelilingnya berusaha mencari sumber dari serangan itu, namun kabut tampak terlalu tebal baginya, yang ia lihat hanyalah beberapa cahaya keunguan lagi yang tampak meluncur menuju dirinya.

    “HEIT!!”
    Rosie menggunakan kekuatannya dan menumbuhkan 3 buah pilar kayu dari dalam tanah yang menembus aspal.

    “DUAR DUAR DUAR!”
    Proyektil-proyektil itu menghantam pilar-pilar kayu Rosie yang melindunginya.

    Sekelebat bayangan berwarna hitam bergerak dengan cepat diantara tebalnya kabut. Lagi-lagi serangan energi mulai muncul entah darimana dan menyerang Rosie, namun Rosie kembali dapat menangkisnya dengan memunculkan pilar kayu dari dalam tanah. Rosie tetap tidak menyerah dan dapat terus bertahan dari serangan demi serangan yang dilancarkan oleh musuh yang tak terlihat di balik tebalnya kabut.

    Sementara itu tak jauh darisana, terlihat Alex bersama dengan Luna tengah memperhatikan pertarungan Rosie.

    “Alex, apa kau yakin dengan rencana ini? Men-summon monster serta memerangkapnya dalam kabut satu arah itu tampaknya agak berlebihan...”
    Tanya Luna sedikit khawatir.

    “Tentu saja, lagipula dengan summoncard monster kelas C seperti Lysiosquilla kita tidak perlu khawatir dan spellcard Dark Mist membuat kita tak akan terlihat olehnya dari dalam sana”
    Jelas Alex.

    “Melihat kemampuannya yang tidak terlalu hebat padahal hanya melawan monster kelas C membuatku sedikit ragu akan kemampuannya.. jangan-jangan ia hanya omong besar..”
    Ujar Luna.

    Sejak tadi Rosie terus bertahan, namun nampaknya ia sudah muak terus menerus diserang oleh musuhnya, kini ia ingin menyerang balik.

    “Heit!!”
    Rosie menumbuhkan sulur tajam yang segera meluncur menuju sekelebatan bayangan yang berada dibalik tebalnya kabut, dan..

    “TRANG!!”
    Serangan itu tepat mengenai sasaran, namun..

    Ternyata monster itu berhasil menangkisnya, sosoknya menjadi terlihat saat ia terpaksa diam demi menangkis serangan Rosie.

    “Kali ini kau takkan lolos!”

    Sekali lagi Rosie menumbuhkan sulur tajam untuk menyerang Lysiosquilla, namun mahluk humanoid berbentuk mirip udang dengan armor hitam itu malah mengarahkan cakarnya dan menembakkan proyektil yang lebih besar ke arah sulur yang menyerangnya dan seketika menghancurkannya.

    Monster itu kemudian melakukan hal yang sama kepada sulur yang tengah ia tahan. Begitu cepat gerakan monster itu sehingga Rosie tampak tak sempat bereaksi ketika Lysiosquilla mulai menyerang balik dengan menembakkan proyektilnya ke arah Rosie.

    Tak sempat menghindar, Rosie terkena telak serangan dari Lysiosquilla.

    “DUAR!!”

    Rosie terpental sejauh beberapa meter dan jatuh terkulai tak sadarkan diri sementara Lysiosquilla kini mendekatinya dan bersiap menyerangnya sekali lagi dari jarak dekat.

    “Uh-oh, ini tidak dapat dibiarkan..”

    “Hei! Jangan!”

    Alex berusaha menahan Luna yang melompat dan segera berlari menuju Rosie untuk menyelamatkannya. Ia kemudian meng-undo Dark Mist dan segera berlari mengikuti Luna.

    Dengan cepat Luna telah berada disebelah Lysiosquilla dan terlihat tengah menebasnya dengan Exodus.

    “TRANG!!”

    Namun serangan Luna berhasil ditangkis oleh Lysiosquilla walau monster itu harus terpental mundur karenanya. Lysiosquilla kemudian mengarahkan cakarnya kepada Luna, bersiap menembakkan proyektilnya dengan tenaga penuh terlihat dari kilatan-kilatan cahaya kebiruan yang kini muncul dari udara di sekitar cakarnya. Namun..

    “Unsummon!”
    Alex memanggil kembali Lysiosquilla ke dalam summoncardnya sebelum monster itu sempat menembakkan proyektilnya.

    Luna segera mengangkat Rosie yang tersungkur di tanah dan berusaha menyadarkannya.

    “Rosie! Rosie! Bangunlah!”
    Seru Luna berusaha menyadarkan Rosie.

    “Kau gila Luna! Nyaris saja Lysiosquilla menyerangmu!”

    “Kau yang gila Alex! Kau nyaris membunuh Rosie!”

    “Hei, kau sendiri yang bilang ia akan membunuhmu, kini setelah aku membantumu ini yang malah kuterima?!”

    “Baik, terimakasih telah membantuku dan membuktikan kemampuan Rosie!! Tapi kau tetap gila nyaris membunuhnya!”
    Seru Luna bersikeras.

    “Seharusnya kau bersyukur aku dapat memuaskan rasa ingin tahumu!”
    Balas Alex.

    Disaat mereka tengah beradu mulut, Rosie akhirnya tersadar dan membuka matanya.

    “Apa.. yang terjadi..”
    Tanya Rosie.

    “ROSIE!! KUPIKIR KAU AKAN MATI!!”
    Seru Luna sambil memeluk Rosie dengan erat.
    “Kau tidak apa-apa?!”
    Tanya Luna khawatir.

    “Tidak.. hanya sedikit pusing saja..”
    Jawab Rosie sambil tersenyum.

    “Baiklah, ayo kuantar pulang”
    Ujar Luna sambil berusaha menolong Rosie untuk berjalan.
    “Ke arah mana?”

    “Ke sana..”
    Jawab Rosie sambil menunjukkan arah.

    Luna pun berjalan meninggalkan Alex sambil menahan Rosie dibahunya. Alex hanya bisa melihat Luna yang tampak marah berjalan meninggalkannya. Namun tak jauh..

    Dari jauh, Rosie menengok kepadanya, ia memberikan senyuman angkuh yang terkesan meledek kepada Alex, dan sejenak Alex merasakan suatu hawa jahat yang gelap menyelimuti gadis itu namun langsung menghilang saat Rosie menengok kembali.

    Alex tampak terkejut dan tertegun melihatnya.

    “Bocah itu.. Berengsek! Luna dalam bahaya besar.. aku harus melindunginya.. harus..”
    Ujar Alex dalam hatinya.




    Spoiler untuk Chapter 16 :

    Chapter 16
    Operation Moonshield



    Sejak esok hari semenjak peristiwa penyerangan Rosie oleh Alex demi mengetes kekuatan Rosie, yang awalnya adalah permintaan dari Luna sendiri, Luna marah padanya karena ia berlebihan dan nyaris membunuh Rosie. Luna merasa Alex terlalu semena-mena dan bahkan tampak tidak menyesal telah melakukannya. Namun Alex menganggap bahwa Rosie benar-benar berbahaya meski ia tampak tidak berdaya. Buktinya, Lysiosquilla adalah summon card terkuat yang dimiliki Alex, seekor monster kelas B, dan Dark Mist adalah spellcard magic yang seharusnya membuat seseorang buta total dan tidak dapat mempertahankan dirinya sama sekali. Rosie bahkan tidak terluka oleh serangan yang diterimanya dari Lysiosquilla, pertanda dari kekuatan yang sangat besar dimilikinya.

    Alex bukanlah tipe orang yang berbuat tanpa berpikir, ia tahu apa yang dilakukannya dengan menggunakan kartu As miliknya terhadap Rosie, karena ia tahu, ia ingat, Rosie adalah Rosalie Evangeline Lucia Sanchez, seseorang yang pernah ia temui sewaktu Alex berumur 6 tahun, anak dari seorang assassin wanita terhebat pada masanya, dengan prosentase kesuksesan 100%, rival dari keluarga Blake, Lilia Sanchez.

    Namun baik Alex, Luna, maupun Rosie, tidak mengetahui bahwa masih ada satu pemain lagi diatas panggung kegelapan ini, seseorang yang akan melengkapi jalannya drama berbahaya yang akan mengakibatkan suatu kekacauan keatas dunia, sekali lagi.

    Terlihat seorang gadis berkepang ganda dengan menggunakan seragam Everwoods High menyusuri lorong sekolah yang telah sepi karena murid-murid telah memasuki kelas. Ia tampak sedang menelepon seseorang dengan ponsel yang tengah menempel di telinganya.

    “Ya, baik”

    “Ya, aku mengerti, baiklah”

    “Klap”

    Ia menutup ponselnya, berdiri di depan pintu sebuah kelas sambil mendongak dan melihat papan kelas

    “2A”

    Tertulis disana.

    “Baiklah, dengan begini, Operation Moonshield, dimulai..”

    Ujar gadis itu sambil tersenyum penuh percaya diri.

    “Tok tok tok”

    Terdengar suara pintu kelas diketuk dengan lembut.

    “Srak”
    Pintu dibuka

    “Permisi..”
    Ujar gadis berkepang itu tampak malu-malu.

    “Ya, silakan masuk”
    Jawab Bu Elisa mempersilakannya masuk.

    “Anu.. aku..”
    “Ya, ya, aku tahu, silakan berdiri di depan dan perkenalkan dirimu”
    Ujar Bu Elisa

    Seisi kelas tampak penasaran dengan kedatangannya. Siapa sebenarnya gadis itu. Gadis itu pun berjalan ke depan kelas dan menghadap ke arah seisi kelas.

    “Ah... aku.. namaku...”
    Wajah gadis itu memerah tampak malu dan tak dapat melanjutkan kata-katanya. Seisi kelas menjadi hening menunggu lanjutan darinya.
    “Namaku Liana.. Liana Lauressa...”
    Ujarnya dengan suara kecil.

    Meski tertunduk, mata Liana tampak mencari-cari sesuatu; atau seseorang, hingga ia melihat William. Ekspresinya sedikit berubah, lalu..

    “Bu guru..”
    Ujarnya dengan pelan.

    “Ehem.. tampaknya kamu belum mengetahui peraturan kelas ini ya.. di kelas ini, saya dipanggil Elisa..”

    Liana hanya mengangguk, ia kemudian melirik kembali kepada Bu Elisa.

    “Nah, sekarang.. apa tadi yang ingin kamu katakan?”
    Tanya Bu Elisa.

    “Bolehkah aku.. duduk disana?”
    Ujar Liana sambil menunjuk kearah bangku yang kosong di belakang Luna.

    “He? Memangnya ada alasan khusus?”

    “Ti-tidak.. hanya saja..”
    Liana melirik kearah William dengan wajah yang memerah, sementara seisi kelas menoleh kepada William dengan pandangan curiga.

    “Hei, apa kau kenal dia??”
    Tanya Luna kepada William.

    “Hah? Entahlah.. aku baru pertama kali melihatnya..”
    Jawab William.

    “Baiklah, silakan duduk disana kalau kamu mau..”
    Ujar Bu Elisa mengizinkan Liana yang tengah berjalan menuju bangku yang telah ia pilih.

    Liana menarik bangkunya, lalu duduk disana, masih dengan seisi kelas memandanginya, penuh dengan rasa heran dan bingung dengan tingkahnya, termasuk Luna.

    “Salam kenal”
    Sapa Liana kepada Luna dengan senyuman yang tampak tulus.

    “Er.. sa-salam kenal..”
    Jawab Luna terbata-bata.

    Liana kembali melirik William, namun kali ini pandangan yang ia berikan bertolak belakang ketika ia berada di depan kelas tadi. Pandangan yang ia perlihatkan adalah pandangan penuh kebencian. William yang tak sengaja bertatapan dengannya malah memberikan senyuman kepadanya. Liana berpaling kembali.

    Pelajaran pun dimulai, namun ditengah pelajaran, terdengar suara gaduh dari belakang Luna. Liana tampaknya sedang mencari sesuatu dari dalam tasnya.

    “Penghapusku.. dimana...”
    Ujarnya pelan dan tampak kebingungan.

    Luna dan William yang melihatnya pun segera mengambil penghapusnya masing-masing untuk dipinjamkan kepada Liana.

    “Silakan pakai penghapusku”
    William menawarkan penghapusnya dengan ramah, namun Liana tampak tak perduli seolah tidak mendengar atau melihat William yang menawarkan penghapusnya.

    “Ini, pakai saja penghapusku!”
    Ujar Luna sambil menengok menawarkan penghapusnya yang bergambar Super Panda.

    “Ini.. Super Panda..”

    “Lho? Kau tahu Super Panda?”
    Tanya Luna antusias.

    “Iya.. aku bahkan memakai pinsilnya”
    Jawab Liana sambil memperlihatkan pinsil bermotif gambar Super Panda-nya.

    “Wow! Aku bahkan tak tahu mereka mengeluarkan pinsil berwarna pink!”

    “Jangan salah, ini limited edition lho!”
    Liana yang tampak antusias tanpa sadar melepas suaranya hingga terdengar keras.

    “Ehem.. saling mengenal boleh saja.. tapi dilakukan nanti ya saat istirahat!”
    Sindir Bu Elisa dengan keras dari depan kelas.

    Luna dan Liana pun segera tersadar mereka tengah berada di waktu kelas dan menyudahi percakapan mereka.

    “Kita lanjutkan nanti saja ya!”
    Bisik Luna pada Liana yang dibalas oleh anggukan darinya.


    Bel kelas berbunyi, tanda waktu istirahat siang telah tiba. Luna berdiri dari bangkunya dan mengajak Liana untuk mengikutinya ke kantin.

    “Kamu belum tahu letak kantin kan?”

    Liana hanya menjawabnya dengan gelengan.

    “Mau ikut?”

    Kali ini Liana menjawabnya dengan anggukan dan segera berdiri dari bangkunya.

    William yang melihat mereka keluar dari kelas masih mencoba mencari tahu apa kesalahannya sehingga Liana tampak membencinya.

    Di kantin..

    “Fuh.. untung kita berhasil mendapatkan burger spesial ini..”
    Ujar Luna sambil duduk di bangku panjang yang menghadap ke pagar pembatas.
    “Jadi.. episode berapa yang jadi favoritmu di Super Panda?!”

    “E-episode... 20.. season 2..”
    Jawab Liana pelan.

    “Woah! Itu betul-betul episode yang seru! Super Red Panda tengah menekan Super Panda dengan kekuatan maplenya itu kan!”

    “Betul.. Super Red Panda menurutku musuh terkuat di seluruh serial Super Panda!”
    Secara tiba-tiba Liana mulai memperkeras volume suaranya.

    “Tapi Blue Jelly juga kuat! Apalagi Max Poacher musuh terakhirnya di season 4!”

    Namun disaat diskusi mereka sedang panas-panasnya..

    “Kak Luna!!!”
    Tiba-tiba Rosie muncul dan datang dengan berlari.

    “Ah, Rosie, sedang apa kau disini?”
    Tanya Luna.

    “Aku sudah selesai makan bersama Maria, Riona, dan Laurie dan kini akan kembali ke kelas! Dan..”
    Rosie menghentikan kata-katanya sambil memperhatikan Liana. Luna yang menyadarinya segera memperkenalkan Liana pada Rosie.

    “Ah ya, Rosie, ini Liana, Liana, ini Rosie!”

    “Selamat siang!”
    Sapa Rosie sambil memberi hormat dengan tangannya.

    Liana memperhatikan Rosie sejenak, lalu..
    “Selamat siang, salam kenal ya”
    Balas Liana sambil tersenyum.

    Terdengar di kejauhan Maria memanggil Rosie sambil melambaikan tangannya, tampaknya ia mengajak Rosie kembali ke kelas.

    “Baiklah.. aku pergi dulu ya! Sampai nanti Kak Luna, Kak Liana!”
    Rosie pun berlari kecil meninggalkan Luna menuju Maria dan kawan-kawan.

    “Siapa dia? Adikmu?”
    Tanya Liana tampak penasaran.

    “Tidak.. dia hanya...”
    Tiba-tiba terbesit kembali kata-kata Rosie “Aku adalah wujud kematian”
    “..dia..”
    kembali terbesit pada ingatan Luna “Aku adalah seorang pembunuh bayaran”

    “Luna? Luna??”
    Sayup-sayup terdengar Liana memanggil-manggil namanya, Luna kembali tersadar dari lamunannya.

    “Ah, maaf, Rosie hanya adik kelasku, itu saja”

    “Hoo... begitu..”
    Ucap Liana panjang.

    Bel masuk berbunyi, Luna dan Liana pun terpaksa menyudahi makan siang mereka dan kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran. William masih tampak bingung dengan perlakuan Liana padanya, namun ia sulit untuk menanyakannya karena Liana bertingkah seakan ia tak ada disana.

    Kini giliran bel pulang yang berbunyi, murid-murid pun langsung keluar dari kelas. Ada yang melanjutkan aktivitasnya di klub yang mereka ikuti, namun ada juga yang langsung pulang, seperti Luna.

    Luna dan Liana berniat berjalan pulang bersama namun Liana bilang ia harus mengisi beberapa formulir terlebih dahulu dan menyuruh Luna menunggu di gerbang sekolah. Luna berjalan sendirian hendak menuju gerbang, hingga terlihat Alex menunggu di depan pintu gedung sekolah.

    “Hei, aku harus bicara denganmu..”
    Ujar Alex.

    Namun Luna tampak tidak memperdulikannya, ia berjalan begitu saja melewati Alex seolah tidak mengenalnya. Namun Alex menahan lengan Luna saat akan melewatinya.

    “Tunggu, kau benar, aku salah, aku minta maaf, tapi aku benar-benar harus bicara denganmu”
    Tambah Alex dengan pandangan yang serius. Luna hanya membalas tatapannya dengan pandangan yang sama.

    Luna menghela nafasnya.
    “Fuh.. baiklah.. tapi tidak hari ini.. besok malam, di tempat biasanya..”
    Setelah itu Luna mengguncangkan tangannya dan melepaskan genggaman Alex. Kemudian ia berjalan kembali.

    “Kau tidak patroli malam ini?”
    Tanya Alex, namun hanya dibalas oleh kebisuan dari Luna yang terus berjalan memunggunginya. Alex menghela nafasnya panjang.

    Tiba-tiba terdengar suara tawa kecil dari belakang Alex, tampak Liana melewatinya sambil memberi senyum sinis, namun Alex hanya membalas dengan pandangan serius.

    Luna dan Liana pun berjalan bersama-sama sambil mengobrol dengan gembira. Luna merasa sangat cocok dengan Liana yang sama-sama menyukai serial Super Panda. Ini adalah pertama kali baginya ia memiliki teman satu gender yang cocok dengannya. Luna terlihat sangat bahagia.

    “Baiklah, di persimpangan ini aku belok kiri ya?”
    Tanya Liana sambil menghentikan langkahnya.

    “Ok, hati-hati ya!”
    Sahut Luna sambil melambaikan tangannya pada Liana yang tengah berjalan. Liana pun tampak membalas lambaian tangannya dan berjalan meninggalkan Luna.

    “Luna...”
    Mendadak Selene memanggilnya
    “Apa?”
    “Kurasa kamu harus berhati-hati padanya..”
    “Siapa?”
    Tanya Luna.
    “Gadis berkepang itu, Liana Lauressa..”
    Jawab Selene.
    “Kenapa aku harus?”
    “Dia.. gadis itu.. aku merasakan aura yang familiar darinya.. namun kali ini berbeda.. terasa.. dingin..”
    “Ah sudahlah, kok malah giliran kau yang paranoid? Tenang sajalah!”
    Seru Luna berusaha menenangkan Selene sambil sedikit meledeknya.
    “Terserahlah..”
    Ujar Selene kesal.

    Tidak sana, Liana tampak sedang berjalan sendirian, ia berbelok di persimpangan selanjutnya. Namun ia langsung menghentikan langkahnya. Liana sedikit tersenyum.

    “Kupikir kau seharusnya sekarang sedang melindunginya?”

    Alex tiba-tiba muncul dari atap rumah di belakang Liana, kemudian ia melompat mendekatinya.

    “Jadi kau yang dikirim untuk membantuku.. aktingmu benar-benar mengerikan..”
    Ujar Alex sambil berjalan mendekati Liana.

    “Hahaha.. lihat siapa yang bicara.. Tuan-Iblis-Kecil”
    Ledek Liana pada Alex.

    “Aku tidak peduli pada kata-katamu.. hanya saja.. gadis itu, Luna, ia tampak benar-benar menyukaimu.. aku harap kau tidak melakukan perbuatan bodoh dan membuatnya kecewa..”

    “Aku mengerti, akan kuusahakan semampuku, kau tahu aku seperti apa kan?”
    Liana berjalan kembali.
    “Daag.. Bael”

    “Justru karena aku tahu kau seperti apa makanya aku khawatir.. bodoh..”
    Gerutu Alex dalam hatinya.




    Next Chapter


    Last edited by the_omicron; 07-12-10 at 01:08.


    Click To Read Sweet~.

    Mari Menulis Disini

    Quote Originally Posted by dono View Post
    Dilihat dari system server kami, dikarenakan sudah lebih dari 2000 pages kami mengambil keputusan untuk menutup thread in, karena menyebabkan ada nya keberatan dari server forum sendiri. Mohon maap dan terimakasih.

  7. The Following 3 Users Say Thank You to the_omicron For This Useful Post:
  8. #81
    LordTauren's Avatar
    Join Date
    Mar 2007
    Location
    Red Land of Orchis
    Posts
    1,209
    Points
    564.22
    Thanks: 42 / 29 / 21

    Default

    si gadis kecil ttp misterius
    huaaaaa

    masa kecil tp umur 16
    yang phedopil enak nih XD
    From nothing get a thing... And from everything back to nothing

  9. #82
    open_closed's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    Indonesia Raya
    Posts
    848
    Points
    1,088.90
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    mana nie updatenya lagi gan...!?
    keburu Lupa2 ingat nie sama crita sebelumnya...
    --aa
    Percayalah pada keajaiban tetapi jangan tergantung padanya

  10. #83
    the_omicron's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    di Cinere say........... Ongoing Novel: S|L|M
    Posts
    3,908
    Points
    13,246.30
    Thanks: 6 / 116 / 69

    Default

    Quote Originally Posted by open_closed View Post
    mana nie updatenya lagi gan...!?
    keburu Lupa2 ingat nie sama crita sebelumnya...
    --aa
    iye sori gan, lagi nulis PI


    Quote Originally Posted by LordTauren View Post
    si gadis kecil ttp misterius
    huaaaaa

    masa kecil tp umur 16
    yang phedopil enak nih XD
    buset pedo , ngeri amad


    eniwei, chapter 14 up


    Click To Read Sweet~.

    Mari Menulis Disini

    Quote Originally Posted by dono View Post
    Dilihat dari system server kami, dikarenakan sudah lebih dari 2000 pages kami mengambil keputusan untuk menutup thread in, karena menyebabkan ada nya keberatan dari server forum sendiri. Mohon maap dan terimakasih.

  11. #84
    Jin_Botol's Avatar
    Join Date
    Aug 2007
    Location
    Jakarta "Kota 3in1"
    Posts
    1,111
    Points
    1,058.00
    Thanks: 30 / 38 / 24

    Default

    akhirnya coyy ada updatee...
    Gemini, The Two-Facets Personality

  12. #85
    open_closed's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    Indonesia Raya
    Posts
    848
    Points
    1,088.90
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    wah...
    chapter 14 oke jg...
    pembunuh bayaran yang membuat penasaran...
    Percayalah pada keajaiban tetapi jangan tergantung padanya

  13. #86
    open_closed's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    Indonesia Raya
    Posts
    848
    Points
    1,088.90
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    mana update nyalagi gan ?!
    Percayalah pada keajaiban tetapi jangan tergantung padanya

  14. #87
    Jin_Botol's Avatar
    Join Date
    Aug 2007
    Location
    Jakarta "Kota 3in1"
    Posts
    1,111
    Points
    1,058.00
    Thanks: 30 / 38 / 24

    Default

    *garuk2 kumis buat cari inspirasi*




    update nya ditunggu lho did smile:
    Gemini, The Two-Facets Personality

  15. #88
    the_omicron's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    di Cinere say........... Ongoing Novel: S|L|M
    Posts
    3,908
    Points
    13,246.30
    Thanks: 6 / 116 / 69

    Default

    akhirnya setelah ratusan tahun ada apdet


    Click To Read Sweet~.

    Mari Menulis Disini

    Quote Originally Posted by dono View Post
    Dilihat dari system server kami, dikarenakan sudah lebih dari 2000 pages kami mengambil keputusan untuk menutup thread in, karena menyebabkan ada nya keberatan dari server forum sendiri. Mohon maap dan terimakasih.

  16. #89
    -[nVc]-Kairxa's Avatar
    Join Date
    Feb 2008
    Location
    Negai no kara basho ni
    Posts
    2,215
    Points
    2,080.81
    Thanks: 101 / 91 / 48

    Default

    AKHIRNYA YA ADA APDET MACAM ********

    Gw merasa Civilization V adalah game yang bodoh.

  17. #90
    open_closed's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    Indonesia Raya
    Posts
    848
    Points
    1,088.90
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    akhirnya update juga...
    oalahhh, ini harus baca dari beberapa chapter sebelumnya dulu...
    soalnya udah rada lupa2an
    wkwkwk
    Percayalah pada keajaiban tetapi jangan tergantung padanya

Page 6 of 8 FirstFirst ... 2345678 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •