Haha,sabar gan
Btul...Tapi bukan itu aja alasannya
Iya, dollar naik...Kita juga krisis
Cuma blom terlihat ke permukaan dampaknya
Moga" cuma sebentar deh
Kira" berapa lama ya?
Printable View
hidup berawal dari mimpi bro... katanya bondan feat fead 2 black...
dulu pesawat jg cm mimpi... pesawat ga pernah ada di realita... adanya burung
dulu Leonardo da Vinci juga sering mimpi... kata orang, dulu, dia **** gila... tp skrg salah satu penemu terbesar sepanjang masa...
dan pepatah terkenal juga bilang... imajinasi lebih berharga dari ilmu pasti...
liat yang pasti terus... mau maju kemana? kan kenyataan cuma berhenti di "pasti"
ini kan forum bagus... menumbuhkan mimpi anak2 indonesia... minimal yg di sini... dengan harapan semuanya mewujudkan mimpi Indonesia as big country n nation...
mimpi adalah penggerak realita paling pasti...
ya sampe amrik kelar kale..soal utang kita jg lom lunas ama si amrik itu.
ya ibaratnya begini aja de..
u punya utang si budi 1juta, tapi perjanjian bayarnya bulan depan.
nah tiba2 si budi ini tiba2 krisis keuangan alias kantong kering..
mau tak mau pasti dari elo ada perasaan ga enak ketemu dia lagi..
gmn klo tiba2 dia nagih duitnya yg 1 juta itu sedangkan elo masi lom pny duit cukup untuk bayar utang..
nah jadi efek yg dia alami juga elo alami..
seakan2 elo ikutan bangkrut tapi padahal kaga.
ya karena kita kebanyakan mimpi maka pantas dibentuk republik mimpi..
mimpi menjadi motivasi kita untuk memiliki sebuah komitmen untuk maju..
mimpi hanyalah sebuah mimpi belaka tanpa ada tindakan yang pasti.. dan
tekad yang bulat.
kamu yg bilang sendiri ya...Quote:
mimpi menjadi motivasi kita untuk memiliki sebuah komitmen untuk maju..
mimpi hanyalah sebuah mimpi belaka tanpa ada tindakan yang pasti.. dan
tekad yang bulat.
aku lo sudah melakukan tindakan yang pasti dan tekad yang bulat, dengan mendukung mimpi indonesia as big country and nation di forum ini...
kamu gimana?? menjabarkan realita terus menerus sebagai pembanding?? itukah tekad yang bulat dan tindakan yang pasti mu??
buat wisnu juga di bawah nie... bagaimana dgn anda??
tekad yg bulat ga bisa dibentuk dalam waktu 1-2 hari.. butuh berminggu2 hingga tahunan.. bahkan ada orang yg sampe mati pun ga bisa memiliki sebuah komitmen.. karena kebnyakan ngimpi dan ga berani menghadapi realita.
justru karena dengan realita yang menyedihkan lah manusia baru bisa belajar untuk maju dan berjuang..
masi inget ketika zaman penjajahan belanda dan detik2 kemerdekaan? dmna anak2 muda dan para pemimpin depresi semua tetapi mereka tetap bsa bangkit dan maju? dan coba kau bayangkan dengan sekarang?
kbnykan cmn bisa ngimpi.. otak ada, modal ada tapi ga ada kemauannya..bahkan uda bisa dibilang terlalu damai hidup ini jadi uda males ngapa2in.
bahkan dengan adanya perang dan bencana suatu tempat bisa menjadi lebih cepat maju dan lebih kokoh persatuannya.. lihatlah aceh.
boleh dikatakan kita terkena butterfly effect yg mengarah ke chaos..
1 orang panik maka akan menyebabkan semuanya panik..
tetapi disaat seperti ini lebih baik jgn percayain siapapun.. bahkan mau pebisnis handal sekalipun..
karena disaat seperti inilah mereka pasti akan mencari cara untuk tetap mempertahankan keyakinan para pemegang saham supaya ga kabur.. wlaubagaimanapun caranya.
tenang aje gw jg bukan ahli ekonom, cmn bnyk bergaul aja ama org2 yg suka ngobrolin ekonomi jadi dikit2 nempel di otak la.
klo menurut gw amrik itu akan selesai krisisnya setelah permainan mereka game over la..
ga liat dunia bilang minyak naek uda ga akan turun lage.. eh skrg uda turun lagi tu.
Indonesia dikatakan sebagai negara dengan ekonomi terkuat,tapi ingat,Amerika adalah relasi dagang Indonesia teraktif dan saham yang beredar di Bursa Efek Indonesia mayoritas dikuasai investor asing. Artinya, uang itu akan mudah pergi. Andaikan Amerika hari ini resesi, dan bursa sahamnya jatuh, hot money itu segera keluar untuk berburu saham-saham murah di Amerika. Banyak investor menarik dananya dari bursa di Asia, dan mengalihkannya ke Amerika, karena unsur spekulasi bahwa harga saham sedang murah dan ekonomi Amerika akan segera pulih. Aksi-aksi spekulatif itu akan mengguncang bursa global, termasuk Asia.
in? Asia? or among the World? boleh minta web source nya?
Yap bisa di katakan seperti itu tp PAstiny mereka inGin menGuras SDA kita....
trus qlo dah abis udah RATA kita.....
pastiny kita terdesak nd akan ad perang sodara.....
tp yg lbh para pasti kita akan impor terus tuh bahan makan ampe gx isa byr trus jd budak amrik @_@:tsk:
ya itu mksd saya saham-saham yang berlalulalang di BEI mayoritas dikuasai asing.. 70% volume perdagangan di BEJ di dominasi asing.Dan yang lebih parahnya 25% saham blue chip sudah dikuasai oleh asing (up50%kep.saham).
80%-85% saham BUMN dikuasai asing. Di sektor seluler, para pihak asing sudah mengakuisisi saham-saham unggulan seperti Telkomsel dan Indosat.
Saking banyaknya pihak yang mau menjual saham itulah yang mengakibatkan harga saham jatuh 10 persen kemarin. Mereka berani menjual murah, menjual rugi, asal bisa segera mendapat uang cash. Sebenarnya sekaranglah saatnya membeli kembali saham Indosat, Telkomsel, atau apa pun, tapi kita belum cukup kaya untuk melakukan itu.
Di sektor perbankan saja saat ini 6 dari 10 perbankan terbesar di Indonesia kepemilikan mayoritasnya dikuasai asing.Dari sektor migas ada Aneka tambang, Tambang batubara bukit asam, Chevron, Petrochina, British Petroleum, Shell, dll. Dan yang jadi gonjang-ganjing sekarang di kalau anda buka forum migas adalah eksistensi Chevron-Texaco dari US.
Kemarin baru dapat rumours kalau saham BUMI milik Bakrie beberapa persen akan dilepas. Ada yang mengatakan bahwa pembeli 35% saham BUMI tersebut adalah Avenue Capital Group, sebuah perusahaan investasi raksasa asal Amerika Serikat yang memiliki aset sebesar US$ 20,3 miliar. Tambang Batubara Bukit Asam dan Aneka Tambang juga masuk ke rumours tertarik membeli saham-saham BUMI yang akan dilepas.
Yang dikhawatirkan adalah bagaimana cara Indonesia menjernihkan economic bubble yang kapan saja bisa meletus. Dari mana kekuatan Indonesia? pemerintah hanya bisa bertepuk dada dengan mengatakan Indonesia masih kuat (Malaysia saja kelimpungan dan Harga penutupan Index Gabungan singapura saja turun 10%).
Yang paling meng-khawatirkan adalah dana asing juga masuk lewat SBI dan surat utang.Itu sangat berbahaya karena Hot money (uang panas) itu biasanya dengan mudah akan berpindah dari suatu pasar modal ke pasar lain. Akibatnya, uang panas akan berdampak terhadap meningkatnya gejolak, baik di pasar modal mau pun di pasar valas, khususnya di negara-negara yang pasar finansialnya masih belum dalam.
Volume pertukaran Vallas 2 hari yang lalu sempat menyentuh lv 10.600. Hingga kemarin ditutup pada lv 10.000. Dan banyak awam yang telah menukar dollarnya kembali pada rupiah. Tetapi itu akan semakin memberatkan Indonesia pada jangka selanjutnya. Apabila Jumlah uang terlalu banyak yang beredar hal ini akan berakibat harga barang menjadi naik karena orang memiliki uang banyak sehingga mereka berani membayar lebih tinggi untuk supply yang ada.
Seharusnya sekarang pemerintah menyiapkan dana untuk aksi BuyBack saham-saham yang pernah dilepasnya karena pada saat inilah momen yang paling baik. Tetapi harus ingat beberapa resiko yang saya sebut diatas.
Dan yang paling penting ekonomi global tidak serta-merta dapat ditebak fluktuasinya. kalau timing tidak tepat maka opsi BuyBack akan jadi bumerang tajam.
Justru pada saat sekarang ini Kebijakan pemerintaha akan menjadi penopang penting kemana arah Indonesia. sejarah '97,kala itu kita mengikuti jejak Thailand apakah akan diulangi sekarang?
Kita tunggu saja hasil dari jurus Mbak Sri nanti.
Bankrupt ! Finished !
http://graphics8.nytimes.com/images/...celand_600.jpg
The magnificent Iceland
Sorry, dudes....it's not Indonesia. It's our far-away fella, Iceland. I've been wondering how iceland looks like (must be very thrilling and interesting place), but now, it is hardest-hit by this global financial turmoil, thanks to the greedy USA.
Iceland was once known as the most stable and strong political and economical foundation, its people are ranked #1 for their happiness in life, and one of the richest people on earth. But now.....
Iceland is on the verge of bankruptcy, having shut down its stock market and seized control of its last major bank Thursday. That brought trading in the country's currency to a halt, with foreign banks no longer willing to take Icelandic krona, even at fire-sale rates.
"Iceland is bankrupt," said Arsaell Valfells, a professor at the University of Iceland. "The Icelandic krona is history. The IMF has to come and rescue us." Finance minister said.
Indonesia can somehow learn on how to save our economy from another free-falling after 1998. Please, no more economic crisis. Not in our future, not in my daughter's era. USA, go to hell yourself!
http://www.worldcountries.info/Maps/...50-Iceland.jpg
If I may suggest, iceland. STAY AWAY from a monster named IMF...Indonesia was severely damaged by IMF, and their devilish advice. You are a fren of Indonesia, and IMF is surely NOT !
Think about this, iceland.
http://akhyari.blogspot.com/2008/10/...-finished.html
IMF memang monster yang rakus, jauhi IMF :yuck:
imam khomaeni pernah meramalkan bahwa ada 2 negara yang akan hancur dalam 50 tahun trakhir ini,,
yang pertama adalah uni soviet, yang ke 2 adalah amerika serikat
uni soviet trbukti hancur
tinggal amerika,,,bnyk orang bilang bahwa amerika akan hancur dalam segi sosialnya,, tp saat ini sedang menghadapi masalah ekonomi, dan bisa jadi amerika akan hancur
Yah, memang sulit sih. Yang disampaikan Dahlan Iskan itu bener2 dengan bahasa yang simpel. Plus, mudah dimengerti.
Yah, everything is possible kan ? Apalagi kalu politik udah dicampuradukkan ama ekonomi...tapi analisis yang g sebutin juga ga sepenuhnya salah kan ?
McCain aja udah 'bunuh diri' dengan mengatakan kalo fundamental ekonomi Amerika sangat kuat, dan pada hari yang sama Lehmann Brothers dinyatakan bangkrut..mau jadi apa kalo McCain & Palin yang menang election...
Your time is over Bush..
wah gawat dollar terus naek mpe 10250an..
salahnya indo ini BEI ditutup se.. bikin panik para pemegang saham aja.
malah klo pas senen dibuka bisa riot ne rame2 jual sahamnya.
kalau sya rasa penutupan BEI pada akhir-akhir ini sudah tepat karena BEI sendiri kan sudah sya bilang sebelumnya, volume perdagangan mayoritas ada di pihak asing dan spekulan luar. Dimana pergolakan yang terjadi di amerika akibat hancurnya Lehman brothers, salah input dari morgan, hancurnya nasdaq dan kemacetan dari sektor perkreditan property memacu keadaan yang fluktuatif,tidak kondusif, unpredictable dan high risk condition yang membuat spekulan akan menjual saham-saham yang dipegangnya untuk mempersiapkan uang panas mereka yang akan dialirkan ke saham-saham low di Amerika. Akibatnya pasar akan anjlok dan IHSG akan turun drastis.
itu pandangan menurut elo..tapi gimana menurut pemegang saham..
elo aja de bertindak sebagai pemegang saham..
mungkin kita denger isu bisa aja org cuekan dan ga mau tau isu tersebut..
tetapi dengan adanya penutupan seperti itu, maka isu tersebut akan dikuatkan dengan sendirinya sehingga org yg semulanya cuek menjadi ikutan panik.
u got my point?
elo digituin pun pasti akan panik.. jgn bilang ga panik, mungkin u ga panik karena u ga maen.. coba u liatin yg maen saham mpe milyaran..
mungkin uda botak dan udah pesen kamar RUMAH SAKIT kali itu mikir 3hari ga bisa tidur ga bisa makan.
A Solution?
Published 10/11/08 Paul Craig Roberts, former Secretary of the U.S. Treasury
E-mail - [email protected]
Editor's Note: The following article was contributed by Paul Craig Roberts and may not reflect the views or opinions of EconomyInCrisis.org. Feedback is welcome.
Readers have been pressing for a solution to the financial crisis. But first it is necessary to understand the problem. Here is the problem as I see it. If my diagnosis is correct, the solution below might be appropriate.
Let’s begin with the fact that the financial crisis is more or less worldwide. The mechanism that spread the American-made financial crisis abroad was the massive U.S. trade deficit. Every year the countries with which the U.S. has trade deficits end up in the aggregate with hundreds of billions of dollars.
Countries don’t put these dollars in a mattress. They invest them. They buy up U.S. companies, real estate, and toll roads. They also purchase U.S. financial assets. They finance the U.S. government budget deficit by purchasing Treasury bonds and bills. They help to finance the U.S. mortgage market by purchasing Fannie Mae and Freddie Mac bonds. They buy financial instruments, such as mortgage-backed securities and other derivatives, from U.S. investment banks, and that is how the U.S. financial crisis was spread abroad. If the U.S. current account was close to balance, the contagion would have lacked a mechanism by which to spread.
One reason the U.S. trade deficit is so large is the practice of U.S. corporations offshoring their production of goods and services for U.S. markets. When these products are brought into the U.S. to be sold, they count as imports.
Thus, economists were wrong to see the trade deficit as a non-problem and to regard offshoring as a plus for the U.S. economy.
The fact that much of the financial world is polluted with U.S. toxic financial instruments could affect the ability of the U.S. Treasury to borrow the money to finance the bailout of the financial institutions. Foreign central banks might need their reserves to bail out their own financial systems. As the U.S. savings rate is approximately zero, the only alternative to foreign borrowing is the printing of money.
Financial deregulation was an important factor in the development of the crisis. The most reckless deregulation occurred in 1999, 2000, and 2004. See Roberts.
Lax mortgage lending policies grew out of pressures placed on mortgage lenders during the 1990s by the US Department of Justice and federal regulatory agencies to race-norm their mortgage lending and to provide below-market loans to preferred minorities. Subprime mortgages became a potential systemic threat when issuers ceased to bear any risk by selling the mortgages, which were then amalgamated with other mortgages and became collateral for mortgage-backed securities.
Federal Reserve chairman Alan Greenspan’s inexplicable low interest rate policy allowed the systemic threat to develop. Low interest rates push up housing prices by lowering monthly mortgage payments, thus increasing housing demand. Rising home prices created equity to justify 100 percent mortgages. Buyers leveraged themselves to the hilt and lacked the ability to make payments when they lost their jobs or when adjustable rates and interest escalator clauses pushed up monthly payments.
Wall Street analysts pushed financial institutions to increase their earnings, which they did by leveraging their assets and by insuring debt instruments instead of maintaining appropriate reserves. This spread the crisis from banks to insurance companies.
Finance chiefs around the world are dealing with the crisis by bailing out banks and by lowering interest rates. This suggests that the authorities see the problem as a solvency problem for the financial institutions and as a liquidity problem. US Treasury Secretary Paulson’s solution, for example, leaves unattended the continuing mortgage defaults and foreclosures. The fall in the US stock market predicts a serious recession, which means rising unemployment and more defaults and foreclosures.
In place of a liquidity problem, I see an over-abundance of debt instruments relative to wealth. A fractional reserve banking system based on fiat money appears to be capable of creating debt instruments faster than an economy can create real wealth. Add in credit card debt, stocks purchased on margin, and leveraged derivatives, and debt is pyramided relative to real assets.
Add in the mark-to-market rule, which forces troubled assets to be under-valued, thus threatening the solvency of institutions, and short-selling, which drives down the shares of trouble institutions, thereby depriving them of credit lines, and you have an outline of the many causes of the current crisis.
If the diagnosis is correct, the solution is multifaceted.
Instead of wasting $700 billion on a bailout of the guilty that does not address the problem, the money should be used to refinance the troubled mortgages, as was done during the Great Depression. If the mortgages were not defaulting, the income flows from the mortgage interest through to the holders of the mortgage-backed securities would be restored. Thus, the solvency problem faced by the holders of these securities would be at an end.
The financial markets must be carefully re-regulated, not over-regulated or wrongly regulated.
The trade deficit is more difficult to reduce as the U.S. has permitted itself to become dependent not merely on imports of foreign energy, but also on imports of foreign manufactured goods including advanced technology products. Steps can be taken to bring home the offshored production of U.S. goods for U.S. markets. This would substantially reduce the trade deficit and, thus, restore credibility to the U.S. dollar as world reserve currency. Follow-up measures would be required to insure that U.S. imports do not greatly exceed exports.
The U.S. will have to set aside the racial privileges that federal bureaucrats pulled out of the Civil Rights Act and restore sound lending practices. It the U.S. government itself wishes to subsidize at taxpayer expense home purchases by non-qualified buyers, that is a political decision subject to electoral ratification. But the U.S. government must cease to force private lenders to breech the standards of prudence.
The issuance of credit cards must be brought back to prudent standards, with checks on credit history, employment, and income. Balances that grow over time must be seen as a problem against which reserves must be provided, instead of a source of rising interest income to the credit card companies.
Fractional reserve banking must be reined in by higher reserve requirements, rising over time perhaps to 100 percent. If banks were true financial intermediaries, they would not have money creating power, and the proliferation of debt relative to wealth would be reduced.
The Great Depression lasted a decade because the authorities were unable to comprehend that the Federal Reserve had allowed the supply of money to shrink. The shrunken money supply could not employ the same number of workers at the same wages, and it could not purchase the same amount of goods and service at the same prices. Thus, prices and employment fell.
The explanation of the Great Depression was not known until the 1960s when Milton Friedman and Anna Schwartz published their Monetary History of the United States.
http://www.economyincrisis.org/articles/show/1908
--------------
Analisa lain nih
For me, all crisis in USA disebabkan oleh ketamakan mereka sendiri. Nyok rame2 simpen deposito, bunga deposito naek :-D
well....rupiah melemah lagi 10300 skrg
aaah, ga jadi beli vga klo gini:yuck:
JK: Lebih Baik BEI yang Ditutup Ketimbang Pasar Tanah Abang
Sabtu, 11 Oktober 2008 - 13:11 wib
PADANG - Krisis ekonomi global yang menyebabkan penghentian sementara perdagangan saham (suspensi) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak memberikan dampak yang besar masyarakat luas. Justru roda perekonomian Tanah Air akan terancam bahaya, jika pasar tradisional yang ditutup.
Paradigma tersebut dikatakan Wakil Presiden Jusuf Kalla, di sela-sela Silaturahmi Saudagar Minang, di Hotel Pangeran Beach, di Jalan S Parman, Padang, Sumatra Barat, Sabtu (11/10/2008).
"Yang kita khawatirkan itu kalau Pasar Tanah Abang, Jakarta, atau Pasar Kali Deres, Surabaya, yang ditutup. Kalau keduanya masih dibuka ngapain kita cemas? Biar saja pasar Amerika dan Eropa cemas sendirian," ujar Kalla.
Menurut Kalla, kekuatan ekonomi Indonesia terletak pada aktivitas pedagang, bukan pada perusahaan atau penjualan saham. Karena hanya keterlibatan investor lokal di pasar modal hanya 10 persen saja. "Selebihnya adalah warga asing," imbuhnya.
Wapres juga mengatakan, Indonesia tidak bisa membantu memulihkan perekonomian Amerika yang menjadi "pusat gempa" krisis ekonomi global.
"Kalau pun kita kasih bantuan kepada mereka berupa pinjaman, mana mampu kita memberikan bantuan dana. Yang bisa itu seperti IMF, baru
bisa," tutur JK
JK: Krisis Ekonomi Amerika Untungkan Indonesia
Sabtu, 11 Oktober 2008 - 17:46 wib
PADANG - Meski nilai tukar rupiah terhadap USD cendrung naik akibat krisis ekonomi di Amerika, namun Wapres Jusuf Kalla yakin kondisi itu tidak akan berpengaruh besar terhadap kondisi ekonomi di negera Indonesia.
"Krisis ekonomi yang melanda negara Amerika Serikat tidak terlalu mempengaruih perekonomian kita," katanya dihadapan 1.300 saudagar minang di Hotel Pangeran Beach, Jalan S Parman, Padang, Sumatra Barat, Sabtu (11/10/2008)
Jusuf Kalla malah mengatakan, dengan kondisi Amerika yang mengalami krisis itu akan menguntungkan Tanah Air. Karena banyak saham-saham asing di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dijual dengan harga murah bagi investor Indonesia. Itu dilakukan terkait untuk menyelamatkan kondisi keuangan mereka di negara luar.
"Seperti Telekom, Indosat dan persahaan batu bara. Mereka akan menjual sahamnya ke pengusaha Indonesia dengan harga yang murah, dan ini berdampak menguntungkan kita sendiri jika itu selesai krisis tentu harga saham akan naik, barulah kita jual, kalau tidak bisa semuanya sedikit-sedikit ngak apa-apa," ujarnya.
Dia juga meminta agar rakyat dan pengusaha tidak terlalu terpengaruh dengan usaha ekonomi luar karena menurutnya ekonomi bangsa Indonesia lebih besar ekonomi donestik jadi tidak ada pengaruhnya apalgi dengan ditutupnya Bursa Efek Indonesia (BEI) beberapa hari.
http://economy.okezone.com/index.php...ar-tanah-abang
http://economy.okezone.com/index.php...gkan-indonesia
--------------
Aku mikirnya kok ya simpel gitu juga yah
lho biarin amrik yang pusing.. kita bisa beli perush2 yang tadinya di jualin megawati..
investor asing pd lepas saham malah untung perusahaan lokal bs buy back... trus yg narik dana itu kan investor asing negara mana? negara barat mah biarin aja...
terakhir yg gw tau investor timur tengah dah nanamin modal untuk diriin 3 pabrik/perusahaan(gw lupa) d jawa barat... jd liat sisi baiknya.. lg masyarakat kita mana peduli lah ma ekonomi AS terpuruk.. yg penting kebutuhan pokok terpenuhi dan lancar distribusinya... dan daya beli tercapai... bner aja BEI tutup yah biarin aja,,, yg penting pasar tanah abang ga ikutan tutup...
Lagian ukm ga sepenuhnya ngandelin modal dari perbankan ko'.. Ada yang dari koperasi terus ada pnpm mandiri yang dijamin pemerintah..
Langkah2 pemerintah dgn melakukan suspend bei dan siap2 buyback saham senin besok sudah tepat ko'.. Dan tindakan yang emang udah seharusnya..
melemah ato menguat kita liat saja kepanikan esok hari..
pemegang saham apa??
saham preferen? atau saham biasa? atau pemain/pialang? dan ga usah panik. Milyaran? jangan becanda ah. minimum rate untuk taruh di Dow jones, Nikkei atau han seng yang pernah saya cemplungin itu minimal US$10.000. jangan omong milyaran dulu deh.. bagi mereka itu biasa koq.. jangan terlalu tergugah gitu dong...
Dulu saya juga pernah bermain. memang ngk sampai Milyaran dan teman2 biasa hadapi situasi sperti ini dengan tenang koq. coba kalau ngk percaya datang ke MaxGain di lantai 2 BEJ.. lihat dan perhatikan.. apa ada yang panik?? kepanikan biasa ya karena posisi kita adalah Indonesia,bukan Amerika.. ya berbeda dengan masyarakat awam yang bisanya hanya melihat informasi dari blog-blog tertentu, bila dapat situasi seperti ini langsung panik ramai2 buru2 jual dollar takut harga dollar turun. Ini yang salah..
Sebenarnya masyarakat awam di Indonesia hanya berpikir bilamana Amerika hancur maka harga barang naik,harga minyak naik,dll. Tapi kenyataannya bilamana Dollar dari pasar dijual ke pasar uang maka peredaran volume dollar di pasar akan menyusut dan rupiah akan bertambah banyak dan ini yang mempengaruhi kenaikan harga barang dan jasa karena terjadi Inflasi.
Justru ini saat yang paling nikmat pemerintah Indonesia untuk aksi BuyBack atau mengambil asset kita yang telah di sapu bersih Amerika.Dan sekarang harusnya para spekulan beraksi. pada tanggal mainnya.Harga saham asing yang bersinggungan dengan komoditi dan property akan anjlok dan justru inilah momen yang paling baik untuk para spekulan menyerbu kedua sektor tersebut.
Yang harusnya panik bukan para spekulan, tetapi para pemegang saham preferen!!
Kesimpulan saya :
Krisis Amerika menguntungkan pemerintah Indonesia karena momen seperti ini yang harusnya digunakan pemerintah Indonesia untuk BuyBack Important asset.
Dan juga menguntungkan spekulan untuk mengincar saham-saham low di Bursa saham NasDaq, Dow Jones, American stock Exchange dan Wall street
Tetapi sayangnya ini menjadi kabar buruk bagi para Pemegang saham preferen di sektor Property, Perbank-an, dan Komoditas
jangan terlalu berlebihan ah..
nikkei dowjones itu index bos bukan saham tunggal.. yg gw maksud itu saham tunggal.. klo index 1 jatoh masi bisa ditopang ama yang laen..
tapi pemegang saham tunggal lah yg kepanikan karena isu2 ga jelas..
haha maxgain maennya? perusahaan yg sudah termasuk dalam list penipuan.. sama seperti graha finesa berjangka.. dan alhasil hampir saja saya tertipu untuk ikutan..
ga lama2 setelah gw tolak investasi itu lsng dibekukan aktivitas graha finesa..
dan kadang2 saya melihat beberapa managernya berpakaian cukup lusuh alias miskin..
nah yg u maenin itu index sama seperti judi lah,, mau pasang bisa mau ga pasang tinggal tarik.. so? siapa yg panik? ga ada lah..
coba saham milik PT tunggal, lu udah beli sahamnya minimal itungan berapa lot? apalagi saham telkom yg sampai 30ribu 1 lembar x 500 lembar itu lah pembelian minimal.
jadi sorry aja gw bantah disini pemain saham biasa tetap mengalami kepanikan, karena mereka uda beli ga bisa lsng jual bahkan kalo mo jual itu pun mereka harus jual murah seperti hukum ekonomi biasanya jual bnyk beli dikit harga turun dan sebaliknya.
kalau bisa kluarkan lah pendapatmu jgn hanya bilang saya setuju dan tidak setuju..
ilmu ekonomi itu wajib dipelajari oleh semua org.
klo ga? ya siap2 lah anda dibodohin oleh "pakar" ekonomi gadungan
pendapat saya stuju kok,,Quote:
kalau bisa kluarkan lah pendapatmu jgn hanya bilang saya setuju dan tidak setuju..
ilmu ekonomi itu wajib dipelajari oleh semua org.
klo ga? ya siap2 lah anda dibodohin oleh "pakar" ekonomi gadungan
wajib di pelajarin?? mungkin di sosial,, saya di sini bilang ga trlalu ngerti, bukan ga ngerti,, saya saja lumayan paham tntang maen investasi dan maen saham,,
hahaha... kamu ketauan asbunnya deh..
Stock index adalah suatu indikator pasar yang mencatat rata-rata perubahan sebagian atau seluruh harga saham biasa (common stock) yang terdaftar dan ditransaksikan di bursa saham pada umumnya. Sebagai contohnya adalah Index Harga Saham Gabungan Jakarta Stock Exchange (IHSG – JKSE) yang merupakan index yang mencatat rata-rata perubahan harga pada seluruh saham yang ditransaksikan di bursa saham Jakarta (Jakarta Stock Exchange)
didalam permainan saham tidak ada pialang atau investor manapun yang dapat mengontrol harga saham manapun dan dimanapun dimana semua itu bersifat fundamental yang di bentuk oleh pasar sendiri dan harga saham tidak dapat di buat oleh seorang pialang/pemain saham biasa karena harga tersebut murni dari persaingan pasar atau kebijakan rapat umum pemegang saham dari pemegang saham preferenQuote:
Originally Posted by luna_croz
maaf tapi saya berada di posisi pemain bukan di posisi pialang yang hanya memainkan uang investasi orang lain dan selama itu fine-fine aja tidak ada penipuan sama sekali. Rekening koran datang dengan angka yang sesuai, action transaksi cepat dan tepat, penarikan dana sesuai dengan prosedur dalam agreement, tidak ada yang aneh sama sekali koq.Quote:
Originally Posted by luna_croz
Saya rasa wajar kalau isu penipuan banyak beredar menuduh max gain yang satu-satunya bertempat di gedung BEJ. perusahaan berjangka mana yang anda bilang baik? Quantum? Millenium? Goldmany? semua sama.. isu2 gelap biasanya datang dari orang awam yang bodoh dan tidak bijaksana yang gagal dan kalah bermain dengan kebetulan memakai jasa dari si perusahaan berjangka.
mana ada perusahaan pialang berjangka yang bertempat disana kecuali max gain?dan maaf kalau saya bilang sepertinya anda terlalu banyak buka suara yang ngk jelas datang dari mana karena anda tidak pernah terjun langsung dan hanya mengambil pendapat orang lain saja.
note : jangan perhatikan perusahaannya.. tapi perhatikan pialangnya.. kalau mau jelas ya main pakai dana sendiri..
masi ga ngerti u ya maksud gw apa?
index itu ya index.. saham ya saham..
u beli index bukan beli saham, tetapi yg u beli itu selisih harga doank..
klo u beli saham u dapat lembaran saham yg menyatakan bahwa u itu mempnyai kepemilikan akan sebuah perusahaan.
detik ini beli index detik ini bisa jual
detik ini beli saham ga bisa hari ini jual..
harus nyari pembeli lain yg mau beli dan belum tentu ada keuntungan dari saham soal tingkat kenaikan dan penurunan dari sebuah saham itu ga secepat index yg tiap detik nya naek turun2.
sapa bilang ga ada yg bisa kendaliin harga saham? apalagi di indo?
sedikit isu saja udah ombang ambing..
pernah dengar saham gorengan?
ya terserah orang awam ato apa..
emang harus maen sendiri lah.
lu kira gw ga ngerti apa, triknya orang sana kek apa maennya?
minggu pertama dikasi untung dolo minggu ke2 -3 dikasi mpe bangkrut lah elo..
manager investasinya sengajain bangkrutin dengan alasan pasar lagi buruk..
ya mereka sangat buruk menurut gw..
mengapa mereka harus membohongi orang dengan menawarkan pekerjaan lalu ujung2nya disuruh invest?
klo ga ikutan invest ujungny2 didepak kluar..
gw nga denger2 kok.. gw ada disana waktu itu jadi paling ga tau gw..
millenium, maxgain, graha finesa.. 3 itu gw masuk sekaligus dan perhatikan cara kerja dia org semua..
dan caranya sama..
alasan rekrut org lalu disuruh invest ujung2nya.
kalo emang pada bener dan bagus? apa perlu memakai trik penipuan seperti itu? bahkan kalo masi ga percaya u silahkan cek lowongan pekerjaan,,
gajinya yg ditawarkan pun ga main2. 3x lipat dari gaji seorang manajer untuk pekerjaan data entry. wtf?
selangkah demi selangkah menuju kehancuran..Quote:
Krisis Global Hantam Warga AS, Semua Maunya Tunai
Laksana krisis moneter yang meluluhlantakan Asia Tenggara pada 1997, krisis keuangan global sudah sampai kepada kehidupan sehari-hari keluarga-keluarga di Amerika Serikat, salah satunya bisnis pakaian dan kebutuhan hidup warga di Negara Paman Sam itu.
Bagaimana tidak, setiap hari krisis keuangan makin buruk setiap kali itu pula tekanan semakin besar terhadap industri ritel Amerika Serikat.
"Waktu rasanya berjalan sangat cepat," tulis wartawati Washington Post, Ylan Mui dan Kendra Marr dalam The Post edisi 9 Oktober.
Kemarin saja (Rabu waktu AS), tatkala jam menjelang masa liburan akhir tahun makin kencang berdentang, para pengelola pasar swalayan dan butik-butik pakaian dilaporkan tertekan volume penjualannya.
Target, salah satu operator swalayan AS mengaku, para pembelinya memiliki kartu kredit yang rata-rata "over" kredit.
Di sisi lain, lalu lintas pengiriman barang turun drastis akibat kekhawatiran tidak laku sehingga tak bisa dilunasi para pengelola toko.
Bob Carbonell, kepala bagian kredit pada Bernard Sands, sebuah lembaga pemeringkat retail dan jasa pembiayaan di AS menilai, semua orang di AS tak pernah menyangka skala dampak krisis ekonomi sekarang demikian besar sehingga tak ada yang berani memprediksi kapan petaka ini berakhir.
Bob melihat, orang-orang AS yang biasanya konsumtif tiba-tiba pelit berbelanja dan lebih suka menyimpan hartanya dalam rumah.
"Jika rumahtangga-rumahtangga Amerika menyimpan uangnya di bawah bantal, maka bangsa ini sungguh dalam kesulitan besar," kata Bob.
Para pengelola pasar swalayan dan butik pakaian di AS tengah berjuang keras untuk meraih untung di masa liburan yang biasanya mengambil 20 persen dari seluruh volume penjualan tahunan toko-toko pakaian di AS.
Bayangkan saja, pada tiga bulan terakhir, belanja konsumen diperkirakan turun hingga ke posisi terendah sejak resesi 1991.
Berita-berita menakutkan sepanjang September mulai dari bangkrutnya Lehman Brothers dan jatuh bebasnya pasar keuangan akibat paket stimulus 700 miliar dolar AS yang gagal menstimulasi pasar, telah menghajar para pengusaha waralaba AS sekaligus menggerus kepercayaan konsumen.
Pada hari ketika DPR menolak proposal "bailout" Presiden Bush, kunjungan ke pusat-pusat perbelanjaan di AS langsung turun 12 persen, demikian riset ShopperTrak.
Keluarga-keluarga AS dipaksa untuk mati-matian berhemat, seperti dilakukan pasangan Scott dan Elaine Bourdeau yang merasakan perubahan kerasnya kehidupan mereka setelah krisis keuangan menerjang negara mereka.
Pasangan yang tinggal di Herndon ini semula berencana berlibur di Italia untuk memeringati ulang tahun pernikahannya yang kesepuluh, namun membatalkannya dengan hanya pergi ke Teluk San Francisco.
Pasangan ini juga membatalkan rencana merenovasi kamar mandi rumah mereka dengan fokus pada hal-hal paling penting seperti kebutuhan pakaian kedua anak perempuannya.
Mereka bahkan harus mengurangi belanja untuk liburan Natal mendatang. "Satu bingkisan (Natal) untuk setiap anak."
Situasi serupa terjadi di seluruh penjuru negeri dan kalau pun ada yang diuntungkan, maka pastilah itu para pengusaha retail berharga obral kendati keuntungannya tetap di bawah prediksi Wall Street.
Wal-Mart dilaporkan mencatat volume penjualan hampir sama dengan tahun lalu, Sam's Club tumbuh 2,8 persen pada September dibanding periode sama tahun lalu, sedangkan Costco berkembang hingga 9 persen.
Sebaliknya, volume penjualan pasar-pasar swalayan dari Kohl's sampai Nordstrom juga tertekan tajam setidaknya selama setahun terakhir ini, sedangkan waralaba produk kesehatan mencatat volume penjualan yang sama dengan tahun lalu. Dillard's, JCPenney dan Saks bahkan tenggelam hingga dua digit.
Gambaran kelam ini telah membuat kecut dunia waralaba dalam menghadapi libur akhir tahun ini.
Penjualan mereka memang ditargetkan turun 3 persen, sebagian karena banyaknya tagihan kartu kredit yang tak terlunasi, namun capaian laba kuartalan mereka menjadi jauh lebih rendah dibanding prediksi sebelumnya sehingga banyak diantara mereka menurunkan target kinerjanya.
"Kekhawatirannya sudah akut, sedangkan ketidakmenentuannya lebih tinggi lagi," kata Gene Tyndall, wakil presiden eksekutif pada Tompkins Associates, sebuah perusahaan konsultan pensuplai barang ritel.
Sementara itu, seorang warga bernama Domonique Blaine (23), terpaksa berbelanja lebih konservatif dengan mencari produk obral sembari tetap memperhatikan merek.
Sebenarnya dia mengincar jas berbahan wol seharga 250 dolar AS, namun keinginan itu terpaksa dipendamnya.
"Setahun lalu, saya tinggal ambil saja jas itu," kata lajang yang kini punya motto, "Berhematlah dan korbankan keinginanmu." Di lingkup lebih besar, para pengusaha retail dipaksa berpikir ekstra keras.
Mereka harus berhati-hati memesan barang karena kalau terlanjur memesan dalam jumlah banyak maka mereka harus bisa memastikan pembelinya ada, padahal daya beli warga AS kini sedang jatuh. Akibatnya, kebanyakan dari mereka menunda pembelian stok baru.
Matt Rubel, kepala eksekutif Payless ShoeSource menyatakan, perusahaannya telah memutuskan untuk menurunkan stok barangnya di bawah volume tahun lalu.
"Kami mencoba berhati-hati dalam mendatangkan barang dan memastikan tidak kelebihan membeli barang (overbuy) karena kami tak ingin barang terbuang percuma," kata Matt.
Seirama dengan Matt, kepala eksekutif JCPenney Myron Ullman III menyatakan, perusahaannya mengontrol ketat stok barangnya sampai bulan-bulan terakhir tahun ini.
Langkah lebih drastis dilakukan Costco yang memutuskan memangkas kapasitas gudangnya hingga rata-rata 150 ribu dolar AS dalam kuartal ini, sedangkan Macy's mengurangi stok barangnya hingga 3,7 persen dibanding priode sama tahun lalu.
Sejumlah pengusaha ritel malah bertindak lebih jauh dengan berancang-ancang untuk memberi diskon lebih cepat dari masa yang seharusnya.
"Semua orang mulai berbicara untuk memberi diskon lebih awal," Doug Hart, seorang dealer untuk BDO Seidman.
Perusahaan-perusahaan ritel AS benar-benar ditimpa banyak kesulitan, tidak hanya oleh sulitnya perusahaan membeli stok barang karena rusaknya pasar kredit namun juga karena kesulitan mendapatkan pembeli.
Para penyedia barang tidak mau lagi menerima pembayaran lewat kredit, semuanya menuntut tunai.
Sebuah riset terbaru untuk BDO Seidman menunjukkan, 41 persen akses perusahaan ritel ke kredit perbankan diperketat, bahkan raksasa ritel terbesar AS, Wal-Mart, terpaksa membeli barang secara tunai ketimbang kredit karena pasar surat berharga di AS memang sedang bergejolak.
Perusahaan pembiayaan seperti Bernard Sands yang biasa menjembatani pabrik dan perusahaan ritel telah menolak menjamin kredit ritel karena takut perusahaan ritel tidak mampu membayar.
Bahkan kalau pun barang-barang ritel itu bisa dibeli lewat sistem kredit, perusahaan ritel masih dihadapkan pada kesulitan lain, yaitu rendahnya daya beli konsumen.
"Kepercayaan konsumen lagi kritis. Kebebasan untuk berbelanjalah yang sekarang dalam bahaya," kata Tyndall.
Padahal, sekedar catatan, arus konsumsilah yang selama ini menggerakan perekonomian AS.
http://www.indowebster.com/links/?ht...a.maunya.tunai
ya klo nga mau sih gpp.. soal ilmu ekonomi skarang suka diplintir2 ama pakar2 gadungan yg dipakai2 ama parpol2 demi mencapai kemenangannya apalagi pemilu da mau deket..
sampe sekarang gw blom perna nemu yg lebih hebat dari Kwik kian Gie.. ada yg perna nemu lebih hebad dari dia?
permainan index menuntut seorang investor untuk menjual atau membeli selisih harga dalam hal ini selisish harga yang dibeli dalam berbentuk saham.
index adalah kumpulan sejumlah saham. titik.
spekulan tidak bisa menentukan harga saham titik.Quote:
Originally Posted by luna_croz
yang bisa menentukan harga saham adalah pasar.
pasar dalam atmosfir index/vallas adalah sekumpulan spekulan yang menarik atau menumpuk hot money dalam suatu saham/mata uang dengan aksi spekulatifyang menyebabkan pergerakan nya menjadi diluar kontrol.
jadi spekulan/pemerintah/investor biasa tidak bisa menetapkan harga saham menjadi sekian-sekian. karena masing-masing spekulan atau kelompok spekulan punya aksi masing-masing, dan aksi spekulan/kelompok spekulan tidak bisa tepat 100% dalam spekulasinya maka itu saya bilang tidak ada yang bisa mengendalikan harga saham.
ga perduli trik apapun itu adalah trik marketing jadi wajar-wajar saja.Quote:
Originally Posted by luna_croz
intinya sy ngk prnh masuk sbagai karyawan disana, yang sya tau segala transaksi dan penarikan investasi lancar dan aman maka itu saya bilang maxgain worthed untuk sebuah perusahaan pialang berjangka.
harus u tambahkan index dan saham memiliki tingkat resiko yang berbeda sangat jauh juga, dimana index bisa suka2 lo mau kapan u beli mau kapan u jual, bahkan dengan tingkat keuntungan yg sangat besar mengingat index memiliki 2 way market..
sedang saham memiliki tingkat resiko yg lebih tinggi daripada index.. pembelian minimumnya cukup besar dan apabila perusahaan collapse maka uang anda hilang semua.
saham hanya memiliki one way market.. bisa beli dan jual kalau ada pembeli dan penjualnya.
tetapi keuntungannya apabila saham anda cukup banyak maka pembagian deviden pun dapat anda terima apabila terjadi laba disebuah perusahaan itu.
ya menurut secara teori saham tidak dapat dikendalikan..
secara realita? pernah denger saham gorengan??
itu adalah sejumlah saham yang harganya dikendalikan oleh sekelompok mafia saham.. untuk menaikkan atau menjatuhkan sebuah perusahaan.
jah trik marketing penipuan seperti itu u bilang wajar2 saja..
yg menurut u tidak wajar itu apa?
akhirnya bisa merasa lega sedikit tapi ini belum berakhir.Quote:
AS Suntik Modal Bank, Ekonom Merasa Lega
Rabu, 15 Oktober 2008 | 01:05 WIB
WASHINGTON, Selasa - Amerika Serikat menyuntikkan 250 miliar dollar AS ke sejumlah lembaga keuangan. Upaya ini bertujuan menenangkan episentrum krisis keuangan, yang dimulai dari lembaga keuangan. Menurut IMF, dibutuhkan sekitar 1 triliun dollar AS modal baru untuk perbankan global, yang terjebak kredit macet di sektor perumahan AS.
Uni Eropa, Minggu (12/10), mencanangkan suntikan dan pertolongan ke sektor perbankan senilai 2,2 triliun euro (3,023 triliun dollar AS). Negara-negara di Asia dengan pemerintahan yang lebih kaya sudah terlebih dulu menyuntikkan modal sejumlah bank dan mengikuti langkah Eropa dengan menaikkan simpanan nasabah yang dijamin.
Dana 250 miliar dollar AS itu, menurut Menteri Keuangan AS Henry Paulson, Senin di Washington, bertujuan memperkuat modal sembilan bank. Ini bagian dari dana talangan 700 miliar dollar AS, yang sudah disetujui Kongres AS.
Kantor berita Reuters menyebutkan, bank-bank yang akan mendapat suntikan modal antara lain Bank of America Corp, Wells Fargo, Citigroup, JPMorgan Chase & Co, Goldman Sachs, Morgan Stanley, dan Bank of New York Mellon Corp. Sebagian dari bank- bank ini telah menyesakkan nasabah dengan menjual produk investasi yang merobek kantong.
Suntikan modal ini membuat Pemerintah AS menjadi pemilik saham, tetapi tak mempunyai hak suara dalam rapat pemegang saham. Para eksekutif bank dilarang mendapatkan bonus besar.
Pemerintah AS secara temporer menjamin utang-utang dan pinjaman antarbank serta menjamin semua simpanan nasabah. ”Langkah ini akan menaikkan keyakinan publik terhadap sistem keuangan,” kata Paulson.
Sempat rusak
Paul Krugman, ekonom AS yang menerima Hadiah Nobel Ekonomi 2008, mengatakan, ”Saya kini lebih lega ketimbang pekan lalu.” Ia menilai pertolongan terhadap perbankan akan mampu meredakan kepanikan.
Pasar uang juga mulai lepas dari ketegangan. Suku bunga pinjaman antarbank di London (Libor) berjangka tiga bulan turun jadi 4,64 persen dari 4,75 persen. Pasar uang, yang berperan memperlancar transaksi global, mulai keluar dari lingkaran ketakutan. Namun, kerusakan sempat terjadi. Walau tak akan parah, ekonomi AS akan mengalami resesi. ”Krisis keuangan sempat mengganggu kelancaran bisnis dan konsumsi,” kata mantan Gubernur Bank Sentral AS, Paul Volcker.
Di sisi lain, upaya pertolongan pemerintah itu akan mengurangi kas negara. Semua langkah dinilai positif, tetapi hal terpenting adalah reaksi pasar terhadap defisit keuangan pemerintah.
Uni Eropa mengingatkan perlunya mengatur sektor keuangan, di mana para eksekutif memperkaya diri dan membiarkan perusahaan dililit utang. (REUTERS/AP/AFP/MON)
http://cetak.kompas.com/read/xml/200...om.merasa.lega
bukan dikendalikan tapi diarahkan dan tetap saja saham gorengan tidak bisa di tetapkan dengan harga sekian-sekian atau pembukaan pertama akan naik sekian-sekian basis poin atau 1 jam kemudian akan turun sekian-sekian poin, karena pada dasarnya kelompok spekulan atau yan anda sebut sbagai mafia itu bermacam-macam kehendaknya. jadi saya bilang tidak bisa dikendalikan karena itu
misalkan pialang berjangka itu menyalahi prosedur kontrak dengan investor atau pialang individu..atau penarikan investasi diperlambat atau dipersulit..itu baru bisa dibilang tidak wajar, tapi kalau menarik seorang karyawan dengan gaji yang besar dengan posisi yang tidak relevan ya wajar-wajar aja. dimana letak penipuannya.Quote:
Originally Posted by luna_croz
Indonesia is more weather to withstand global crisis compare to other countries
JAKARTA - PAINFUL reforms launched amid the maelstrom of the 1997-1998 Asian economic downturn have put the region in good shape to weather the much deeper crisis now gripping global markets, economists said.
Indonesia, South Korea and Thailand were at the centre of the storm a decade ago when high debts, low reserves, poor regulation and currency speculation triggered economic 'contagion' that spread from Jakarta to Moscow.
The International Monetary Fund (IMF) threw lifelines worth US$58 billion (S$86 billion) to Seoul, US$43 billion to Jakarta and US$17 billion to Bangkok in return for far-reaching reform as the three 'Asian tigers' teetered near bankruptcy.
How times have changed.
Now it's the United States and Europe which are leading the plunge with some of the world's most respected investment banks collapsing under the weight of trillions of dollars in bad debts.
'Astonishing events have unfolded over the past few weeks. I mean, who would have thought that the American investment banking system would have basically disappeared? It's amazing,' said IMF representative to Indonesia, Milan Zavadjil.
Economists said the turmoil of 2008 was very different to the banking and currency crisis that spread through Asia a decade earlier, but there were also similarities such as mountains of bad debt and weak government oversight.
In contrast to 1997, most Asian economies would ride out the current storm with relative ease, they said.
However, countries which export heavily to the United States and Europe, such as Singapore, the Philippines and Hong Kong, may be exceptions.
'Indonesia is deleveraged, this is the point. The government has a low debt level by international standards, Mr Zavadjil said, adding that domestic consumption would continue to fuel growth.
'The consumers have been borrowing for cars and motorcycles but it's nothing like the developed countries. Basically I think the fundamentals are very strong and it's in good shape to weather this turmoil compared to other countries.'
http://news.id.msn.com/regional/arti...mentid=1731106
semoga benar
mudahan2 indonesia gag mengalami krismon lagi, tar anak cucu saia makan apa ==a
the current global crisis doesn't affect indonesia at all, this news shows that the percentage of indonesians buying toyota cars increased by 42% compare to last year while other countries are tumbling down and having a decrease in their car sales
Penjualan Toyota di Indonesia Melonjak 42 Persen
Jakarta (ANTARA News) - Penjualan mobil Toyota di Indonesia melonjak 42 persen pada periode Januari-September 2008 menjadi 151.131 unit, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 109.242 unit.
Siaran pers PT Toyota Astra Motor (TAM) sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) Toyota di Indonesia, yang diterima ANTARA, di Jakarta, Kamis, menyebutkan pada September 2008 total penjualan mobil Toyota di Indonesia mencapai 17.067 unit atau naik 24,5 persen dibandingkan September 2007 yang mencapai 13.731 unit.
Namun penjualan pada September 2008 tersebut turun 9,1 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 18.802 unit, menyusul libur menjelang Idul Fitri yang membuat pendeknya hari kerja pada September.
Pada Januari- September 2008 mobil TAM masih didominasi oleh segmen non komersial baik kendaraan serba guna (MPV) maupun sport (SUV) yang mencapai 140.962 unit. Jumlah tersebut naik 36,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 103.365 unit.
Pada segmen non komersial penjualan tertinggi TAM didominasi MPV kecil Toyota Avanza yang penjualannya telah mencapai 60.104 atau naik 25,5 persen dibandingkan Januari-September 2007 yang mencapai 47.902 unit. Namun pertumbuhan tertinggi dialami hatchback Toyota Yaris yang naik 42,7 persen menjadi 9.213 unit dari periode sebelumnya 6.458 unit.
Pertumbuhan penjualan TAM tertinggi pada periode tersebut terjadi di segmen komersial, walaupun dari sisi volume penjualan tidak terlalu besar dibandingkan segmen non komersial dan sedan. Pada Januari-September 2008 penjualan kendaraan komersial mencapai 14.169 unit atau naik 141 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5.877 persen.
Pada periode tersebut penjualan truk Toyota Dyna (2 ton) mencapai 9.522 unit atau naik 133 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 4.086 persen. Sedangkan pick up Toyota Hilux naik 159 persen menjadi 4.647 unit .
Pertumbuhan penjualan TAM yang tinggi juga dialami segmen sedan, sebesar 75,4 persen. Pada Januari-September 2008 penjualan sedan Toyota mencapai 13,380 unit dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 7.627 unit.
Pada segmen sedan TAM memasarkan sedan mini Toyota Vios dan Limo (nama lain Vios untuk segmen taksi), sedan kecil Toyota Corolla, sedan medium Camry dan Prius, serta sedan mewah Lexus dan Toyota Crown. Penjualan sedan Toyota tertinggi di kelas sedan mini (Vios dan Limo) yang mencapai 8.145 unit atau naik 50,7 persen.
Pada Januari-September 2008 Toyota memimpin pasar mobil di Indonesia dengan penguasaan pasar sekitar 33. "Pencapaian itu mengukuhkan Toyota sebagai pemimpin pasar otomotif nasional. Kami tetap optimis menghadapi pasar mobil ke depan meskipun tantangannya semakin banyak," ujar Presdir TAM Johnny Darmawan. (*)
http://www.imq21.com/imq_xt/index.ph...sgNDIgUGVyc2Vu
mafia saham itu gini lho kerjanya.. dari saham murah sengaja dia beli yg bnyk untuk memancing harga saham tersebut.. seperti hukum ekonomi biasanya demand > supply pasti harga naek.. dan itu terus menerus dilakukan sampe harga naek melonjak tinggi.
org awam yg ga terlalu ngerti tentang saham pasti berpikiran bahwa saham tersebut sedang booming..
tetapi pas org awam tersebut membeli bnyk.. lalu mafia tersebut menjual dengan harga tinggi dan mendapat bnyk keuntungan..
so yg rugi besar ketika pas org awam itu tau,, bhwa perusahaan tersebut tidaklah booming bahkan bisa jadi perusahaan yg sudah mau bangkrut..
dan disaat itu harga yg uda tinggi tersebut jatoh lagi sampe ke harga awalnya lagi.
ya gmn ga nipu itu om?
ditawarin kerja dengan gaji gila2an..
abis itu dipaksa investasi.. gw ga mau ikutan karena gw masi blom ngerti 100% so gw kerja disana buat maen sendiri..
eh tau2nya didepak kluar dengan alasan akan dipanggil oleh HRD lagi..
padahal sebelumnya gw dibilang selamat bergabung..
nah beruntung sekali gw blom inves 2 bulan kemudian itu perusahaan berjangka dibekukan.
puluhan M dana investor raib seketika oleh manager investasinya.
dan bahkan KBI pun ga mau tau apa2 lagi.. so? penjaminan apa yg diberikan oleh KBI?
yah diajarin de gw... aku dah taw mas..
trus pengalaman anda itu perusahaan berjangka namanya apa? graha finnesa? brarti penilaian anda subyektif.. dengan kata lain mengatakan suatu kelompok sebagai kelompok yang salah hanya karena melihat 1 sunyek yang ada dalam kelompok tersebut. masalah statement kasar di link internet yang mencela perusahaan berjangka itu wajar dan lumrah.. orang kalah biasanya tak puas.. orang menang hanya diam dan melanjutkan..
Quote:
jng dilanjutin lg mas kita ud beda opini ngk bakal nyambung lagi.. capek aku
ya subjektif lah klo cmn 1 org.. wong ini yg komplain sampe rame2 datengin itu kantor haha,,
ya ud tinggalin aja dolo.. tunggu mpe org laen post lage
bukannya klo ekonomi diamerika krisis
bbm,sembako2 di indonesia turun harganya ??
tapi kasihannya bagi pengusaha2 di indonesia mau export barak kemana ...