bantu dikit yah..
5. Cacing Pita
Taeniasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing pita yang tergolong dalam genus taenia pada manusia. Cacing pita yang dikenal sampai saat ini yaitu Taenia saginata, Taenia solium, dan Taenia asiatica. Infeksi oleh bentuk larva Taenia solium (sistiserkus selulosa) pada manusia disebut sistiserkosis. Sedangkan istilah neurosistiserkosis digunakan untuk infeksi oleh larva yang mengenai sistem saraf pusat.
Manusia merupakan hospes definitif dari Taenia sp. Pada Taenia solium dan Taenia asiatica manusia juga berperan sebagai hospes perantara. Selain manusia, hospes perantara untuk Taenia solium adalah ****, sedangkan hospes perantara Taenia saginata adalah sapi.
Seseorang dapat terinfeksi taeniasis melalui daging sapi atau **** yang mengandung larva. Sedangkan penularan sistiserkosis terjadi melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh telur Taenia solium atau Taenia asiatica. Penularan juga dapat terjadi secara autoinfeksi. Misalnya langsung melalui ano-oral akibat kurangnya kebersihan tangan penderita taeniasis solium atau melalui autoinfeksi internal akibat adanya gerakan antiperistaltik dari usus maupun pemakaian obat taeniasidal.
Upaya pencegahan
Pencegahan taeniasis yang utama adalah menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati semua penderita taeniasis di suatu daerah. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan, salah satunya dengan menyediakan jamban keluarga. Penyediaan jamban keluarga bertujuan untuk mencegah agar tinja manusia tidak dimakan oleh **** dan tidak mencemari tanah atau rumput. Peternak dan pemelihara sapi atau **** juga harus menjaga agar hewan peliharaannya tidak berkeliaran sehingga tidak mencemari lingkungan.
Pemeriksaan daging oleh dokter hewan pun harus dilakukan sehingga masyarakat tidak mengonsumsi daging yang mengandung kista. Selain itu perlu dilakukan penyuluhan mengenai bahaya mengonsumsi daging yang mengandung kista. Oleh karena itu masyarakat juga harus mengetahui bentuk kista dalam daging. Hal tersebut penting dilakukan terutama di daerah yang banyak memotong **** untuk upacara adat seperti di Sumatera Utara, Bali, dan Irian jaya.
Di beberapa daerah di tanah air yang memiliki kebiasaan memakan daging setengah matang atau daging mentah pun perlu dilakukan penyuluhan untuk menghilangkan kebiasaan tersebut. Masyarakat harus diberi pemahaman tentang risiko yang akan diperoleh apabila memakan daging mentah atau setengah matang. Penting pula bagi masyarakat untuk mengetahui manfaat memasak daging sampai matang (di atas 57ºC dalam waktu cukup lama) atau membekukan di bawah 10ºC selama lima hari. Pendekatan tersebut biasanya tidak selalu dapat diterima oleh masyarakat setempat karena keputusan akhir yang diambil harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah yang bersangkutan.
(Primz, Sumber :
www.depkes.org, Maret 2007)
Share This Thread