Page 1 of 2 12 LastLast
Results 1 to 15 of 26
http://idgs.in/137217
  1. #1

    Join Date
    Sep 2008
    Posts
    85
    Points
    95.90
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Post [Ekonomi] Dahlan Iskan: Mengapa Tidak Langsung Bangkit

    Mengapa Tidak Langsung Bangkit

    Catatan Dahlan Iskan

    Dahlan Iskan
    KETIKA sepak bola Inggris kalah di Piala Dunia tahun lalu, siapa yang harus disalahkan? ’’Margaret Thatcher!’’ teriak seorang politikus di sana.
    Lho, apa hubungan sepak bola dengan wanita yang sudah sangat tua itu? ’’Waktu dia menjadi perdana menteri, subsidi susu untuk murid SD dikurangi. Akibatnya, tulang pemain Inggris banyak yang patah. Pemain sepak bola yang ikut Piala Dunia itu masih SD saat Thatcher menjadi perdana menteri,” tambahnya.
    Lalu, siapa yang harus disalahkan atas terjadinya krisis keuangan di Amerika dan dunia saat ini? ’’Al Khawarizmi!” Apa hubungan krisis zaman ini dengan tokoh yang hidup di zaman kuno itu?

    Dialah yang menemukan logaritma dan matematika. Gara-gara ilmu matematika itulah, belakangan ini muncul satu jenis produk bank yang disebut derivatif. Tanpa ilmu matematika tidak mungkin ada derivatif.Lalu, ada yang bilang bahwa penyebab sebenarnya adalah orang Mesir atau Tiongkok. Orang Mesirlah yang menemukan matematika dengan geometrinya saat mendirikan piramida. Atau, barangkali karena orang Tiongkok menemukan sipoa yang menjadi awal ilmu matematika-aritmatika.

    Bahkan, jangan-jangan yang salah adalah Al Jabr karena dialah yang menciptakan angka. Mungkin juga kita bisa menyalahkan Girolamo Cardano yang pada tahun 1500-an menemukan teori probabilitas (ilmu peluang).Simaklah rumus yang saya sertakan di tulisan ini. Itulah wujudnya kalau ilmu matematika, geometri, aritmatika, statistik, dan probabilitas dimasak menjadi satu. Lalu ditambahi bumbu rakus. Kokinya para banker dan pelaku pasar modal. Maka, jadilah masakan siap saji yang disebut ’’model’’. Model itu lantas menjadi software. Lalu, dianggap sebagai ilmu kebenaran. Semua pemain derivatif menggunakan ’’software model’’ derivatif itu untuk membenarkan hitungan bahwa uang yang hari itu nilainya 1 juta, lima tahun atau 10 tahun yang akan datang bisa menjadi, misalnya, 100 miliar.
    Seandainya Anda punya uang Rp 1 juta, lalu ditawari untuk ikut derivatif, tentu Anda akan bertanya bagaimana caranya kok uang tersebut bisa tumbuh begitu menggiurkan? Lalu, operator derivatif akan menyodorkan rumus yang ruwet itu. Sanggupkah Anda memahami rumus itu? Yang menjelaskan sendiri bisa jadi tidak bisa benar-benar memahami. Mereka bisa langsung minta bantuan komputer untuk ’’memprosesnya’’: Rp 1 juta x model + enter. Keluarlah angka Rp 100 miliar di laptop. Masalahnya, semua pilihan model adalah yang asumsinya baik. Tidak pernah diciptakan model yang didasarkan asumsi sebaliknya. Maka, tidak ada Rp 1 juta x model + enter = hilang.

    Meski semua pihak kini sudah tahu bahwa penyebab krisis ini adalah derivatif, akan diapakan ’’binatang’’ itu masih belum ada pembicaraan. Melarangnya sama sekali kelihatannya sulit, mengingat sudah dibuktikan bahwa dengan derivatif hidup ini bisa lebih hidup. Tapi juga sudah dibuktikan bahwa derivatif membuat kekacauan.
    Kalau kelak derivatif cukup dibatasi, akan menjadi perdebatan seru pembatasan itu sampai pada derivatif keturunan berapa. Sekarang ini derivatif mungkin sudah sampai 13 keturunan. Nah, apakah akan dibatasi sampai lima keturunan saja? Misalnya, swaps masih diperbolehkan. Tapi, anaknya, CDS (credit default swaps), mungkin sudah tidak boleh. Apalagi cucunya yang bernama credit default option, atau cicitnya yang disebut credit default swaption, atau cicit-cicit berikutnya lagi. Saya kira, sekian keturunan dari derivatif pasti akan dilarang.
    Kalau kebangkitan hari pertama pasar modal Senin lalu tidak langsung diikuti oleh kebangkitan lebih lanjut di hari-hari berikutnya, antara lain karena soal yang mendasari krisis itu sendiri belum diselesaikan. Semua memang masih sibuk melakukan PPPK (pertolongan pertama pada kecelakaan). Yang penting pasar modal dan perbankan selamat dulu. Terutama perbankan. Usaha ini kelihatannya berhasil. Namun, untuk bisa memulihkan ke keadaan semula, tentu masih harus menunggu diselesaikannya pengaturan derivatif.
    Siapa yang mengatur derivatif itu?

    Selama ini tidak ada!
    Bisnis yang menyangkut USD 600 triliun ini (bandingkan dengan GDP Amerika yang hanya USD 15 triliun) diatur oleh pelaku derivatif itu sendiri. Mereka membentuk persatuan pelaku derivatif. Namanya Asosiasi Swaps dan Derivatif Internasional. Asosiasi itulah yang mengatur segala sesuatu tentang bisnis ini. Mulai aturannya hingga format-format kontraknya. Tidak ada pemerintah mana pun yang mampu mencampurinya.
    Padahal, korban derivatif ini luar biasa banyaknya. Mulai perorangan, perusahaan, hingga lembaga keuangan sendiri. Termasuk yang menjadi berita besar awal tahun ini: Societe General rugi USD 7,2 miliar juga oleh derivatif. Bahkan, beberapa tahun lalu sebuah pemda di Amerika, kabupaten terkenal di California bernama Orange County, juga menyatakan diri bankrut sebagai korban derivatif. Di sana pemda memang diperbolehkan mengeluarkan obligasi untuk pembangunan daerahnya. Tapi, dalam kasus Orange County ini, dana daerah dimainkan di derivatif. Kalau berhasil sih, 30 persen APBD-nya akan datang dari hasil derivatif itu. Tapi, bendaharawan kota itu salah hitung. Lalu, kota itu pun dinyatakan bangkrut.

    Siapa yang kira-kira akan ambil inisiatif untuk mengatur semua itu?
    Pemerintah AS? Bukan urusannya. Bank Dunia? Bukan bidangnya. Bank sentral masing-masing negara? Juga bukan tugasnya.
    Para penemu logaritma, geometri, aritmatika, Al Khawarizmi, Al Jabr, Girolamo Cardano, barangkali, harus bangkit dulu dari kubur mereka untuk merundingkannya. (*)
    Link Berita : http://pontianakpost.com/index.php?m...detail&id=7931

    Buat anda yang senang menginvetasikan uang agar lebih berhati2 lagi
    Dengan Modal yang sama besar
    1. Jika mendapat untung yang kecil biasanya diimbangi juga oleh resiko yang kecil
    2. Jika mendapat untung yang besar biasanya diimbangi oleh resiko yang besar juga, so! silakan menginvetasikan seperti kemauan anda

  2. Hot Ad
  3. #2

    Join Date
    Sep 2008
    Posts
    85
    Points
    95.90
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default Definisi Uang yang Kian Panjang

    Catatan Dahlan Iskan

    Dahlan Iskan

    Apakah uang?
    Menurut orang biasa seperti saya, definisi itu sederhana sekali: uang adalah alat pembayaran untuk membeli barang atau mendapatkan jasa. Titik. Tapi, di mata orang-orang tertentu, definisi uang seperti itu tidak cukup. Harus ditambah sesuai dengan kepentingan masing-masing:
    Bagi orang yang takut miskin, uang adalah juga alat untuk menumpuk kekayaan. Bagi orang yang takut menjadi rakyat biasa, uang adalah alat untuk membeli jabatan. Bagi orang yang punya utang, uang adalah alat untuk menunda pembayaran tagihan (lewat cek mundur).
    Bagi yang takut neraka, uang adalah alat untuk mencari pahala (bayar zakat fitrah pun sudah tidak perlu lagi dengan beras). Bagi yang takut masuk surga, uang adalah alat untuk menipu (misalnya dengan cek kosong). Bagi orang miskin, uang adalah alat untuk memproduksi mimpi…(Dulu, saya pernah bermimpi diberi uang Rp 100 saat berlebaran ke rumah keluarga yang kaya tapi uang itu direbut oleh kakak saya. Saya langsung menangis bukan hanya dalam mimpi tapi sampai setelah bangun. Saya begitu ingin mimpi lagi tanpa diganggu kakak saya).
    Yang juga penting, uang adalah sesuatu yang bisa hilang. Hanya cara hilangnya yang berbeda-beda dan cara menangisinya yang juga tidak sama.
    Dan, dari pengalaman krisis keuangan ini, uang adalah bukan uang. Tepatnya, uang adalah sekedar angka-angka.
    Buktinya, banyak sekali orang yang dalam krisis sekarang ini merasa kehilangan uang sampai puluhan miliar, tapi mereka tidak pernah mengalami kesulitan untuk membeli makan, pakaian, keperluan rumah, bepergian ke luar negeri dan seterusnya. Makannya juga masih di restoran mahal, kalau bepergian masih tidur di hotel bintang lima, masih beli tas LV dan masih ke Macau.
    Menurut saya, orang-orang itu sebenarnya tidak kehilangan uang. Seandainya uang tersebut tidak hilang di mesin derivatif pun, toh tidak akan digunakan untuk membeli apa-apa. Tidak sekarang, bahkan tidak juga 10 tahun lagi. Bahkan sampai meninggal pun tidak akan pernah menggunakannya untuk membeli beras. Apakah yang demikian itu masih bisa disebut uang? Meski nilainya sampai puluhan miliar, rasanya nilai uang itu hanya sama dengan uang Rp 100 yang saya (mimpikan) terima dari keluarga kaya saat Lebaran itu: memilikinya hanya di angan-angan dan hilangnya juga di angan-angan.
    Yang hilang itu bukan “uang” yang akan dibelikan rumah mewah yang bisa membuatnya lebih bergegnsi --karena memang sudah punya rumah seperti itu, atau yang akan dibelikan jas tuxedo yang bisa membuatnya lebih ganteng –karena jasnya sudah berlemari-lemari, atau yang akan dibelikan kalung mutiara yang bisa membuatnya cantik –karena berliannya sudah tak terhingga. Maka yang hilang itu sebenarnya bukan uang. Itu hanya angka-angka. Seperti saya dulu kehilangan angka-angka dalam rapot SD saya --karena tintanya luntur oleh tetesan air hujan yang bocor melalui genteng yang tidak dilapisi plafon.
    Karena itu bagi orang yang tidak ikut main angka-angka derivatif, tidak perlu ikut menangis. Kecuali menangis dalam angan-angan. Bekerjalah seperti biasa, carilah uang dan kalau sudah dapat, belikan sesuatu yang diperlukan. Lalu bekerja lagi. Bekerjalah sungguh-sungguh –karena tidak ada orang yang bekerja hanya di angan-angan. (*)
    Link : http://pontianakpost.com/index.php?m...detail&id=8015

    Komentar : Dan dimohon menjadikan uang bukan segalanya

  4. #3
    3agl3one's Avatar
    Join Date
    Sep 2007
    Posts
    2,594
    Points
    761.00
    Thanks: 68 / 30 / 14

    Default

    Wah, berat nih topiknya...
    jadi orang2 kaya dunia menggunakan prog derivatif itu untuk mencari tahu seberapa besar prospek kedepan dari usaha yang akan mereka jadikan lahan untuk menanam modal?
    yang suka becanda autis, BACA

  5. #4

    Join Date
    Sep 2008
    Posts
    85
    Points
    95.90
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Menyelamatkan Diri Masing-Masing (1)
    Kapan Harga BBM Harus Turun


    Dahlan Iskan

    SUDAH pasti harga bahan bakar minyak (BBM) harus turun. Persoalannya tinggal kapan waktu yang terbaik. Tapi, ada yang lebih mendasar dari itu. Bisakah mementum BBM ini dimanfaatkan ’’untuk nyalip di tikungan” dalam krisis global ini. Yakni, untuk meletakkan dasar-dasar yang kukuh dalam penentuan harga BBM yang lebih rasional. Seumur hidup kita belum pernah bisa mengatasi masalah keruwetan BBM. Selalu saja soal BBM jadi isu sensitif multidimensi yang sering membuat instabilitas nasional.

    Untuk menata keruwetan BBM, kita belum pernah mendapatkan momentum sebagus dan sehebat sekarang ini. Maka, momentum yang langka ini harus bisa dimanfaatkan secara jitu. Kinilah saatnya kita membuat fondasi yang kukuh di bidang yang amat peka dalam sejarah politik Indonesia. Tapi, kalau momentum ini terlewatkan begitu saja, kesempatan ini akan lewat begitu saja.

    Harga BBM sudah terbukti sarat dengan isu politik dan stabilitas. Padahal, sudah terbukti stabilitaslah yang menjadi kunci kemajuan bangsa yang langgeng. Setiap kali ada kenaikan harga BBM, dampak yang terbesar bukan akibat selisih kenaikannya itu sendiri, tapi ekses ketidakstabilannya.

    Momentum yang saya maksud itu adalah: inilah untuk yang pertama harga BBM tidak perlu disubsidi. Bisakah momentum ini dipakai untuk menghapuskan sistem subsidi BBM selama-lamanya? Kini saatnya pemerintah melepaskan diri untuk jadi penentu harga BBM. Ini demi kestabilan pemerintah untuk jangka yang panjang. Juga sebagai salah satu rintisan terbentuknya pemerintah yang efektif yang kita cita-citakan bersama. Terutama setelah terbukti kita memerlukan pemerintah yang lebih efektif dari sekarang, meski juga jangan kembali ke sistem Orde Baru. Terlalu banyak energi dan risiko yang dipertaruhkan di bidang BBM ini.

    Lalu, siapa yang sebaiknya menentukan harga BBM? Mekanisme pasar bebaskah? Artinya, masyarakat dibiasakan saja membeli BBM seperti membeli lombok. Tiap hari bisa saja harganya tidak sama. Disesuaikan dengan naik turunnya harga BBM di pasar bebas. Toh negara-negara maju juga sudah lama melakukan sistem ini. Kalau tidak mau dengan cara ini, bisa saja harga BBM ditentukan oleh satu komisi independen yang dibentuk DPR. Atau oleh siapa pun yang bisa fair, yang intinya jangan lagi soal BBM mengganggu stabilitas politik nasional. Kinilah saatnya kita membuat sejarah baru di bidang BBM.

    Sementara menunggu konsep itu, sebaiknya harga BBM diturunkan sedikit saja dulu. Pertama, menunggu apakah turunnya harga minyak mentah dunia ini sudah stabil. Tidak lagi turun-naik secara drastis. Kedua –dan ini yang lebih penting– tunggu dulu apakah negara kita ini sudah benar-benar akan selamat dari krisis sekarang ini. Setiap negara kini sedang mencari jalan sendiri-sendiri untuk menyelamatkan diri. Indonesia tentu tidak boleh kalah cerdik. Begitu kalah cerdik, kita akan ambruk.

    Sekarang ini sudah tiga negara yang ambruk. Mula-mula Islandia, sebuah negara Barat yang belum lama dipuja sebagai negara maju dengan sistem pengelolaan energi panas bumi yang terbaik. Islandia ini bulan lalu seperti pengemis yang keleleran. Minta-minta pinjaman ke berbagai negara maju, tapi tidak ada yang berbelas kasihan. Mengapa?

    Sebabnya ya itu tadi: semua negara sekarang ini sedang menyelamatkan diri masing-masing. Sampai-sampai Perdana Menteri Islandia Geir Haarde mengeluh, ’’Ternyata dalam keadaan susah, kami ini tidak punya teman baik.” Dia menyindir habis-habisan AS, Inggris, dan negara-negara Eropa lainnya sebagai sekutu yang tidak punya solidaritas.

    Apa yang kemudian dilakukan Islandia? Pergi ke Rusia! ’’Bagaimana lagi?” ujar perdana menteri Islandia. ’’Tidak ada jalan lain. Sahabat sendiri tidak membantu.” Langkah ini sebenarnya bisa menampar muka negara-negara Barat, tapi toh tidak ada negara yang merasa tertampar. Dalam keadaan seperti ini, harga diri dan solidaritas tidak masuk dalam pertimbangan lagi.

    Di Rusia, dia hanya ingin cari pinjaman USD 5 miliar. Setelah berunding bolak-balik, pinjaman tidak bisa cair juga. Gagal. Mengapa? Rusia sendiri harus cari selamat. Sehari sebelum kita menutup pasar modal, Rusia sudah melakukan lebih dulu. Bahkan, ketika kita sudah membuka kembali pasar modal, Rusia masih terus menutup, entah sampai kapan.

    Akhirnya, Islandia menyerah ke IMF. Tapi, juga belum dapat jalan keluar yang terbaik.

    Lalu, Ukraina. Negara yang semula amat percaya diri bisa sejajar dengan negara Barat ini harus ambruk juga. Ukraina yang begitu pisah dari Rusia langsung bergabung ke persekongkolan negara Barat tidak juga dapat jalan keluar dari sahabat barunya.

    Negara ketiga yang menyerah ke IMF adalah Pakistan.

    Kita masih belum tahu negara mana lagi yang akan menyusul. Korea Selatan, negara yang paling cepat sembuh setelah krisis moneter tahun 1997, kini sangat parah. Mata uangnya, won, jatuh sampai 30 persen. Keruwetan politiknya, gara-gara di antara 16 menteri kabinet hanya tiga yang Buddha (selebihnya Kristen), juga meningkat.

    Satu per satu, negara yang tidak siap akan menyusul seperti Islandia. Kita, alhamdulillah, baru terkena sedikit. Tapi, harga kelapa sawit kita sudah tinggal USD 500 per ton. Harga seperempat dibanding sebulan lalu ini sudah di bawah biaya produksi. Perkebunan besar, yang tahun lalu pesta, kini menangis. Ratusan ribu petani yang punya kebun kecil-kecil (1-2 ha) sudah tidak mau lagi memanen kelapa sawitnya.

    Harga kakau turun drastis pula, sedrastis kelapa sawit. Pekan lalu saya ke beberapa provinsi di Indonesia Timur melihat harga kopra juga tinggal sepertiganya. Kita masih belum tahu apa yang akan terjadi dalam beberapa bulan mendatang.

    Meski para politisi terlalu sulit untuk bisa ikut merasakan semua ini, yang penting jangan membuat beban tambahan. Karena itu, soal harga BBM jangan dibawa ke politik. BBM memang harus turun, tapi memanfaatkan momentum harga BBM ini bagi perkuatan negara jauh lebih penting.

    Saya sangat khawatir gelombang permintaan penurunan harga BBM akan menjadi isu politik yang hanya akan membuat Indonesia menyusul Islandia. Kita tidak ingin jadi pasien IMF sekali lagi. Kita sudah kapok dengan peristiwa sepuluh tahun yang lalu. Konsentrasi mencegah datangnya krisis yang lebih besar jauh lebih penting.

    Sekarang ini pemerintah tentu lagi konsentrasi penuh mengurus krisis ini. Tim ekonomi (termasuk Bapepam, BEJ) sudah satu bulan penuh kurang tidur. Saya bisa membayangkan bagaimana Menteri Keuangan Sri Mulyani sampai tidak bisa mengunjungi ibunya yang keadaannya kritis. Bahkan, ketika besoknya sedang memimpin rapat untuk mencari cara menyelamatkan uang para penabung di bank, tiba-tiba dia mendapatkan SMS bahwa ibunya meninggal dunia. Dia menangis karena tidak bisa mendampingi ibunya di saat-saat terakhirnya.

    Dalam keadaan berduka seperti itu, rapat juga tidak bisa ditunda. Kalau rapat tidak membuat keputusan, bisa-bisa keesokan harinya bank-bank rontok seperti sepuluh tahun lalu. Dia masih bisa membuat keputusan untuk menjamin semua nasabah bank. Bukan Rp 1 miliar seperti yang diusulkan masyarakat, tapi sampai Rp 2 miliar.

    Sampai setelah itu pun, dia masih belum bisa berangkat ke bandara untuk terbang ke Semarang di mana jenazah ibunya sudah menunggunya. Dia masih harus memimpin rapat yang satu lagi untuk menyelamatkan pasar modal. Dia putuskan agar pasar modal dibuka kembali hari Senin dengan taruhan besar. Akibat keputusannya itu begitu kritis: selamat atau hancur. Pilihan begitu sulit. Sampai-sampai dia berpesan kepada pengelola pasar modal agar sebelum membuka transaksi hari Senin itu, mereka lebih dulu mengucapkan tiga kalimat yang bukan dari buku teks ekonomi. Bahkan, kalimat itu harus diucapkan masing-masing tiga kali: Lailahaillallah, Allahu Akbar, dan Bismillah. Barulah dia berangkat ke Semarang. Itu pun harus segera kembali ke Jakarta ’’menjaga” keadaan yang gawat.

    Tapi, dia tidak mau dipuji. ’’Pujilah DPR, khususnya Komisi XI DPR,” katanya kepada saya. Dia sangat bangga bahwa kali ini DPR sangat mengerti situasi. ’’Semula saya sangat khawatir. Kita ini mestinya lebih rawan daripada negara lain,” ujarnya.

    Mengapa? ’’Pertama, kita ini negara berkembang yang belum kuat seperti negara maju. Kalau negara maju saja rontok, bagaimana kita?” katanya.

    ’’Kedua, kita ini negara demokrasi yang tentu tidak gampang mengambil keputusan,” tambahnya. ’’Ketiga, sekarang ini sudah dekat pemilu. Tentu bisa-bisa dimanfaatkan untuk isu politik. Gabungan tiga hal itu sudah memenuhi syarat untuk membuat Indonesia hancur. Ternyata masih selamat. Kami bangga dengan sikap Komisi XI DPR,” ujarnya.

    Tapi, melihat krisis di luar negeri yang terus mewabah seperti wereng, kita belum bisa aman. Yang harus dipikirkan sekarang bukan menurunkan harga BBM, tapi bagaimana menyiapkan skenario terjelek. Yakni menolong orang miskin dalam keadaan sulit nanti. Dana yang sangat besar diperlukan agar bisa mendistribusikan uang ke lapisan paling bawah rakyat kita. Bukan sebulan dua bulan, tapi selama dua tahun.

    Yang penting harus transparan. Yang perlu disiapkan bukan saja dana, tapi juga cara penyalurannya. Mumpung masih ada waktu memikirkannya. Yang penting jangan lewat departemen pemerintah. Bisa dalam bentuk bantuan yang bisa langsung sampai ke orang di bawah atau untuk penjaminan kredit usaha mikro dalam jumlah yang besarnya belum pernah terjadi dalam sejarah kita. Menurunkan harga BBM memang perlu, tapi sewajarnya saja. Menyiapkan skenario krisis terburuk harus jadi perhatian utama


    Link : http://pontianakpost.com/index.php?m...detail&id=8420

    Jika dikasih pilihan, anda memilih yang mana
    1. Harga BBM terganjung harga minyak dunia
    Kelebihannya :
    -Pendapatan devisa buat negara
    -APBN akan mengalami surplus anggaran
    -Tidak terjadinya penimbunan BBM
    -Akan mendorong percepatan penemuan untuk bahan bakar pengganti non BBM
    -Alokasi APBN bisa ke semua bidang yang membutuhkan
    Kekurangan
    -Demo Rakyat akan mahalnya BBM
    -Kebutuhan hidup menjadi tinggi
    -Inflasi mata uang Rupiah

    2. Harga BBM yang sedang berjalan ini ( Ada yg subsidi dan nonsubsidi
    Kelebihannya
    -Harga pasar lebih stabil dari pada point 1
    -Kebutuhan hidup akan mudah terpenuhi
    Keburukannya
    -Sering terjadi penyimpangan dalam hal penjualan
    -Pemanfaatan harga non subsidi untuk kepentingan tertentu

    3. Harga BBM semuanya disubsidi
    Kelebihannya
    -Sama persis pada point 2
    Keburukannya
    -Sama persisi dengan point 2
    -Alokasi APBN untuk bidang tertentu akan berkurang
    -Negara akan mendapatkan minus dalam pencadangan nilai devisa

  6. #5
    sariayu's Avatar
    Join Date
    Feb 2008
    Location
    Chungcheongnam-do
    Posts
    1,988
    Points
    2,942.90
    Thanks: 5 / 39 / 30

    Default

    Indonesia is more weather to withstand global crisis compare to other countries

    JAKARTA - PAINFUL reforms launched amid the maelstrom of the 1997-1998 Asian economic downturn have put the region in good shape to weather the much deeper crisis now gripping global markets, economists said.
    Indonesia, South Korea and Thailand were at the centre of the storm a decade ago when high debts, low reserves, poor regulation and currency speculation triggered economic 'contagion' that spread from Jakarta to Moscow.

    The International Monetary Fund (IMF) threw lifelines worth US$58 billion (S$86 billion) to Seoul, US$43 billion to Jakarta and US$17 billion to Bangkok in return for far-reaching reform as the three 'Asian tigers' teetered near bankruptcy.

    How times have changed.

    Now it's the United States and Europe which are leading the plunge with some of the world's most respected investment banks collapsing under the weight of trillions of dollars in bad debts.

    'Astonishing events have unfolded over the past few weeks. I mean, who would have thought that the American investment banking system would have basically disappeared? It's amazing,' said IMF representative to Indonesia, Milan Zavadjil.

    Economists said the turmoil of 2008 was very different to the banking and currency crisis that spread through Asia a decade earlier, but there were also similarities such as mountains of bad debt and weak government oversight.

    In contrast to 1997, most Asian economies would ride out the current storm with relative ease, they said.

    However, countries which export heavily to the United States and Europe, such as Singapore, the Philippines and Hong Kong, may be exceptions.

    'Indonesia is deleveraged, this is the point. The government has a low debt level by international standards, Mr Zavadjil said, adding that domestic consumption would continue to fuel growth.

    'The consumers have been borrowing for cars and motorcycles but it's nothing like the developed countries. Basically I think the fundamentals are very strong and it's in good shape to weather this turmoil compared to other countries.'

    http://news.id.msn.com/regional/arti...mentid=1731106

    We are more weather to withstand global crisis compare to other countries, bahkan udah sampai dipuji Perancis dan Jerman.

  7. #6

    Join Date
    Sep 2008
    Posts
    85
    Points
    95.90
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Semua dalam Posisi Memegang Benang

    TERLALU banyak pertanyaan seperti ini: Di saat Amerika Serikat dilanda krisis yang hebat seperti ini, mengapa dolarnya justru menguat? Mengapa harga emas justru merosot? Bukankah dalam suasana krisis mestinya harga emas naik?

    Jawabnya tidak tunggal, tapi yang utama hanya satu: terlalu banyak orang di banyak negara yang membutuhkan dolar AS. Lembaga-lembaga keuangan raksasa yang dulu selalu meminjamkan uang dalam dolar AS, sekarang memerlukan dolar sebanyak yang bisa ditarik. Kalau dulu dolar mengalir dari AS ke seluruh dunia, kini semua dolar harus mengalir balik ke AS untuk menutup lubang menganga yang sangat besar akibat krisis itu.

    Masih ada tambahan lagi: di AS banyak perusahaan atau aset yang dijual dengan harga murah. Akibatnya, orang kaya dari seluruh dunia juga banyak yang tergiur untuk membeli aset itu. Tentu mereka membutuhkan dolar AS. Perusahaan (saham) AS yang di luar negeri juga banyak yang dijual. Pembelinya juga perlu dolar. Perusahaan-perusahaan yang punya pinjaman dolar diminta membayar sebelum jatuh tempo. Kalau tidak bisa bayar, perusahaan itu disita untuk dijual. Juga pakai dolar. Apakah bisa menarik kredit sebelum jatuh tempo? Bisa! Baca akad kreditnya. Pasti menyebutkan klausul seperti itu.

    Satu-satunya negara yang mata uangnya justru menguat terhadap dolar AS hanyalah Jepang. Ini karena fondasi ekonomi Jepang sangat kukuh. Uang cash-nya amat banyak dan dalam posisi aman. Bank-banknya punya sumber dana yang amat murah dan berjangka panjang. Penabung di Jepang hanya mendapat bunga 0,5% setahun.

    Sebagai negara yang maju berkat dibantu AS (setelah kalah perang dunia dulu), semestinya Jepang kini harus membantu AS. Jepang punya kemampuan untuk itu. Cadangan devisanya nyaris USD 1 triliun! (USD 950 miliar). Dana pensiunnya, lebih gila lagi: USD 1,5 triliun. Kekayaan sejumlah orang berduit di sana mencapai USD 15 triliun. Dana deposito di bank mencapai USD 8 triliun.

    Para ahli menyebutkan, dengan kemampuan itu Jepang bisa banyak berbuat. Toh, Jepang tidak mau melakukannya. Jepang harus memikirkan keselamatan negaranya dulu. Padahal, Jepang adalah kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia setelah AS. Padahal, Jepang tidak akan bisa seperti sekarang kalau dulu tidak dibantu AS. Undang-undang dasar Jepang saja yang membuatkan McArthur! Toh, dalam keadaan krisis seperti ini keselamatan diri sendiri dulu yang diutamakan.

    Maka, jangan harap kalau Indonesia nanti terkena krisis, ada negara lain yang mau membantu. Kini, semua negara menyelamatkan diri masing-masing. Tidak akan ada balas jasa sekalipun. Karena itu, mumpung krisis yang berat belum mengenai kita, Indonesia harus memupuk terus kemampuan keuangannya. Rencana menurunkan harga BBM benar-benar harus dihitung dulu kapan saatnya yang paling tepat.

    Sebenarnya krisis yang terjadi di AS menjadi lebih gawat, antara lain, juga karena hilangnya rasa percaya diri. Rasa konfiden itu mudah hilang kalau kita tidak punya cukup uang. Kian besar dana yang dimiliki negara, kian besar konfiden itu. Penyelenggara negara saat ini tidak boleh kehilangan konfiden hanya karena tekanan politik.

    Sebenarnya bukan tidak ada keinginan Jepang untuk membantu AS. Seorang tokoh politik di sana, Kotaro Tamura, bahkan sampai jengkel karena inisiatifnya untuk membantu AS tidak mendapat sambutan di dalam negeri. Tamura, seorang invesment banking yang kini menjadi anggota DPR dan mengetuai satu faksi dalam partai pemerintah, berpendapat, mestinya Jepang bisa menggunakan uang cash-nya yang begitu banyak untuk ikut menyembuhkan ekonomi dunia.

    "Ini sebenarnya kesempatan besar bagi Jepang," kata Tamura seperti dikutip media seluruh dunia. "Sekarang ini, di AS, semuanya murah. Seharusnya kita menggunakan dana kita untuk membeli semua itu," katanya. Dengan cara itu, kata Tamura, Jepang bisa memberikan sinyal yang baik bagi pulihnya ekonomi dunia. Apalagi, bantuan itu toh bukan pinjaman yang berisiko. Bantuan itu berupa kesediaan membeli aset-aset yang lagi dijual di AS.

    Beberapa perusahaan Jepang memang sudah membeli aset tersebut. Mitsubishi membeli sebagian saham Morgan Stanley sebesar USD 9 miliar, membeli Union BanCal di San Fransisco sebesar USD 3,5 miliar, dan membeli Aberdeen Asset Management sebesar USD 190 juta. Tapi, itu dianggap belum ada artinya.

    Kalau Jepang bisa membeli sebanyak mungkin aset murah di AS, kata Tamura, dalam 10 tahun mendatang Jepang akan menikmati hasilnya: hasil ekonomi dan hasil politik. Toh seruan Tamura itu tidak ada yang menggubris. Tamura yang baru 45 tahun dan yang dikenal suka berpakaian elegan (jarang politisi Jepang yang berani memakai pakaian yang mahal seperti dia) menjadi sangat ketus.

    Bahkan, proposalnya agar Jepang membuat perusahaan negara seperti Temasek di Singapura juga ditolak. Padahal, selama ini dana-dana di Jepang itu hanya menghasilkan bunga yang sangat rendah: 0,5% setahun! Kalau dana itu diakumulasikan ke dalam satu usaha seperti Temasek, hasilnya bisa sampai 18% setahun.

    Jepang memang bangsa yang paling hati-hati terhadap sesuatu yang berisiko. Tingkatnya bukan lagi sekadar hati-hati, melainkan sudah "benci pada risiko". "Bahkan, risiko baik sekali pun," ujar Tamura. Mana ada orang yang memilih dapat bunga 0,5% daripada 18%. "Orang Jepang itu tidak tahu apa artinya laba," kata Tamura.

    Tapi, itulah memang Jepang. Mereka menilai bunga 0,5% tapi aman lebih baik daripada "bunga 18%" tapi ada risikonya. Kita memang kagum dengan langkah seperti Temasek, tapi kini kita juga perlu bertanya berapa kerugian Temasek akibat krisis ini.

    Demikian juga investasi Tiongkok di Blackstone yang mencapai USD 250 miliar dua tahun lalu, kira-kira juga sudah hilang setidaknya separonya. Ini berarti ada uang Rp 1.200 triliun yang tiba-tiba lenyap. Uang yang hilang sekejap itu sudah sama dengan seluruh APBN Indonesia!

    Bagaimana dengan sikap Tiongkok? Kita belum pernah mendengar inisiatif Tiongkok untuk menggunakan cadangan devisa terbesarnya di dunia itu untuk ikut menyelamatkan Amerika. Tiongkok pasti ingin menyelamatkan dirinya sendiri dulu. Rakyatnya begitu banyak. Pabriknya yang harus tutup jumlahnya bukan hanya ribuan. Tiongkok pasti akan menggunakan cadangan devisa, pertama-tama untuk dirinya sendiri.

    Apalagi Tiongkok pasti tahu bahwa meski terkena krisis, Amerika masihlah negara kaya. Saya sering menyebutkan dengan krisis ini status Amerika hanya turun dari "negara yang kaya raya" menjadi "negara yang kaya sekali". Kapitalisasi pasar modalnya masih lebih besar dibanding Jepang, Korea, Jerman, Tiongkok, Prancis, Inggris, dan Australia dijadikan satu! Kekuatan ekonomi Tiongkok yang sudah kita puji-puji itu baru sebesar ekonomi satu negara bagian California.

    Ibarat layang-layang, perusahaan-perusahaan di Indonesia kini masih dalam status terbang. Baru satu-dua yang oleng kehilangan angin. Tapi, semua pemilik perusahaan kini harus terus dalam posisi memegang benang sambil mata tetap terus mengawasi layang-layang masing-masing. Begitu kehilangan angin harus tahu apa yang harus dilakukan: tarik benangnya. Lengah sedikit, layang-layang itu bisa langsung nyungsep ke tanah. Mata tidak boleh berkedip. Jangan sampai, misalnya, ditinggal ke toilet sekalipun. Banyak yang mungkin menganggap ini berlebihan. Tapi, siapa yang beranggapan demikian, layang-layangnyalah yang akan nyungsep lebih dulu. (*)
    Link Berita : http://pontianakpost.com/index.php?m...detail&id=8737

    Komentar :
    Satu-satunya negara yang mata uangnya justru menguat terhadap dolar AS hanyalah Jepang. Ini karena fondasi ekonomi Jepang sangat kukuh. Uang cash-nya amat banyak dan dalam posisi aman. Bank-banknya punya sumber dana yang amat murah dan berjangka panjang. Penabung di Jepang hanya mendapat bunga 0,5% setahun.
    Jepang melakukan ini mungkin tingkat penggunaan uang lebih banyak daripada penginvestasi modal, jadi dengan bunga 0,5 % saja perbankan di jepang bisa maju, dan ini mungkin bisa dijadikan contoh oleh kita tentang rasa Nasionalisme terhadap negara
    Untung rugi adalah hal kecil yang penting negara maju
    Jika ini berlaku dengan indonesia??? Bagaimana KOmentar anda

  8. #7
    DoOs_101's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Jakarta
    Posts
    2,371
    Points
    3,181.21
    Thanks: 0 / 9 / 8

    Default

    Quote Originally Posted by rashiqah View Post
    Link Berita : http://pontianakpost.com/index.php?m...detail&id=8737

    Komentar :


    Jepang melakukan ini mungkin tingkat penggunaan uang lebih banyak daripada penginvestasi modal, jadi dengan bunga 0,5 % saja perbankan di jepang bisa maju, dan ini mungkin bisa dijadikan contoh oleh kita tentang rasa Nasionalisme terhadap negara
    Untung rugi adalah hal kecil yang penting negara maju
    Jika ini berlaku dengan indonesia??? Bagaimana KOmentar anda
    Kita juga mayoritas agama Islam.

    Bagaimana kalau kita menggunakan argumen bahwa istilah "making money out of money" itu melanggar prinsip agama Islam.

    Secara logika pun, apa guna nya kita membikin uang dari uang (alias interest bearing loans), apabila proses tersebut tidak menyebabkan produksi yang "nyata".

    Dan kalo dipikirin, berarti bank2 di Indonesia telah melakukan kejahataan sosial terhadap rakyat.
    Quotes of the week:
    "He vanishes only to return as a tyrant."


  9. #8
    Antasari_Azhar's Avatar
    Join Date
    Sep 2008
    Location
    Kantor KPK dan Rumah Rhani
    Posts
    276
    Points
    422.00
    Thanks: 3 / 6 / 5

    Default

    Quote Originally Posted by DoOs_101 View Post
    Kita juga mayoritas agama Islam.

    Bagaimana kalau kita menggunakan argumen bahwa istilah "making money out of money" itu melanggar prinsip agama Islam.

    Secara logika pun, apa guna nya kita membikin uang dari uang (alias interest bearing loans), apabila proses tersebut tidak menyebabkan produksi yang "nyata".

    Dan kalo dipikirin, berarti bank2 di Indonesia telah melakukan kejahataan sosial terhadap rakyat.
    Bukan kejahatan sosial, tapi nyari duit tanpa mikirin negara. Terakhir BI Rate juga malah dinaikin ke 9.5%, lalu katanya mau diturunin lagi. Padahal kalo BI Rate rendah kan dunia usaha juga enak, dan wiraswasta bisa berkembang dengan pesat. Sudah saatnya BI berubah.

  10. #9
    DoOs_101's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Jakarta
    Posts
    2,371
    Points
    3,181.21
    Thanks: 0 / 9 / 8

    Default

    Quote Originally Posted by Antasari_Azhar View Post
    Bukan kejahatan sosial, tapi nyari duit tanpa mikirin negara. Terakhir BI Rate juga malah dinaikin ke 9.5%, lalu katanya mau diturunin lagi. Padahal kalo BI Rate rendah kan dunia usaha juga enak, dan wiraswasta bisa berkembang dengan pesat. Sudah saatnya BI berubah.
    Benar sekalih. Perbedaan nya besar sekali apabila BI rate dibawah 5%. Pasti bnyk sekali wiraswasta yg bisa maju, karena kebanyakan kgk punya akses kepada modal apabila tidak mempunyai koneksi international...
    Quotes of the week:
    "He vanishes only to return as a tyrant."


  11. #10

    Join Date
    Sep 2008
    Posts
    85
    Points
    95.90
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Quote Originally Posted by DoOs_101 View Post
    Kita juga mayoritas agama Islam.

    Bagaimana kalau kita menggunakan argumen bahwa istilah "making money out of money" itu melanggar prinsip agama Islam.

    Secara logika pun, apa guna nya kita membikin uang dari uang (alias interest bearing loans), apabila proses tersebut tidak menyebabkan produksi yang "nyata".

    Dan kalo dipikirin, berarti bank2 di Indonesia telah melakukan kejahataan sosial terhadap rakyat.
    jika kita hanya memahami sisi bisnis perbankan seperti yang bro maksud itu mungkin ada benarnya, tapi jika kita telaah lebih dalam, banyak sekali peranan dalam perbankan itu sendiri dalam menjaga stabilitas ekonomi negara dan juga tidak sedikit yang menjadi menyebab kegoncangan dalam ekonomi negara

    Kita telaah lebih dalam kenapa bank itu ada?? Buat apa bank itu sebenarnya??? Apa kegunaan bank buat masyarakat dan negara???
    Saya rasa pertanyaan itu bisa menampik anggapan diatas.

    Quote Originally Posted by Antasari_Azhar View Post
    Bukan kejahatan sosial, tapi nyari duit tanpa mikirin negara. Terakhir BI Rate juga malah dinaikin ke 9.5%, lalu katanya mau diturunin lagi. Padahal kalo BI Rate rendah kan dunia usaha juga enak, dan wiraswasta bisa berkembang dengan pesat. Sudah saatnya BI berubah.

    Quote Originally Posted by DoOs_101 View Post
    Benar sekalih. Perbedaan nya besar sekali apabila BI rate dibawah 5%. Pasti bnyk sekali wiraswasta yg bisa maju, karena kebanyakan kgk punya akses kepada modal apabila tidak mempunyai koneksi international...
    BI rate itu sendiri tergantung dari Situasi pasar perbankan itu sendiri, jadi tinggi rendahnya BI rate tergantung suasana pasar transaksi keuangan itu sendiri
    Tinggi rendahnya BI rate juga mempunyai kelebihan dan kekurangannya
    Sebagai contoh :
    BI rate yang rendah: Pemodal akan ramai2 lari ke investasi yang bisa memberikan keuntungan diatas BI rate dengan resiko yang sama, Jika ini terjadi?? Akan terjadi penurunan DPK secara besar dan untuk pengusaha kecil akan mengalami kesulitan permodalan karena pemodal lebih cendrung melarikan modal kepada perusahaan yang bisa memberikan keuntungan lebih
    Sisi Baiknya mungkin lebih kearah keringanan pembayaran dalam rangka pinjaman

    Untuk bi rate tinggi : Adalah kebalikan dari diatas, pemodal lebih cendrung bermain di bi rate dengan resiko yang relatif kecil dan dengan hasil yang maksimal, tapi dari sisi pengembangan bisnis usaha mikro akan mengalam kemandekan sedikit saja

  12. #11
    luna_croz's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    Void!!
    Posts
    6,132
    Points
    14,571.06
    Thanks: 18 / 128 / 81

    Default

    Quote Originally Posted by rashiqah View Post
    Link Berita : http://pontianakpost.com/index.php?m...detail&id=7931

    Buat anda yang senang menginvetasikan uang agar lebih berhati2 lagi
    Dengan Modal yang sama besar
    1. Jika mendapat untung yang kecil biasanya diimbangi juga oleh resiko yang kecil
    2. Jika mendapat untung yang besar biasanya diimbangi oleh resiko yang besar juga, so! silakan menginvetasikan seperti kemauan anda
    teori si dahlan emang bagus.. tapi sayangnya ga semudah ngomong dalam melaksanakan.
    para2 profesor dan guru besar juga teori2nya ga kalah menarik dari ini.. tapi sayangnya ga ada gunanya teori mereka.

    Quote Originally Posted by DoOs_101 View Post
    Kita juga mayoritas agama Islam.

    Bagaimana kalau kita menggunakan argumen bahwa istilah "making money out of money" itu melanggar prinsip agama Islam.

    Secara logika pun, apa guna nya kita membikin uang dari uang (alias interest bearing loans), apabila proses tersebut tidak menyebabkan produksi yang "nyata".

    Dan kalo dipikirin, berarti bank2 di Indonesia telah melakukan kejahataan sosial terhadap rakyat.
    namanya bisnis, ga ada halal haram lah.. kl mikirin kek gitu kelamaan mendingan jadi karyaWan aja..
    semua bisnis jg klo diliat2 haram..
    ngomong jual rugi tapi tau2nya untung udah 200%
    http://bit.ly/n86th7

    Graboid free download HD movies

  13. #12
    Red Phantoms's Avatar
    Join Date
    Jul 2008
    Location
    I dwell within the shadow
    Posts
    2,462
    Points
    2,737.10
    Thanks: 1 / 2 / 2

    Default

    Quote Originally Posted by DoOs_101 View Post
    Kita juga mayoritas agama Islam.

    Bagaimana kalau kita menggunakan argumen bahwa istilah "making money out of money" itu melanggar prinsip agama Islam.

    Secara logika pun, apa guna nya kita membikin uang dari uang (alias interest bearing loans), apabila proses tersebut tidak menyebabkan produksi yang "nyata".

    Dan kalo dipikirin, berarti bank2 di Indonesia telah melakukan kejahataan sosial terhadap rakyat.
    Maaf tapi gw kurang setuju tapi bukan menentang. Indonesia MEMANG negara mayoritas Islam tapi Indonesia BUKAN negara Islam jadi selama birokrasi memperbolehkan maka Interest bearing loans bukan kejahatan sosial di sini karena hukum yg berlaku bukan hukum islam.

    Yaa lain cerita klo respon masyarakat n pemerintah kritis. Soalnya bagaimanapun dunia bisnis itu melihat respon konsumen klo ketertarikan konsumen terhadap Interest bearing loan lebih kecil daripada bagi hasil dari sisstem perbankan syariat maka bank lain harus merombak sistemya untuk bisa bertahan.

    Ditambah lagi klo pemerintah aktif dalam penyusunan kebijakan n sosialisasi kepada masyarakat mungkin konversi akan terjadi lebih cepat.

    tapi masalah utama Indonesia sekaligus penebab kita terlihat bodoh = Birokrasi aneh yg terkesan membodoh bodohi orang yg bodoh........ soalnya kyanya pemerintah n institusi di indonesia paling demen bikin yg ginian daripada yg simple sih.

  14. #13
    luna_croz's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    Void!!
    Posts
    6,132
    Points
    14,571.06
    Thanks: 18 / 128 / 81

    Default

    Quote Originally Posted by Red Phantoms View Post
    Maaf tapi gw kurang setuju tapi bukan menentang. Indonesia MEMANG negara mayoritas Islam tapi Indonesia BUKAN negara Islam jadi selama birokrasi memperbolehkan maka Interest bearing loans bukan kejahatan sosial di sini karena hukum yg berlaku bukan hukum islam.

    Yaa lain cerita klo respon masyarakat n pemerintah kritis. Soalnya bagaimanapun dunia bisnis itu melihat respon konsumen klo ketertarikan konsumen terhadap Interest bearing loan lebih kecil daripada bagi hasil dari sisstem perbankan syariat maka bank lain harus merombak sistemya untuk bisa bertahan.

    Ditambah lagi klo pemerintah aktif dalam penyusunan kebijakan n sosialisasi kepada masyarakat mungkin konversi akan terjadi lebih cepat.

    tapi masalah utama Indonesia sekaligus penebab kita terlihat bodoh = Birokrasi aneh yg terkesan membodoh bodohi orang yg bodoh........ soalnya kyanya pemerintah n institusi di indonesia paling demen bikin yg ginian daripada yg simple sih.
    u absolute hell rite..
    beginilah yg akan terjadi klo pemerintah kita dipegang oleh partai2 agama.
    dan gW pikir hukum syariat tinggal didepan mata..
    sudah bnyk ormas2 yg mendukung.. liat saja undang2 yg dikeluarkan belakngan ini,,
    bukankah hanya buat nyari sensasi aja? koruptor belum tuntas.. bbm masi belom kelar.. tapi uda nyari2 kasus2 pose bikini dan seksi aja.
    itulah bodohnya bangsa kita..
    selalu mencari masalah dari masalah bukan solusi.

    sedikit demi sedikit hukum indonesia bakal bergerak ke arah syariat..
    nah disaat itulah mau tak mau pada harus terima itu..
    ato pling2 terjadi kudeta lagi kah?
    http://bit.ly/n86th7

    Graboid free download HD movies

  15. #14
    DoOs_101's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Jakarta
    Posts
    2,371
    Points
    3,181.21
    Thanks: 0 / 9 / 8

    Default

    Definisi Perbankan, alias sistem moneter:

    A monetary system secures the proper functioning of money by regulating economic agents, transaction types, and money supply. Money functions as a media of exchange in the market system. The central bank is responsible to alter the circulation of money in the market and the amount of government reserves.

    BI rate itu sendiri tergantung dari Situasi pasar perbankan itu sendiri, jadi tinggi rendahnya BI rate tergantung suasana pasar transaksi keuangan itu sendiri
    Tinggi rendahnya BI rate juga mempunyai kelebihan dan kekurangannya
    Yah, dan saat ini situasi pasar memerlukan supply push, karena apa yg terjadi saat ini di dunia adalah peningkatan demand tetapi kekurangan supply. Untuk itu kita perlu lbih bnyk investasi, dan bisa dibantu apabila BI rate kita rendah.

    Tetapi blon tentu juga interest rate yang rendah akan menguntungkan hanya pengusaha2 yang sudah besar, ini adalah pemikiran picik. Sesuai tulisan thread sy, sistem perbankan jgn membikin generalisasi bahwa risk sebuah usaha ditentukan oleh current assets stakeholder tersebut. Ini asumsi yg slh, yang ada bank hanya ingin minjemin modal kepada usaha yg sudah mempunyai duit...

    Sistem perbankan perlu menganalisa usaha dengan financial model, break-even point analysis, projected income statement mereka, dan berupa memahami dasar-dasar usaha tersebut.

    namanya bisnis, ga ada halal haram lah.. kl mikirin kek gitu kelamaan mendingan jadi karyaWan aja..
    semua bisnis jg klo diliat2 haram..
    ngomong jual rugi tapi tau2nya untung udah 200%
    Berarti prinsip anda ingin mengambil untung dari rakyat, seperti berjudi dengan opportunitas orang lain. Tolong diingat, ini bukanlah masalah syariat Islam, prinsip Budha, Bible, Jesus, Allah, Tuhan, dan banyak yg lain. Ini adalah mslh prinsip negara ini. Berikut saya cantumkan.

    Pancasila

    2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


    5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


    Melihat sistem perbankan, tindakan mereka sama sekali tidak ada prinsip kemanusiaan dan keadilan sosial.

    Hampir seluruh bank kita memiliki margin of interest lebih dari 8%, arti kata mereka mengambil untung dari rakyat 8%, dengan setiap perputaran uang dari perbankan ke pasar.

    Berikut ini adalah teori sy mengenai solusi sistem moneter BI. Dan gk usah pake nyindir2 teori gk berguna, lu pikir yg ngebangun negara lu? Yg ngebangun negara ini adalah "theorists" yg mempunyai idealisme yang mempunyai rational sense, tahap berikut nya adalah untuk membikin idealisme tersebut wujud.

    [III]. Effek Sampingan terhadap masa depan:

    Trauma, adalah kata yang tepat untuk dipakai sebagai alesan kelemahan kita. Saat ini harapan banyak sekali, oportunitas didepan mata, banyak sekali jalur pembangunan, tetapi tidak optimal. Karena semua dicegah oleh sistem moneter pelit.

    Saat ini sistem moneter Indonesia sangat pelit dan menggarap keuntungan. Rakyat diberikan bunga 4% untuk penabungan sedangkan untuk meminjam modal Rakyat diberikan interest rate 14%, jadi bank untung 10% dari keuangan yang masuk karena penabungan atau keluar karena peminjaman. Sedangkan ekonomi Indonesia berjalan tidak optimal, World Bank berkomentar bahwa optimal production Indonesia berada di 9-11% tetapi mengapa kita berpoduksi dibawah 6%. Semuanya karena sistem moneter tidak membantu. Investasi sangat relatif kepada interest rate yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Bila interest rate 14%, maka investasi akan menjadi disinsentif karena cost buat membaliki interest sangat mahal sedangkan di luar negri, mereka mendapatkan interest rate hanya 2-5%, sangat menguntungkan.

    Industrial production (paling penting)
    16.0% - China | interest rate: 4.35%
    10.5% - Thailand | interest rate: 3.80%
    4.4% - Indonesia | interest rate: 9.78%
    3.8% - India | NA
    2.6% - Malaysia | interest rate: 3.70%

    Lihatlah perhubungan antara produksi dan interest rate dari kebijakan policy moneter setiap negara. Indonesia paling tinggi maka itu pertumbuhan belom optimal. Padahal Indonesia mempunyai opportunitas buat pembangunan industrial (industrial production) yang bagus, berhubungan kita negara agrari, labor intensif, dan banyak keuntungan yll. Tetapi mengapa?

    Trade Balance Indonesia (Net Trade Account)
    38%

    Current Account Indonesia (Export/Import barang2 + services)
    10%

    38 - 10 = 28%

    28% dari trade balance adalah capital inflow, tandanya banyak dana investasi dari luar masuk ke indonesia. Ini menunjukan bahwa mayoritas wiraswasta yang sudah/sedang membangun usaha mendapatkan modal/dana dari investor luar. Sehingga apa? Investasi di Indonesia terhambat dana macat, susah cari dana, berkompetisi mencari dana kepada investor luar yang sama, dan proses waktu captal inflow masuk ke Indonesia membutuhkan waktu 1 tahun. Sehingga bisa dibilang pembangunan di Indonesia bergantung kepada modal luar yang seharusnya bisa independen dari bantuan sistem moneter negri sendiri.

    Investasi lambat, pembangunan lambat, kemajuan Indonesia tidak optimal.

    Solusi nya adalah untuk merubah kebijakaan moneter sistem tetapi banyak sekali ahli ekonomist dan direktorat bank yang berkata, "tidak mungkin". Mengapa?

    Dijawab saja, "karena takut", mereka akan tutup mulut tidak membalas.

    [IV]. Solusi, selalu ada solusi!!!!

    Tentunya selalu ada optimisme dan jalur keluar untuk menyelesaikan masalah. Solusinya adalah untuk mempelajari kesalahan dan memperbaiki nya dengan analisa yang tajam.

    Sebelumnya mari kita samakan kejadian krismon'97 terhadap kejadian The Great Depression 1930, di USA. Dua kejadian tersebut sama parahnya, rakyat kehilangan uang yang mereka tabung di bank dan dana moneter habis, pembangunan terpaksa berhenti. Tetapi ada perbedaan. Di USA, kejadian krismon terjadi karena bank mempunyai insentif untuk meminjamkan rakyat uang untuk bermain di stock market (Bursa Effek, seperti IDX di Jakarta). Lalu pada saat buyout terlalu banyak, stock market melemah, sehingga semua orang kehilangan uang dan juga bank. Ini adalah kegagalan analisa peminjamaan, beda dengan kejadian krismon'97 di Indonesia. Kejadian tersebut terjadi karena kebodohan nepotisme. Keluarga yang berkuasa mengatur peminjamaan keuangan dari bank, mereka meminjamkan dengan teori kepentingan, dan begitu saja dikasih tanpa menanya usaha apa yang dibangun, tujuan, profile income flow, status kriminal, dll. Secara singkat, uang hanya diberikan begitu saja seperti anak diberikan uang jajan oleh ibunya. Hal ini bisa dibilang, dicopet karena bodoh.

    Mengapa takut apabila masa lalu sudah telak? Alesan kejadian subprime mortage crisis di Amerika dipakai sebagai alibi untuk menetapkan kebijakaan pelit Bank Indonesia. Sebetulnya kejadian subprime mortage crisis sangat berbeda karena apa yang terjadi adalah bank memberikan credit pinjaman buat konsumsi terutama konsumsi rumah buat keluarga-keluarga baru. Karena mereka melewati batas hitungan, pada saat keluarga-keluarga tersebut tidak dapat membayar kembali credit pinjaman tersebut, akhirnya bank jadi kehilangan uang, sama saja seperti krismon'97. Tetapi harus diingant, bahwa ini adalah pinjaman konsumtif, bukan produktif. Di Amerika, pinjaman produktif alias credit buat investasi lancar. Bila uang tidak balik, mereka sita usaha tersebut lalu di jual ke merger. Sistem produksi mereka berjalan lancar.

    Solusi...

    1). Mayoritas bank Indonesia perlu merekruit ahli-ahli ekonom dan MBA yang mengerti banyak hal tentang membangun usaha. Rekruit tersebut dijadikan tim analisa pengisuan usaha oleh peminjam dana. Bila mempunyai profesionalisme untuk menganalisa karakteristik usaha dan masa depan nya, bank dapat menilai apabila usaha yang diisukan oleh peminjam dana itu aman, produktif, menjaminkan, dll.

    2). Sistem kolateral dengan digital profiling adalah alternatif yang bagus. Untuk mencegah kecurangan peminjam dana, bank harus dapat menganalisa sejarah peminjam tersebut, mempelajari latar belakang keluarga nya, pekerjaan sebelumnya, catatan kriminal, dan aktifitas kredit selama 10 tahun. Apabila mencurigakan, akan ditolak dan peminjam dana harus mengasih bukti kuat bahwa dia akan memakai dana tersebut untuk membangun usaha.

    3). Membangun perusahaan yang menjual/beli perusahaan gagal. Pertama, mereka membeli usaha yang telah di sita oleh bank. Kedua, mereka membenarkan kesalahaan dari kegagalan perusahaan tersebut. Ketiga, dijual ke korporasi besar yang ingin mempunyai banyak cabang bisnis. (Seperti di film Preety Woman).

    Alasan untuk tidak takut:

    1). Krismon'97 terjadi karena kebodohan nepotisme, sekarang ini sistem berjalan.

    2). Takut akan terjadinya credit crunch seperti Mortage Crisis di Amerika tidak akan terjadi di sektor pembangunan, karena penyebab Mortage Crisis di Amerika adalah peminjaman credit konsumtif berlebihan.

    3). Negri Indonesia mempunyai banyak oportunitas pembangunan, untuk keamaanan liquiditas credit, dapat dijaga apabila mempunyai statistik dan data setiap usaha yang beroperasi, jumlah kapastias setiap sektor industri, prediksi jumlah sumber daya alam, inventory seluruh sumber daya alam di Indonesia.
    Quotes of the week:
    "He vanishes only to return as a tyrant."


  16. #15
    tgr-beng_beng's Avatar
    Join Date
    Nov 2008
    Posts
    159
    Points
    207.90
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Quote Originally Posted by luna_croz View Post
    u absolute hell rite..
    beginilah yg akan terjadi klo pemerintah kita dipegang oleh partai2 agama.
    dan gW pikir hukum syariat tinggal didepan mata..
    sudah bnyk ormas2 yg mendukung.. liat saja undang2 yg dikeluarkan belakngan ini,,
    bukankah hanya buat nyari sensasi aja? koruptor belum tuntas.. bbm masi belom kelar.. tapi uda nyari2 kasus2 pose bikini dan seksi aja.
    itulah bodohnya bangsa kita..
    selalu mencari masalah dari masalah bukan solusi.

    sedikit demi sedikit hukum indonesia bakal bergerak ke arah syariat..
    nah disaat itulah mau tak mau pada harus terima itu..
    ato pling2 terjadi kudeta lagi kah?
    Indonesia bukan negara Islam!

    Memang faktanya ada FPI, ada partai PKS, tapi gua ga yakin hukum syariat di depan mata meskipun banyak ormas yang mendukung. Undang-undang yang baru dikeluarkan juga disesuaikan sama budaya Indonesia, tidak subyektif. Kalo syariat Islam di Aceh, lalu Banten ikut-ikutan sih itu otonomi daerah, sementara di Manokwari ada raperda pembinaan mental dan spiritual berbasis Injil. Gua ga yakin ni negara bakal jadi negara Islam, kecuali negara ini runtuh karena visi kita memang Bhinneka Tunggal Ika dan sesuai salah satu sila dalam pancasila, Ketuhanan yang Maha Esa.

Page 1 of 2 12 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •