Page 1 of 5 12345 LastLast
Results 1 to 15 of 62
http://idgs.in/517741
  1. #1
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default Gift of Life to Azrael [Finished]

    Gift of Life to Azrael




    Author: LunarCrusade
    Copyright ©2012 - f399 IDGS Forum
    Genre: Slice of Life, Science Fiction, Romance
    Complementary Story dari An Angel and A Reaper (same setting)




    --------------------------------------------


    Phase 0: Artificial Zygote Replication by Altering Enhancer Layer
    Phase 1: Angel Hunting
    Phase 2: Reaper? No, It's A Malakh
    Phase 3: Greetings of Moonlight
    Phase 4: Welcome to Human's Life
    Phase 5: Early Stage
    Phase 6: A Croissant for Two
    Phase 7: Himawari
    Phase 8: My Most Precious Treasure (tribute to Angel Beats anime and Jun Maeda)
    Phase 8.5: Interlude ~ The Angels' Leaving
    Phase 9: It's Really A Heaven After All
    Phase 10: Miracle of Snow Angel
    Phase 11: The Devil
    Phase 12: Cage
    Phase 13: Chaotic Feeling
    Phase 14: What is Life, Anyway?
    Phase 15: Garden of Light
    (END)


    --------------------------------------------




    Spoiler untuk Phase 0 :


    ==================================================
    Phase 0: Artificial Zygote Replication by Altering Enhancer Layer
    ==================================================




    Cahaya.

    Itu yang pertama kali kulihat ketika aku membuka kedua mataku. Perlahan, segala sesuatu yang ada di sekitarku dapat kuidentifikasi. Ah, di mana aku sekarang? Aku tidak dapat mengingat apapun. Mungkin lebih tepat kalau disebut…aku tidak tahu apa-apa.



    Hmm? Apa ini? Ada sesuatu yang dipasangkan di wajahku, menutupi hidung dan mulut. Beberapa kali aku merasa dadaku berkontraksi dan berelaksasi, mengakibatkan sesuatu yang hangat keluar dari hidungku. Dengan mulut…ah, ternyata bisa juga. Yang kuhirup, baik dengan hidung ataupun mulut, terasa segar. Anehnya, apa yang kukeluarkan, pastilah terasa lebih hangat.

    Kucoba merentangkan tanganku ke depan. Tidak bisa. Ada sesuatu yang menghalangi. Sesuatu yang bening, namun tidak dapat kutembus. Keras.

    Ya sudah, tidak masalah. Toh tempat ini cukup nyaman untukku. Nyaman…? Sebenarnya tidak juga. Sejak aku membuka mataku, aku merasa bingung dengan apa yang telah kulihat. Cairan di sekitarku ini…membuatku terheran-heran. Apalagi setelah kuperhatikan orang di depanku, yang dapat bergerak tanpa harus dikelilingi cairan, seperti yang kualami sekarang.

    Begitu mata orang itu menatapku, ada yang berubah dari wajahnya. Aku tidak tahu apa itu, namun dia langsung mengeluarkan suara yang keras. “Akhirnya!!”, begitulah suara yang kudengar. Setelah itu, orang itu pergi dari hadapanku dengan cepat. Ada apa sebenarnya?

    Tak lama, orang itu kembali masuk. Tidak sendiri. Kulihat ada beberapa orang lainnya mengenakan sesuatu yang serupa satu sama lain, namun berbeda dengan orang yang pertama kulihat.

    Orang itu terlihat menekan sesuatu yang terletak di bawah kakiku. Aku tidak bisa melihat dengan jelas karena cairan ini, jadi aku tidak tahu apa sebenarnya yang ditekan olehnya. Perlahan cairan itu menghilang, mulai dari bagian kepala hingga ke bawah. Oh? Kakiku merasakan sesuatu.

    Ah…ternyata aku bisa berpijak dengan kedua kakiku ini, sama seperti orang-orang di hadapanku.

    Benda bening yang keras itupun terangkat. Hmm, udaranya jadi sedikit lebih dingin. Kulepas benda yang menempel sekaligus di hidung dan mulutku itu. Kucoba menghirup udaranya…tidak buruk, setidaknya masih sama segarnya.

    Tempatku berdiri sekarang ternyata sedikit lebih tinggi dibanding orang-orang di depanku, yang sekarang sedang berbincang-bincang. Entah apa yang dikatakan mereka, tapi sepertinya sedang membicarakanku. Aku melompat turun dari apa yang kupijak sekarang, sehingga kakiku sama-sama menginjak permukaan yang sama dengan mereka.



    Azrael? Siapa itu Azrael?



    Beberapa kali orang-orang itu menyebut kata-kata yang sama, Azrael. Aku dapat mengidentifikasinya karena hanya itulah satu-satunya kata yang disebutkan berulang-ulang.

    Bicara…hmm, mungkin aku bisa menirukan apa yang mereka katakan.

    “A-Azrael.”, aku merasa bagian leherku sedikit bergetar.

    Orang-orang yang berpakaian serupa itu langsung menunjukkan wajah yang berbeda. Ada yang matanya menjadi lebih lebar, ada juga yang mulutnya sedikit terbuka, hanya sebentar. Lalu, mereka membentur-benturkan kedua telapak tangannya, menimbulkan bunyi *plok* secara berulang-ulang selama beberapa saat. Kemudian, satu per satu mereka meraih tangan orang yang pertama kulihat tadi, sambil sedikit menggoyang-goyangkannya ke atas dan ke bawah. Ah…aku tidak mengerti.

    Tak lama, orang-orang yang berpakaian serupa itu pergi.

    “Azrael?”, aku mencoba berbicara dengan nada yang sedikit berbeda.

    “Ya, itu dirimu. Azrael.”, orang yang pertama kulihat tadi menjawabku. “Sekarang, ikut aku.”

    Apa maksud orang itu…?

    Beberapa langkah kemudian, dia berhenti, lalu menengok ke arahku dengan tatapan tajam. Apa mungkin dia ingin supaya aku berjalan sama sepertinya? Baiklah, akan kulakukan.



    Aku mencoba menggerakkan kakiku sama seperti orang itu, hingga aku sampai di suatu ruangan lain yang lebih kecil. Aku masih tidak tahu benda apa saja yang ada di sini, namun aku bisa melihat sesuatu yang bening. Kuhampiri benda yang membuatku harus mendongak untuk bisa melihat bagian atasnya itu.

    Eh? Siapa yang ada di benda bening itu…?

    Aneh. Ini aneh. Saat aku mengulurkan tangan kananku, orang di benda bening itu melakukan hal yang sama. Kuangguk-anggukkan kepalaku, sama juga. Kudekatkan kepalaku…ah, aku tidak mengerti. Dia selalu melakukan hal yang sama sepertiku. Apa mungkin orang itu adalah aku?

    Hmm…mungkin aku benar. Kalau kulihat-lihat, benda-benda yang terletak di depan benda bening ini, seperti benda berkaki empat itu, juga ikut masuk ke dalam benda bening itu. Oh…aku mengerti, jadi yang ada di situ adalah diriku sendiri.

    Orang itu terus memperhatikanku, berdiri di sebelah kananku, lalu menekuk kedua kakinya agar tingginya menjadi sama denganku.

    “Hmm, bagus. Sepertinya kamu sudah mengerti. Bagaimana? Sudah puas melihat dirimu sendiri?”

    Karena aku tidak mengerti kata-katanya, aku kembali memperhatikan diriku di benda bening itu.

    Sepertinya ada yang berbeda antara aku dan orang itu. Kuraih sesuatu yang melingkupi tubuhnya itu…ternyata aku tidak mengenakan hal yang sama. Di benda bening itu, aku tidak bisa melihat lekukan tubuh orang itu karena dia menutupinya dengan sesuatu yang dikenakannya, tapi aku bisa melihat milikku sendiri. Dan kalau dilihat-lihat, tubuhku lebih kecil dibanding orang itu.

    Wajah….ah, seperti ini rupanya wajahku. Helaian di atas kepalaku berwarna mirip dengan benda berkaki empat di ruangan ini, dengan panjang tidak sampai menutupi lubang di kiri dan kanan kepalaku. Mataku berwarna mirip dengan sesuatu yang berada di luar jendela ruangan ini, letaknya jauh di atas sana. Dan sekarang, tanganku menyentuh dua buah tonjolan di dadaku, tidak begitu besar. Kusentuh dada orang itu…huh? Kenapa berbeda?

    Aku tidak mengerti. Orang-orang yang berpakaian serupa tadi juga memiliki perbedaan denganku maupun dengan orang yang di depanku ini. Ah sudahlah, setidaknya aku masih punya kepala, mata, helaian halus di kepala, tangan, tubuh, dan kaki. Meski ukuran, bentuk, dan warnanya berbeda, namun secara struktur aku sudah mirip dengan semua orang yang telah kulihat.

    “Baiklah, cukup main-mainnya. Sekarang, buka lemari itu dan kenakan sesuatu.”, dia menunjuk ke arah sebuah kotak yang sangat besar, sepertinya keras, yang berada tidak jauh dari benda berkaki empat itu.

    Dia membukakan kotak besar tadi, yang kalau kuperhatikan lebih tinggi dari orang itu. Di dalamnya ada beberapa benda, salah satunya mirip dengan yang dikenakan orang itu. Warna dan bentuknya serupa, hanya saja lebih kecil. Baiklah, aku ambil itu saja.

    Setelah mengenakan benda itu ---tentu saja, dibantu olehnya---, dia kembali berjalan keluar ruangan dan memintaku mengikutinya. Apa yang akan dia lakukan setelahnya…?




    Beberapa waktu berlalu setelah kejadian itu. Rambut coklatku memanjang, hampir sepanjang daguku. Aku juga sudah belajar dan mengerti banyak hal. Orang itu, Gregor Crick, ternyata dialah yang menyusun diriku hingga menjadi seperti ini.

    Aku diberi nama Azrael, berdasarkan nama proyek yang dikerjakan olehnya, dibiayai oleh pemerintah Anglion: Artificial Zygote Replication by Altering Enhancer Layer. A.Z.R.A.E.L. Project. Agar terdengar lebih ‘manusia’, aku diberi nama: Azrael Mevimaveth.

    Menurut apa yang kupelajari, proses kelahiranku berbeda dibanding manusia kebanyakan. Aku lahir secara tidak alami. Satu-satunya hal yang sama dengan manusia lainnya adalah aku tetap berasal dari sebuah sel telur dan ******, yang melebur menjadi sebuah zigot.

    Kenapa tetap dibuat dari sebuah zigot? Gregor berkata kalau teknologi kloning belumlah stabil. Kloning dirinya sendiri masih memerlukan perangkat stabilizer berupa plat berbentuk persegi, yang harus ditempelkan pada kloning dirinya, agar sel-sel tubuhnya tidak terurai. Untuk itulah, proses kelahiranku tetap melalui pembuahan normal melalui fase zigot agar tubuhku diharapkan tetap stabil.


    Tetapi...aku terlalu berbeda dengan orang lain dalam banyak hal.


    Sebelum ****** dan sel telur itu melebur dalam pembuahan ex vitro, keduanya sudah direkayasa. Yang diambil adalah ****** haploid dengan kromosom X, agar dapat menghasilkan seorang perempuan sepertiku. Kenapa perempuan? Laki-laki rawan akan penyakit menurun seperti buta warna atau hemofilia, karena ketidakmampuan kromosom Y untuk menghilangkan efek gen resesif pada kromosom X pasangannya.

    Tidak hanya itu, seluruh gen di dalam ****** dan sel telur juga diganti, berasal dari gen-gen manusia terbaik di seluruh dunia. Bagaimana caranya? Dengan manipulasi enhancer. Enhancer adalah titik-titik dalam kromosom yang menandai mulainya DNA yang harus ditranskripsi menjadi RNA, yang kemudian diterjemahkan menjadi protein alias enzim. Gregor berkata kalau satu gen bertanggung jawab atas satu buah enzim, yang mempengaruhi keseluruhan metabolisme tubuh. Teknik manipulasi lapisan enhancer pada DNA itulah yang membuat satu buah gen dari manusia-manusia tertentu dapat disatukan, menjadi berada dalam satu ****** ataupun satu sel telur.

    Singkat kata, aku adalah manusia unggul dengan kesempurnaan genetik.



    Suatu kali aku pernah bertanya pada Gregor, untuk apa aku diciptakan. Dia hanya menjawab…

    “Membunuh.”

    Membunuh berarti menghilangkan nyawa orang lain.
    Membuat seseorang yang tidak disukai kehilangan denyut jantung.
    Membuat seseorang yang dibenci kehilangan kemampuan untuk bernafas.
    Membuat seseorang yang tidak berguna kehilangan aliran listrik di neuron-neuron otaknya.

    Aku tidak mengerti apakah hal itu benar atau salah. Aku hanya menjalankan perintah. Beberapa kali aku berlatih membunuh dengan mengeksekusi beberapa orang tahanan, semuanya menunjukkan wajah ketakutan. Benarkah kematian sangat menakutkan?

    Pernah sekali waktu aku memperhatikan sebuah eksekusi oleh polisi biasa, semua tahanan ditutup matanya. Sedangkan ketika aku yang berlatih membunuh dengan mengeksekusi tahanan…mereka dibiarkan di lapangan, sementara aku menembaki mereka satu per satu dengan L96A1 sniper rifle, senjata favoritku, selagi mereka berlari ketakutan.

    Kenapa berbeda…? Kenapa apa yang kulakukan selalu dibedakan?



    Dua bulan setelah aku dilahirkan, aku masih belum dapat menemukan jawabannya. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku, yang berasal dari hatiku yang paling dalam. Aku masih punya banyak pertanyaan mengenai dunia, mengenai manusia, mengenai emosi, mengenai…kehidupan.

    Akankah suatu hari kutemukan jawabannya?

    Dan…inilah saatnya untuk misi pertamaku yang sesungguhnya. Misi pertama untuk seorang Azrael Mevimaveth.




    ================================


    Dan...ciri khas gw

    Spoiler untuk Trivia :

    • Setting dunia + waktu sama dgn An Angel and A Reaper.
    • Fungsi enhancer sama seperti yang dijelaskan. (http://en.wikipedia.org/wiki/Enhancer_%28genetics%29)
    • Azrael Mevimaveth --> Hebrew language.
      • Azrael = malaikat yang dikenal sebagai 'angel of death' dalam agama-agama Abrahamik.
        Literally: "siapa yang Tuhan tolong"
      • Mevimaveth = bringer of death.
        - mevi --> bringer.
        - maveth --> death.
    • L96A1 adalah sniper rifle real (http://en.wikipedia.org/wiki/Accurac...Arctic_Warfare, di bagian PM alias Precision Marksman)
    • Azrael di sini adalah cewek. Dan sesuai selera penulis...karakter cewek utama haruslah berpostur...
      /digampar
      *plak*

    Last edited by LunarCrusade; 14-08-12 at 03:35.


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  2. Hot Ad
  3. The Following 3 Users Say Thank You to LunarCrusade For This Useful Post:
  4. #2
    levialexander9's Avatar
    Join Date
    Jan 2012
    Posts
    5,671
    Points
    778.48
    Thanks: 100 / 289 / 266

    Default


    ad yg br nih...


    sabar yh...
    lg w baca...


    sbar coy...
    nnti w edit...


    -------------------------------------------------------------------------------------------------

    sdah w duga karakter utama ya cewe...

    dn utk caph yg ini w msh ngrti dgn istilah" yg u masukan dsni...
    Last edited by levialexander9; 21-03-12 at 11:52.

  5. #3
    MelonMelon's Avatar
    Join Date
    Dec 2011
    Location
    Melon's Farm
    Posts
    3,010
    Points
    27,268.78
    Thanks: 73 / 47 / 33

    Default

    Super duper!
    Lu itu demen sama sci-fi yah, tapi keren
    Belom seberat an angel and a reaper sih bahasanya, tapi udah berat2 juga istilah2 nya lumayan susah ya

    Dan seperti biasa, lu ngegambarin si Azrael ini dengan lengkap, keren abis. Feel nya dia seorang kloningan yang baru ngenal dunia ngena banget

    Btw, setting waktu dan tempat sama dengan an angel and a reaper? Ntar keremu Daleth n Resha dong , si Azrael terluka di satu misi, terus ntar diobatin sama Resha, eh taunya misinya itu bunuh si Daleth

    Owkaowkaowkaowk ide gila gue pun bermunculan Eniwei, very nice prologue

  6. #4
    levialexander9's Avatar
    Join Date
    Jan 2012
    Posts
    5,671
    Points
    778.48
    Thanks: 100 / 289 / 266

    Default

    Quote Originally Posted by MelonMelon View Post
    Super duper!
    Lu itu demen sama sci-fi yah, tapi keren
    Belom seberat an angel and a reaper sih bahasanya, tapi udah berat2 juga istilah2 nya lumayan susah ya

    Dan seperti biasa, lu ngegambarin si Azrael ini dengan lengkap, keren abis. Feel nya dia seorang kloningan yang baru ngenal dunia ngena banget

    Btw, setting waktu dan tempat sama dengan an angel and a reaper? Ntar keremu Daleth n Resha dong , si Azrael terluka di satu misi, terus ntar diobatin sama Resha, eh taunya misinya itu bunuh si Daleth

    Owkaowkaowkaowk ide gila gue pun bermunculan Eniwei, very nice prologue
    ah...
    w ga tau menau ttg karakter penulisanya dy...

    tp cerita awal ya bgus kok...


    mngkin ide u bakal di pake dy...


    oh iy nil...
    tmbhin tuh ttg si Azrael...
    ymbhin klw dy benci melon...

  7. #5
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by levialexander9 View Post

    ad yg br nih...


    sabar yh...
    lg w baca...


    sbar coy...
    nnti w edit...


    -------------------------------------------------------------------------------------------------

    sdah w duga karakter utama ya cewe...

    dn utk caph yg ini w msh ngrti dgn istilah" yg u masukan dsni...
    Quote Originally Posted by levialexander9 View Post
    ah...
    w ga tau menau ttg karakter penulisanya dy...

    tp cerita awal ya bgus kok...


    mngkin ide u bakal di pake dy...


    oh iy nil...
    tmbhin tuh ttg si Azrael...
    ymbhin klw dy benci melon...
    tenang, ini ga serumit cerita sebelumnya kok

    tapi kalo ga baca ya ntar bakalan banyak yang kelewat, soalnya cerita utama tetep An Angel and A Reaper


    Quote Originally Posted by MelonMelon View Post
    Super duper!
    Lu itu demen sama sci-fi yah, tapi keren
    Belom seberat an angel and a reaper sih bahasanya, tapi udah berat2 juga istilah2 nya lumayan susah ya

    Dan seperti biasa, lu ngegambarin si Azrael ini dengan lengkap, keren abis. Feel nya dia seorang kloningan yang baru ngenal dunia ngena banget

    Btw, setting waktu dan tempat sama dengan an angel and a reaper? Ntar keremu Daleth n Resha dong , si Azrael terluka di satu misi, terus ntar diobatin sama Resha, eh taunya misinya itu bunuh si Daleth

    Owkaowkaowkaowk ide gila gue pun bermunculan Eniwei, very nice prologue
    jadi loe mau gw bikin berat bahasanya?


    iya, gw kalo bikin cerita pasti detail

    soalnya pertama gw bayangin kek semacem video dulu...jadi dia abis dari sini ke mana lagi, ngapain lagi, dst dkk dll

    baru dibentuk dlm kata"

    kelemahannya sih...bisa jadi panjang banget tapi detailnya jadi ngena



    misi ngebunuh Daleth nya bener, nih Phase 1 nya


    ===============================================


    Spoiler untuk Phase 1 :


    ===================
    Phase 1: Angel Hunting
    ===================




    Seihou, sebuah negara kepulauan berjarak ribuan kilometer dari Anglion.



    Targetku kali ini adalah seorang pria bernama Daleth Reshunuel. Misi kali ini bukan hanya membunuhnya, namun juga membawa pada Gregor seorang perempuan yang selalu bersamanya, Resha Gimmelia.

    Kalau kulihat lagi data mengenai mereka…ternyata keduanya adalah buronan salah satu negara sekutu Anglion, Liberion. Jadi mereka berdua adalah kriminal? Orang yang bernama Resha itu sudah menghancurkan sebuah kota di Liberion yang berpenduduk 14 juta orang, sementara Daleth membawanya kabur begitu saja tepat pada jadwal eksekusi. Wow, hebat juga perempuan yang bernama Resha itu. Aku sendiri belum pernah menghabisi nyawa sebanyak yang dia lakukan.

    Di sebuah apartemen tidak jauh dari sebuah kuil Shinto, di situlah aku tinggal untuk sementara. Aku tiba di negara ini tanpa membawa satupun senjata, untuk menghindari kecurigaan pemerintah Seihou. Dua hari setelahnya, barulah pemerintah Anglion mengirimkan beberapa perlengkapan, amunisi, dan tentu saja, L96A1 favoritku. Sejak aku menggunakan sniper rifle itu untuk pertama kalinya, aku langsung merasa nyaman dengannya. Letusan suara saat peluru 7.62 NATO melesat dari laras panjangnya itu menimbulkan sesuatu di dalam dadaku. Aku tidak mengerti kenapa, namun aku selalu merasa ingin terus melakukan perintah selanjutnya setelah mendengarnya. Semangat…ah iya, mungkin itu yang kurasakan. Aku selalu bersemangat setelah mendengar suara itu.



    Menurut data dari MI6, yaitu Secret Intelligence Service pemerintah Anglion, mereka ada di kota ini…kota Tsutsuji, prefektur Kozuke. Jauh lebih kecil dibanding ibukota Seihou, Nishigyou. Bagus. Dengan begini aku tidak akan kesulitan untuk mencari targetku dengan cepat.

    Inari Bakery…ah, ini tempatnya, tempat targetku bekerja selama di Seihou. Kuamati sekelilingku untuk mencari bangunan atau apapun yang bisa kugunakan untuk mengintai pria bernama Daleth Reshunuel itu. Dari arah barat, sebuah bangunan bertingkat ---sepertinya bertingkat tiga--- tertangkap pandanganku. Kosong, mungkin bekas toko atau semacamnya. Ah, ada tangga besi di bagian belakang bangunan. Kunaiki bangunan itu...sempurna. Inari Bakery hanya berjarak 400 meter dari sini, tanpa terhalang pohon atau bangunan lainnya.

    Selama 3 hari kuamati gerak-gerik targetku itu. Ternyata dia selalu masuk kerja sebelum jam 8 pagi, dan pulang 10-15 menit setelah jam 5 sore. Sore hari sepertinya adalah waktu yang cocok. Berhubung bangunan ini berada di sebelah barat, maka akan sulit untuk membidiknya di pagi hari karena matahari akan langsung berada di depanku. Lain halnya jika dilakukan sore hari, saat aku membelakangi matahari. Sekitar jam tersebut, suasananya juga sudah jauh lebih sepi dibanding pagi atau siang hari, sehingga aku tidak akan menimbulkan kepanikan.

    Menurut data dari MI6, lelaki ini bukanlah orang sembarangan. Dia memiliki sebuah sarung tangan bernama Energy Level Operation with High Intelligent Manipulator alias E.L.O.H.I.M. Project, suatu alat dengan teknologi yang mengerikan. Kapabilitasnya untuk memanipulasi energi membuatnya mustahil untuk dikalahkan senjata-senjata konvensional. Ah…apakah L96A1 milikku ini mampu membunuhnya?



    Hari keempat, pukul 05.03 PM. Sebentar lagi target akan keluar.

    Tunggu. Aku ingat ada sesuatu di sebuah kotak yang dikirim pemerintah Anglion. Kuperiksa tasku…bagus, ternyata aku membawanya. Di dalam kotak besi hijau tua ini terdapat peluru-peluru khusus. Kalibernya sama dengan 7.62 NATO, hanya saja…

    Kumasukkan satu buah peluru khusus itu ke dalam L96A1 milikku. Kemudian, aku mengambil posisi telungkup sambil menyesuaikan bipod yang terpasang di senjataku di tepi bangunan. Perlahan mataku mendekati scope…pintu depan Inari Bakery terlihat dengan jelas. Kuatur nafasku untuk memperlambat detak jantung, agar akurasi tembakanku tetap terjaga.

    Ah, itu dia. Target sighted.


    Lima. Empat. Tiga. Dua… Satu…


    Kutarik pelatuk L96A1 ini, melontarkan peluru berkecepatan sekitar 800 meter per sekon langsung ke arahnya.

    Seketika itu juga, kulihat targetku mengaktifkan sesuatu, memunculkan sesuatu seperti kubah di sekelilingnya. Ah, itu pasti Energy Barrier, salah satu program defensif yang ditulis ke dalam sarung tangan spesialnya itu. Begitu peluru yang kutembakkan menyentuh lapisan Energy Barrier…pelindung tersebut langsung menghilang. Sudah kuduga, Graviton Bullet yang terbungkus rapi oleh cartridge dari partikel neutron itu mampu menghilangkan Energy Barrier nya.

    Langsung saja kuisi kembali senjataku---

    “Halo.”, sapa orang itu, Daleth Reshunuel, yang sudah berdiri di belakangku, membuat peluru yang sudah berada di tanganku terjatuh.

    Apa?! Bagaimana orang ini tiba-tiba bisa ada di belakangku?! Bagaimana bisa dia sudah bergerak dari depan Inari Bakery dan sampai ke atas sini?!

    “Data yang diberikan atasanmu sepertinya kurang lengkap. Tidak adakah nama Photonic Velocity dalam daftar program sarung tanganku yang diberikan padamu?”, tanyanya dengan santai.

    Dia…terlihat tidak takut mati sama sekali.

    Sedikit shock therapy yang diperbuatnya itu tidak membuatku panik. Segera kucabut pistol L117A2 yang tergantung di pinggang kananku, lalu menembakinya. Ah, sial. Dia sudah lebih dahulu mengaktifkan Energy Barrier nya. Akan buang-buang waktu jika aku mengisi L96A1 ku dengan Graviton Bullet. Jika aku terlalu banyak membuang-buang peluru…tidak, tidak bisa. Pemerintah Anglion tidak akan mengirim suplai amunisi lagi, karena mereka berharap ini adalah misi jangka pendek.

    Baiklah, untuk sementara aku akan lari. Segera kuambil granat asap yang tergantung di pinggang kiriku, mencabut cincin pengamannya, lalu melemparkannya ke arah orang itu.

    “H-Hei…! Jangan main curang begitu!!”, seru orang itu sambil menutupi wajahnya karena asap yang tebal.

    Ini kesempatanku. Tinggi bangunan…tidak sampai 20 meter. Oke, aku bisa melompat tanpa cedera. Hasil manipulasi genetik membuat kekuatan fisikku berada di atas rata-rata orang biasa. Tanpa ragu-ragu, aku melompat ke bawah dan berlari sekencang mungkin begitu kakiku menyentuh tanah.



    Tunggu. Aku lupa membawa senjata kesayanganku…!!

    “Kamu mencari ini?”, lagi-lagi orang itu bergerak lebih cepat, dan sekarang sudah berada beberapa meter di depanku. Dia membawa L96A1 ku di tangannya.

    “Apa yang akan kamu lakukan dengan itu?”

    “Ah…tidak seru nih. Kenapa kamu tidak marah atau semacamnya? Tadi langkah kakimu sempat terhenti, mungkin kamu memikirkan senjata ini. Apa kamu tidak kesal kalau senjata kesayanganmu ini dipegang orang lain?”, ujarnya sambil menggantungkan senjataku itu di bahu kirinya.

    Aku benar-benar tidak mengerti orang ini. Dia seakan hanya bermain-main saja denganku. Kenapa dia tidak takut sama sekali? Apa yang membuatnya begitu tenang?

    “Kembalikan.”

    “Huh? Apa? Aku tidak dengar. Keraskan suaramu…”

    “Kembalikan!!”, kutambah volume suaraku.

    “Sekarang aku jadi bingung…suaramu memang bertambah keras, tapi wajahmu tetap saja tidak menunjukkan ekspresi orang yang sedang marah. Sekarang katakan, siapa yang mengirimmu?”

    “Aku tidak bisa bilang. Itu sudah perintah.”

    “Huh…ya sudah. Kalau begitu, setidaknya beritahukanlah namamu. Rasanya tidak adil jika kamu sudah tahu tentang diriku, namun aku tidak mengenalmu sama sekali.”

    Untuk apa dia bertanya namaku? Aku yakin dia tidak akan dapat mengorek informasi apapun. Ah…terserah dia saja lah. Lagipula tidak berbahaya jika aku hanya menyebutkan namaku.

    “Azrael. Lengkapnya Azrael Mevimaveth.”

    Wajahnya berubah begitu mendengar namaku. Terkejut…ya, ya, wajah seperti itu adalah wajah sesoerang yang sedang kaget.

    “A-Azrael… A.Z.R.A.E.L. Project?!”, nada bicara orang itu terdengar panik.

    “Ya, betul. Ada apa memangnya?”

    “Kamu proyek rahasia Anglion itu?! Astaga. Ternyata mereka berhasil membuat manusia buatan…pantas saja kamu tidak menunjukkan emosi apapun.”

    “Benar sekali. Seandainya saja Gregor Crick tidak ada---“

    “Apa kamu bilang?! Orang brengsek itu terlibat dalam proyek tersebut?!”, ujarnya keras-keras, memotong kata-kataku.

    “Pernahkah kamu diajari sopan santun?”, kuarahkan laras pistol L117A2 yang kupegang ke arahnya. “Jangan berkata seperti itu terhadap orang yang sudah menciptakanku dengan susah payah.”

    “Huh…oke, kamu tidak perlu menceritakan apa-apa lagi. Aku sudah bisa tebak apa tujuanmu.”, orang itu terduduk lemas di tanah.

    “Kamu…menyerah? Siap untuk kubunuh?”

    “Enak saja…aku belum punya anak begini mau main bunuh saja. Photonic Velocity.”



    Sial. Program itu lagi!!



    Dalam tempo sepersekian detik, dia sudah berada di belakangku, lalu mengunci kedua tanganku ke belakang. L117A2 di tangankupun lepas dari genggaman. Dia menendangnya jauh-jauh agar aku tidak bisa meraihnya.

    “Aku akan membungkus dan mengirimmu kembali ke Anglion. Bagaimana kalau dengan FedEx?”, bisiknya di telinga kiriku.

    “Kamu terlalu meremehkanku.”

    Langsung saja kuinjak keras-keras kaki kanannya, membuat genggamannya melonggar.

    Tangankupun kembali bisa bergerak dengan bebas, lalu kusikut bagian perutnya sekuat tenagaku. Ah…apa terlalu keras? Dia berlutut sambil memegangi perutnya dengan tangan kanan. Bagus, ini memberiku waktu untuk mengambil pistol dan juga senjata kesayanganku.

    “Sekarang giliranku yang bertanya. Di mana kamu sembunyikan orang yang bernama Resha Gimmelia?”, kuarahkan pistol itu ke kepalanya.

    “T-Tidak akan k-kuberitahu…”, suaranya terdengar terbata-bata, menahan sakit.

    “Keras kepala sekali. Baiklah, akan kuhabisi kamu lalu kucari orang itu sendirian.”

    Belum sempat aku menarik pelatuk…

    Atomic Vibration. System on!!”

    Dia langsung berdiri, lalu menyentuhkan tangan kiri dan kanannya masing-masing ke pistol di tangan kananku dan sniper rifle di tangan kiriku. Keduanya…



    …hancur. Dia langsung jatuh telentang.

    “S-Sekarang…s-senjata apalagi yang a-akan kamu gunakan? Perlengkapanmu m-masih ada di atas b-bangunan tadi…”

    Ada apa dengan orang ini? Kenapa dia berusaha begitu keras untuk menutupi keberadaan Resha Gimmelia? Sebegitu berhargakah orang itu di matanya?

    Di tengah kebingunganku, secara tidak sadar aku malah terduduk di depannya. Kutatap mata orang itu…

    “Aku tidak mengerti.”, ujarku.

    “H-Hah? T-Tidak mengerti bagaimana?”, dia terlihat masih menahan sakit.

    “Duduklah dengan tenang. Kamu benar, aku sudah tidak membawa senjata apapun lagi. Jikalau kupaksakan diri untuk menghabisimu sekarang, bisa-bisa aku akan mengalami cedera dan tidak mampu menyelesaikan misi yang diberikan. Kurasa kita seri sekarang.”

    “Ya…terserah kamu saja. Tapi…sebaiknya jangan di tengah jalan begini…”, katanya sambil berusaha bangun perlahan.

    Benar juga katanya. Tanpa kusadari, ternyata aku berada di tengah jalan. Untunglah tidak ada seorangpun yang melihat kejadian tadi.



    Aku bergeser ke trotoar, lalu duduk bersandar di sebuah bangunan toko yang sudah tutup. Dia juga melakukan hal yang sama, duduk di sebelah kananku.

    “Aku ingin bertanya sesuatu.”

    “Hmm? Tanyakan saja. Selama itu tidak berkaitan dengan cara-cara untuk membunuhku…hehehe…”, dia tertawa kecil. Orang ini aneh. Sangat aneh. Dia masih bisa tertawa setelah kejadian tadi?

    “Targetku yang satu lagi. Resha Gimmelia. Seperti apa dirinya?”

    “Cerewet, tukang makan, suka memukul sembarangan, terkadang sulit diatur.”, jawabnya dengan cepat.

    “Orang seperti itu…pantaskah untuk mati?”

    “Heh, jangan menyebut kata ‘mati’ dan ‘bunuh’ sembarangan…”, dia mencubit pipi kananku. Tidak sakit, namun tarikannya tetap terasa.

    “Kenapa…?”

    “Mau kuceritakan sesuatu? Aku sendiri tidak bisa mempercayaimu seratus persen, karena bisa jadi kisahku ini akan bocor ke pihak Liberion…tapi ya sudahlah, mungkin cerita ini dapat menjawab pertanyaanmu.”

    “Sudah tahu resikonya, namun masih mau cerita juga…?”

    “Jangan baweeellll…”, dia mencubit kedua pipiku, sedikit lebih keras. “Diam dan dengarkan. Setelah selesai, barulah kamu boleh bertanya.”



    Dia menceritakan perjalanannya, dimulai saat dirinya dan perempuan bernama Resha itu kabur dari Liberion. Dari ceritanya, aku menangkap kalau beban yang ditanggung oleh Resha ini sangatlah besar. Ada beberapa kalimat yang tidak kumengerti, mungkin disebabkan karena aku tidak pernah mengalaminya sendiri. Tapi secara keseluruhan, aku dapat menyimpulkan kalau mereka berdua sangat menghargai setiap nyawa manusia yang ada di Bumi, siapapun itu. Untuk itulah, mereka berjanji tidak akan menghabisi nyawa satu orangpun lagi.

    Satu hal lagi, ternyata dia dan Gregor dulunya adalah teman baik. Sebenarnya aku juga tidak mengerti kenapa Gregor ingin memburu orang ini, namun…ya sudah lah. Mungkin belum saatnya aku mengetahui alasannya. Suatu hari nanti…pasti…

    “Itulah alasannya. Jadi…jangan pernah asal menyebut kata-kata itu lagi, oke?”

    “Baiklah, kamu bisa pegang kata-kataku. Dan dari ceritamu tadi, sepertinya kalian sudah sangat mengerti mengenai arti dari hidup manusia.”

    “Hmm…aku tidak bisa mengatakan kalau aku dan Resha sudah sempurna dalam memahami hidup. Kami masih perlu belajar banyak. Tapi setidaknya aku tahu satu hal yang pasti.”, dia menghela nafas panjang, lalu menatap sesaat ke arah langit yang berwarna jingga.

    “Setiap nyawa itu berharga. Seseorang menjadi baik atau buruk, semua tergantung pada cara orang itu dalam menanggapi kehidupan di sekitarnya. Untuk itu, aku tidak mau lagi membunuh orang lain. Menyelamatkan nyawanya lalu mengubah cara pandangnya akan hidup, itu akan jauh lebih baik…”, dia melanjutkan.

    “Apakah dengan cara itu…aku dapat menemukan makna dari kehidupan yang sesungguhnya? Selama ini aku berusaha mengerti hal itu dengan mengambil hidup orang lain…”

    “Tentu saja kamu bisa. Kamu masih manusia kan?”, ujarnya, lalu tersenyum lebar ke arahku.

    Kata-kata itu membuat sesuatu bergejolak di dadaku. Selama ini aku selalu diperlakukan berbeda. Aku hanya dipergunakan untuk membunuh, sementara orang lain dapat melakukan banyak hal. Baru kali ini...ada seseorang yang memandangku sebagai seorang manusia…



    “E-E-Ehhh?! J-Jangan menangis begitu…”, wajah orang itu terlihat khawatir.

    “Huh?”

    Aku merasa ada yang keluar dari kedua mataku. Basah. Sebelumnya benda berair ini belum pernah keluar dalam volume yang besar seperti ini. Ada apa dengan diriku?

    “Ini…apa…?”, tanyaku sambil mengusap kedua mataku dengan tangan.

    “Ah, jadi kamu belum pernah menangis? Kalau kuamati, sepertinya kamu tidak pernah diajari mengenai emosi, benar begitu?”

    “Emosi…? Aku pernah dengar, namun aku tidak tahu apa itu sebenarnya…”, ujarku dengan air mata yang masih mengalir.

    “Tenanglah, lambat laun kamu pasti akan mengerti.”, tangan kanannya mengusap-usap kepalaku. Mmm…rasanya cukup nyaman. Perlahan, air mataku mengering.

    “Ah, sudah hampir gelap begini…”, katanya sambil memandang langit yang makin gelap. “Kamu tinggal di mana?”

    “Apartemen, tidak jauh dari sebuah kuil Shinto.”

    “Oh, aku tahu kuil itu. Aku kenal orang yang tinggal di sana. Err…tapi sebaiknya kamu ikut denganku dulu. Aku tidak mau membuat Resha khawatir dengan pulang terlalu malam.”

    “Aku bisa bertemu dengan Resha Gimmelia?”

    “Tentu saja. Ng…tapi jangan kaget dengan kelakuannya…ahahaha…”, dia tertawa lagi, namun sepertinya agak dipaksakan.

    “Dan bagaimana dengan perutmu…?”

    “Masih sedikit sakit sih. Tapi tidak apa-apa, besok juga sudah hilang. Ya sudah, ayo ikut denganku.”

    Sejenak aku dapat melupakan misiku yang sebenarnya saat berjalan mengikutinya.



    Daleth Reshunuel. Seorang lelaki aneh yang tidak takut menghadapi kematian. Seorang lelaki aneh yang dapat tertawa meski telah disakiti. Seorang lelaki aneh…bukan, bukan aneh. Seorang lelaki mengagumkan yang…mampu memandangku sebagai manusia.

    Aku jadi penasaran, Resha Gimmelia itu…seperti apa ya?



    ====================================


    Ga banyak...

    Spoiler untuk Trivia :

    • Sangat disarankan untuk membaca An Angel and A Reaper chapter 8 dan chapter 9 terlebih dahulu untuk dapat membayangkan latar tempatnya lebih baik.
    • Di dunia nyata, MI6 adalah divisi intelejen Kerajaan Inggris Raya.
    • 7.62 NATO, alias 7.62x51mm NATO, adalah cartridge yang memang digunakan untuk L96A1.
    • Graviton adalah partikel hipotesis dalam fisika kuantum, fungsinya adalah perantara gaya gravitasi
      Spoiler untuk ga penting, tapi kalo penasaran boleh buka :

      Dalam fisika kuantum, dikenal 4 gaya dasar DENGAN 4 partikel perantara
      • Elektromagnetik, dengan perantara berupa foton
      • Gaya kuat (strong nuclear force), dengan perantara berupa gluon
      • Gaya lemah (weak nuclear force), dengan perantara berupa W dan Z boson
      • Gravitasi, dengan perantara berupa (hypothetically) graviton

      Ketiga partikel yang di atas sudah bisa dideteksi, tapi graviton sampe sekarang belom bisa dideteksi keberadaannya.
      Berhubung ini adalah cerita science fiction, jadi kalo ngga ada elemen gituan kayaknya ga seru dehhh
    • Neutron adalah salah satu dari 2 partikel penyusun inti atom, muatannya netral. Yang satunya lagi itu proton, muatan positif.
    • L117A2 adalah varian handgun P229A2, dimodifikasi oleh British Army.

    Last edited by LunarCrusade; 21-03-12 at 23:04.


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  8. #6
    levialexander9's Avatar
    Join Date
    Jan 2012
    Posts
    5,671
    Points
    778.48
    Thanks: 100 / 289 / 266

    Default

    Quote Originally Posted by LunarCrusade View Post
    tenang, ini ga serumit cerita sebelumnya kok

    tapi kalo ga baca ya ntar bakalan banyak yang kelewat, soalnya cerita utama tetep An Angel and A Reaper
    w kn blm baca sama sx crta u yg itu...



    ------------------------------------------------------------------------------

    cerita u pnjng bnr dh...

    w baca ya bsk aj dh...
    Last edited by levialexander9; 22-03-12 at 11:18.

  9. #7
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    ehhh...maap...gw ga tau apa" sumpah

    ya uda gw edit dolok post gw


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  10. #8
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Di phase ini ada kalimat yang menjadi kunci endingnya An Angel and A Reaper

    Yang mana ya...?



    ===================================



    Spoiler untuk Phase 2 :


    ============================
    Phase 2: Reaper? No, It’s A Malakh
    ============================



    Oh, ternyata mereka tinggal di sebuah apartemen juga.

    Sesampainya di depan pintu, lelaki itu, Daleth, menekan bel. Terdengar suara langkah kaki yang cepat dari dalam dan…pintu terbuka. Hei? Orang yang membukakan pintu ternyata tingginya tidak jauh berbeda denganku. Itukah Resha Gimmelia?

    “Bawa roti?”, tanya perempuan itu, yang seharusnya adalah Resha, dengan mata yang berbinar-binar.

    “Hari ini hampir seluruh roti ludes terjual. Yang tersisa hanyalah jatah makan untuk diriku dan tenchou saja…”, Daleth menjawab dengan lemas.

    “Hah?! Jadi sekarang aku harus makan apa?!”, Resha memaki.

    “Beli saja sana…supermarket tidak terlalu jauh kan?”

    “Huh…ya sudah, mana uang---“



    Kontak mata antara diriku dan perempuan itu tidak dapat terhindarkan lagi. Ekspresinya berubah suram, seperti seseorang yang telah melihat sesuatu yang mengagetkan. Dengan langkah yang diseret-seret, dia berjalan keluar pintu.

    “Daleth…telepon umum ada di persimpangan itu kan?”, tanya perempuan itu dengan nada lemas.

    “Iya, tidak jauh. Ada apa memangnya?”

    “Ah…mungkin ini saatnya aku menelepon kantor polisi…”, nada suaranya yang suram ditambah dengan tatapan kosongnya ke arah langit malam, memberikan kesan kalau dia benar-benar terkejut, seperti seorang yang akan menghadapi dihukum mati.

    “H-Hei..!! Resha, dengarkan aku dulu!!”

    “Apa lagi yang mau kamu jelaskan…? Waktu itu Sakuya-chan. Sekarang…aha. Ahaha. Ahahaha…”

    Hmm, cara tertawa yang aneh. Belum pernah aku mendengar yang seperti itu. Mungkinkah itu salah satu bagian dari emosi manusia?

    Dan mereka berdua…apakah selalu berinteraksi dengan cara seperti ini? Kalau kuperhatikan, tidak ada satupun ekspresi yang dapat dikategorikan sebagai ungkapan kebahagiaan yang terpancar dari wajah mereka masing-masing. Membingungkan…

    “Heeehh…dengarkan dulu…!!”, ujar Daleth sambil mencubit kedua pipi Resha, sama seperti yang dilakukannya padaku tadi. Apa dia senang mencubit pipi seseorang?

    “Aaaahhh…!! Sakitttt…!!”, wajah Resha terlihat kesakitan.

    “H-Hei, hentikan. Sepertinya dia tidak merasa nyaman dengan itu.”

    “Ahaha…tenang saja, Azrael. Yang begini sudah biasa terjadi.”, sahut Daleth.

    “Oh, jadi itu nama anak yang satu ini. Azrael. Ternyata kamu benar-benar lolic--- aaaaahhh!!”, teriakannya makin keras karena Daleth memperkuat cubitannya.

    “Diam dan dengarkan ceritaku di dalam, mengerti?”, tutur Daleth.



    Kamipun masuk lalu duduk di area lantai yang cukup lega, tepat di depan televisi. Daleth menceritakan semuanya, ya, semua, tanpa kebohongan sedikitpun pada Resha. Awalnya, Resha menunjukkan ekspresi tidak percaya. Namun setelah aku ikut memberikan keterangan, akhirnya dia bisa menerima kata-kata Daleth.

    “Oke, oke. Tapi…Daleth, ke sini sebentar.”

    Daleth mendekatkan telinganya ke mulut Resha. Ah, ternyata aku masih bisa mendengarnya. Kepekaan telingaku akan suara memang lebih tinggi dibanding orang normal. Mereka berdua mulai berkata-kata dengan volume yang sangat pelan…

    “Daleth, apa kamu gila? Dengan begini sama saja kita akan ditemukan lebih cepat…”

    “M-Maaf. Ini memang kebiasaan burukku. Tapi aku tidak kuasa melihatnya. Sorot matanya tidak pernah menunjukkan emosi apapun. Meski dia manusia buatan, tapi kurasa dia juga berhak hidup normal seperti orang lain.”

    “Iya, aku tahu kamu terkadang memang kelewat baik. Tapi coba pikirkan, bagaimana seandainya jika ada pemancar ataupun alat komunikasi lain yang ditanam di tubuhnya?”

    “Oh, tenang saja. Tidak ada apapun yang ditanam di dalam tubuhku.”, sahutku.

    Mereka berdua langsung berbalik menghadap ke arahku dengan tatapan terkejut.

    “K-Kamu…bisa dengar?”, tanya Daleth.

    “B-Bagaimana bisa…”, sahut Resha.

    “Daya pendengaranku memang di atas rata-rata. Oh, bukan hanya itu. Penglihatan, penciuman, stamina, dan kekuatan fisikku juga melebihi manusia biasa.”

    Suasana mendadak hening selama beberapa saat. Ada apa kira-kira…?

    “Kamu…benar-benar tidak menyimpan apapun di tubuhmu kan?”, tanya Resha, sepertinya masih meragukan kata-kataku.

    “Aku jujur. Apa kamu mau memeriksa tubuhku sekarang?”, langsung saja aku berusaha membuka pakaianku.

    “E-E-EEEEHHH!! Jangaaaannn!! Lelaki lolicon yang satu ini amat sangat berbahaya!! Dia itu binatang buas!! Kamu tidak akan tahu apa yang akan dia lakukan kalau kamu membuka bajumu sekarang…!!”, seru Resha.

    “Heh!! Sembarangan saja…!! Berapa kali harus kukatakan kalau aku bukan lolicon?!”, sahut Daleth, dengan volume suara yang sama kerasnya.

    Entah apa yang terjadi pada diriku, namun…mereka berdua kembali terdiam dan menatapku.



    “Baru saja…kamu tersenyum?”, tanya Daleth.

    “Bukankah tadi kamu bilang kalau kamu tidak tahu-menahu mengenai emosi…?’, tanya Resha, dengan wajah yang sama dengan Daleth. Keheranan.

    “Tersenyum? Aku hanya merasa otot-otot mulutku berkontraksi sedikit, agak naik. Mungkin itu karena kelakuan kalian yang mengoceh terus sejak tadi…”

    Aku kembali merasakan itu. Otot-otot mulutku kembali berkontraksi, sehingga bagian kiri dan kanannya sedikit naik.

    Tiba-tiba terdengar suara. Itu bunyi…

    “Ah, perutku sudah keroncongan…”, sahut Resha.

    “Huh…coba saja kalau tadi kamu tidak banyak berkomentar, mungkin kamu sudah makan sekarang. Ya sudah, beli makanan sana.”, Daleth mengeluarkan dompet dari sakunya, lalu memberikan beberapa lembar uang pada Resha.

    “Boleh aku ikut?”, tanyaku. Resha terdiam beberapa saat setelah mendengar kata-kataku.

    “Resha, biarkan dia ikut.”, sahut Daleth.

    “T-Tapi…”

    “Dia tidak punya misi untuk membunuhmu kan? Jadi…kenapa harus takut?”

    Kata-kata Daleth seperti obat penenang bagi Resha. Dia langsung menganggukkan kepala, wajahnya juga terlihat lebih tenang. Tanpa basa-basi dia langsung melangkah keluar, diikuti olehku.



    “Namamu…Azrael?”, tanya Resha, beberapa saat setelah keluar dari halaman apartemen.

    “Benar. Lengkapnya Azrael Mevimaveth.”

    “Namamu seram sekali sih…”

    “Begitukah? Mau bagaimana lagi, itu nama yang diberikan oleh orang yang sudah menciptakan tubuhku.”

    “Hahaha…benar juga ya. Yah, walaupun seram, tapi tetap terdengar keren.”, dia tetap berusaha tersenyum. Aku tahu sebenarnya dia masih takut, terlihat sekali dari sorot matanya.

    “Terima kasih untuk pujiannya. Ah ya, aku sudah dengar kisah hidup kalian. Menurutku cukup rumit…apa kalian benar-benar sudah memiliki keputusan bulat untuk terus lari?”

    “Hmm…bagaimana ya menjawabnya…tidak tepat juga kalau dikatakan kami berdua sedang dalam pelarian. Kami hanya akan lari jika ada orang-orang Liberion yang mengejar. Jika tidak…ya sudah, kami berhenti saja di satu tempat dan menolong orang-orang yang kami temui di situ. Contohnya saja di sini, sudah beberapa minggu kami menetap.”

    “Oh, aku sudah dengar itu dari Daleth. Negara ini memang sulit untuk diintervensi pihak asing, sehingga cocok untuk bersembunyi.”

    “Err…dan kamu pun datang…”, dia melangkah agak menjauh dariku.

    “Kamu masih takut?”

    “Bagaimana tidak…aku tidak tahu apa yang akan kamu perbuat terhadapku.”

    “Kamu tidak percaya kata-kata Daleth?”

    Huh? Ada apa dengan Resha? Wajahnya…sedikit berubah warna setelah aku menanyakan hal itu. Orang biasa tidak akan bisa melihat perubahan warna wajahnya dalam kondisi malam hari seperti ini. Namun diriku, yang memiliki daya penglihatan yang lebih baik dari manusia normal, dapat melihatnya.

    “P-Percaya sih…tapi…”

    “Wajahmu memerah. Ada apa? Suatu penyakit masuk ke tubuhmu kah?”

    “B-Bukan begitu. Hanya saja…ah, sudahlah. Mungkin kamu belum bisa mengerti sekarang.”

    “Kalau begitu, beritahukan padaku. Aku ingin tahu sebanyak mungkin hal yang membuatku dapat menjadi manusia normal seperti dirimu, Daleth, dan banyak orang di dunia ini.”

    “Kamu benar-benar terobsesi menjadi manusia biasa ya?”

    “Ya, mungkin benar. Sekarang lihat diriku. Selain beberapa kemampuan fisikku yang lebih baik dari orang biasa, apalagi yang berbeda antara aku dan kamu?”

    “Ng…sepertinya tidak ada.”, jawabnya, lalu dia tersenyum ke arahku. “Tapi hal itu tidak dapat dimengerti hanya dengan diceritakan, Azrael. Kamu harus mengalaminya sendiri untuk bisa memahaminya.”

    “Oh…begitu rupanya. Baiklah, tapi apa aku boleh tahu apa yang kamu rasakan mengenai…Daleth?”

    Lagi-lagi wajahnya berubah merah. Aliran darah di wajahku belum pernah mengalami kondisi abnormal seperti itu. Berbahayakah? Ah, sepertinya tidak. Sudah dua kali wajah Resha berubah seperti itu, namun tidak ada tanda-tanda perubahan fisik yang membahayakan terlihat olehku.

    Langkahnya terhenti, lalu sesaat dia menatap langit musim semi yang penuh bintang. Sekali menarik dan menghembuskan nafas…



    “Aku benar-benar mencintai Daleth.”, jawabnya, lalu tersenyum dengan wajah yang masih berwarna kemerahan ke arahku.

    “Cinta…? Apa itu? Apakah itu bagian dari emosi manusia juga?”

    “Kamu benar. Dan itu adalah satu-satunya bentuk emosi yang memiliki kekuatan terbesar di dunia ini…”

    “Wow. Sehebat itukah? Seperti apa rasanya?”, aku makin bersemangat mendengar penjelasannya. Sepertinya ini dapat menjadi referensi yang bagus.

    “Umm…aku tidak dapat menjelaskannya dengan kata-kata. Tapi aku yakin, suatu hari nanti kamu juga akan menemukannya.”

    “Hmm…begitu ya. Baiklah, sepertinya aku bisa sabar menunggu untuk dapat mengalaminya sendiri. Kalau begitu, apa Daleth sudah tahu hal itu?”

    “E-E-Eh?! D-Daleth?! K-Kuberitahu?! Apa kamu b-bercanda?!”, jawabnya gelagapan.

    “Aku makin tidak mengerti. Jika benar kamu mencintainya, kenapa tidak katakan saja? Terlebih lagi hal itu memiliki kekuatan yang hebat, menurut penjelasanmu.”

    “T-Tidak semudah itu, Azrael. Aku merasa belum siap untuk mengungkapkannya.”

    “Misterius sekali…”

    “Yah, begitulah. Misterius, itulah cinta. Jadi jangan heran jika suatu hari nanti kamu melihat ada orang yang mampu mengatasi batasan-batasan ruang, waktu, massa, dan energi, karena cinta. Duh…gaya bicaraku jadi tertular Daleth begini…”, ujarnya sambil menggaruk-garuk kepala.

    “Ah, aku mengerti. Bahkan kontinuitas spatiotemporal dan tingkatan energi kuantum dapat dilampaui oleh kekuatan cinta.”, ujarku sambil menaruh tangan kanan di dagu.

    “Hei, kenapa cara bicaramu juga tertular Daleth begitu…”

    “Ah, maaf. Selama lebih dari dua bulan aku terus diajari berbagai pengetahuan tingkat atas. Jadi, maaf kalau kamu tidak mengerti.”

    “Ahaha…iya, tidak apa-apa. Huff…lega rasanya. Sejak aku bertemu dengannya, aku belum pernah mengatakan hal ini pada siapapun. Baru kamu seorang.”

    “Oh? Jadi belum ada yang tahu akan hal ini?”

    “Sepertinya belum. Aku tidak tahu apakah orang-orang yang pernah kutemui dapat membaca gelagatku ketika berada di dekat Daleth, dan mengambil kesimpulan kalau aku menaruh perasaan padanya. Tapi yang jelas, baru kali ini aku mengungkapkannya lewat kata-kata. Err…tapi jangan katakan hal ini pada Daleth, oke?”

    “Baiklah, aku mengerti. Tenang saja, Resha. Aku sudah dilatih untuk menyimpan rahasia.”

    “Bagus.”, dia menepuk bahu kananku dengan tangan kirinya. “Seorang perempuan sudah selayaknya menyimpan banyak rahasia.”

    “Benarkah? Aku baru tahu hal itu. Apa hal itu dapat kupelajari untuk menjadi seorang manusia…seorang perempuan normal?”

    “Oh jelas. Jangan biarkan seorang lelaki tahu terlalu banyak tentang dirimu, kecuali kalian sudah menikah. Hehehe…”, dia tersenyum.



    Ini dia supermarket yang dituju. Sepertinya benar yang dikatakan Daleth, dia ini…tukang makan. Beberapa jenis makanan mulai dari onigiri, sushi, hingga beberapa bungkus ramen cup diambilnya. Aku heran, bagaimana tubuhnya tetap kecil seperti itu sementara makannya banyak? Aku sendiri harus mengatur ketat menu makananku, agar kondisi tubuhku tetap ideal untuk melakukan aktivitas-aktivitas fisik yang berbahaya. Ah, ternyata manusia punya banyak hal yang belum dapat kumengerti saat ini.

    “Lama sekali…kalian ke mana saja?”, tanya Daleth begitu kami kembali ke apartemen.

    “Err…kami hanya mengambil jalan memutar sedikit…”, jawab Resha, namun tidak menatap ke arah Daleth.

    “Huh…bukankah sudah kubilang, jangan terlalu lama berada di luar? Ya sudah, cepat masuk. Di luar udaranya mulai dingin.”

    Untuk semalam ini, aku diijinkan menginap di tempat tinggal mereka berdua. Lagi-lagi aku heran, kenapa masih ada orang-orang yang kelewat baik seperti mereka? Selama ini yang kutemui hanyalah orang-orang berwajah serius, jarang sekali aku melihat mereka tertawa. Tidak hanya itu, baik Gregor maupun orang-orang militer Anglion, semuanya bersikap dingin terhadapku, bicarapun hanya seperlunya. Oh, setidaknya Gregor masih sering berbicara denganku.

    Sementara di sini…suasananya berbeda. Aneh. Keinginanku untuk membunuh lenyap begitu saja saat berada di dekat mereka. Terlebih lagi perempuan yang bernama Resha. Menurutku dia lebih misterius dari Daleth, karena punya banyak rahasia.



    Ah, tapi setidaknya aku mendapatkan beberapa pelajaran. Aku dapat melakukan sesuatu yang disebut ‘tersenyum’, dan…sedikit pelajaran mengenai cinta dari Resha.



    ===================================

    Spoiler untuk Trivia :

    Dua doang

    Malakh --> Hebrew language. Artinya = angel.

    Tenchou --> Japanese language. Artinya = manager.
    Last edited by LunarCrusade; 22-03-12 at 04:26.


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  11. #9
    levialexander9's Avatar
    Join Date
    Jan 2012
    Posts
    5,671
    Points
    778.48
    Thanks: 100 / 289 / 266

    Default

    Quote Originally Posted by LunarCrusade View Post
    ehhh...maap...gw ga tau apa" sumpah

    ya uda gw edit dolok post gw
    iy slow aj...



    btw knp anda cpt sx ngepost Phase 2 ya...?
    w kn blm bca yg Phase 1 ya...


    --------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Trivia itu bwt ap an sih...?
    cma pnjlsan doank yh...?

    Spoiler untuk kok ad gua =.=# :
    Aku heran, bagaimana tubuhnya tetap kecil seperti itu sementara makannya banyak?
    Last edited by levialexander9; 22-03-12 at 12:27.

  12. #10
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Yep buat penjelasan doang kok

    Soalnya cerita" gw banyak berurusan dgn sains, budaya, dan sejarah

    kalo gw jelasin di dalem cerita, malah jadinya aneh, jadi kek buku pelajaran jadi mending gw taro di bagian yg terpisah...gitu



    oh jadi lu makannya banyak tapi tetep kecil?


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  13. #11
    MelonMelon's Avatar
    Join Date
    Dec 2011
    Location
    Melon's Farm
    Posts
    3,010
    Points
    27,268.78
    Thanks: 73 / 47 / 33

    Default

    Resha ngakunya didepan Azrael
    agak aneh tapi ya, baru kenal udah langsung akrab gitu
    Resha nya udah berasa terlalu akrab

    oke, spatiotemporal yang aneh itu muncul lagi
    dan gue baru inget kalo Gregor Grick itu temennya si Daleth yang dikunjungin sama dia di chapter...3
    tapi, gue malah jadi ngebayangin yang aneh2, mengingat ini cerita spin-off dan ada si Gregor lagi

    FACEBOOK | TWITTER | Melon's Blog
    I am a melon - MelonMelon

  14. #12
    levialexander9's Avatar
    Join Date
    Jan 2012
    Posts
    5,671
    Points
    778.48
    Thanks: 100 / 289 / 266

    Default

    Quote Originally Posted by LunarCrusade View Post
    Yep buat penjelasan doang kok

    Soalnya cerita" gw banyak berurusan dgn sains, budaya, dan sejarah

    kalo gw jelasin di dalem cerita, malah jadinya aneh, jadi kek buku pelajaran jadi mending gw taro di bagian yg terpisah...gitu



    oh jadi lu makannya banyak tapi tetep kecil?

    tp w msh cukup mengerti crtaya...


    iy...

    knp aku tetap kecil...?


    dn w lupa w mo ngomong ap...

  15. #13
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by MelonMelon View Post
    Resha ngakunya didepan Azrael
    agak aneh tapi ya, baru kenal udah langsung akrab gitu
    Resha nya udah berasa terlalu akrab

    oke, spatiotemporal yang aneh itu muncul lagi
    dan gue baru inget kalo Gregor Grick itu temennya si Daleth yang dikunjungin sama dia di chapter...3
    tapi, gue malah jadi ngebayangin yang aneh2, mengingat ini cerita spin-off dan ada si Gregor lagi
    iya juga sih

    tapi coba diinget...Daleth ini observasi + analisis nya imba, pasti dia udah tau banget klo Azrael bisa dibikin jadi ga berbahaya
    dan
    Resha sendiri secara perasaan emang uda sayang sama Daleth

    2 faktor itu yang bikin Resha jadi bisa ngomong santai begitu aja sama Azrael
    Mind and heart nya uda percaya 100% sama omongannya Daleth



    mikir apa loe



    Quote Originally Posted by levialexander9 View Post

    tp w msh cukup mengerti crtaya...


    iy...

    knp aku tetap kecil...?


    dn w lupa w mo ngomong ap...
    iya, kan gw uda bilang, cerita ini bakal lebih ringan dibanding An Angel and A Reaper

    kalo mau tantangan sesungguhnya coba baca itu dulu beberapa chapter Trivianya kampret"an







    Phase 3 nya besok deh, ini kosan lg mati lampu...lagi pake laptop batere abis, bubar deh


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  16. #14
    levialexander9's Avatar
    Join Date
    Jan 2012
    Posts
    5,671
    Points
    778.48
    Thanks: 100 / 289 / 266

    Default

    Quote Originally Posted by LunarCrusade View Post
    iya, kan gw uda bilang, cerita ini bakal lebih ringan dibanding An Angel and A Reaper

    kalo mau tantangan sesungguhnya coba baca itu dulu beberapa chapter Trivianya kampret"an







    Phase 3 nya besok deh, ini kosan lg mati lampu...lagi pake laptop batere abis, bubar deh
    ah nnti saja sy baca ya...
    cz pnjng"...


    jgn cepat" lh...
    santai saja...


    w inget mo ngomong ap...!
    knp hrs bawa lolic di phase 2...?

  17. #15
    MelonMelon's Avatar
    Join Date
    Dec 2011
    Location
    Melon's Farm
    Posts
    3,010
    Points
    27,268.78
    Thanks: 73 / 47 / 33

    Default

    Quote Originally Posted by LunarCrusade View Post
    iya juga sih

    tapi coba diinget...Daleth ini observasi + analisis nya imba, pasti dia udah tau banget klo Azrael bisa dibikin jadi ga berbahaya
    dan
    Resha sendiri secara perasaan emang uda sayang sama Daleth

    2 faktor itu yang bikin Resha jadi bisa ngomong santai begitu aja sama Azrael
    Mind and heart nya uda percaya 100% sama omongannya Daleth



    mikir apa loe
    Oh iya juga
    Si Daleth itu kemampuan nya juga ngga manusiawi
    Dia bikin analisa nya cepet banget, kaya ngga pake mikir

    Ngga, gue cuma kepikiran ending yang teramat sangat epic

    FACEBOOK | TWITTER | Melon's Blog
    I am a melon - MelonMelon

Page 1 of 5 12345 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •