Page 6 of 14 FirstFirst ... 2345678910 ... LastLast
Results 76 to 90 of 200
http://idgs.in/569960
  1. #76
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by Dlucario View Post
    loh jadi settingnya masa depan? gara2 masi pake kereta kuda & black smith masi eksis, aku kira ini masi jaman make pedang/tombak
    secara implisit udah keliatan kok, apalagi kalo udah baca sampe chapter belasan


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  2. Hot Ad
  3. #77
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Astronomical Feeling arc, finished!


    Spoiler untuk Tehillim 18 :


    =================================================
    Tehillim 18: Astronomical Feeling Part VII ~ Love > 2000 Years
    =================================================




    “Aku akan melakukan deteksi Archangel Core untuk menemukan mereka.”

    Begitulah yang dikatakan Plasma saat aku berada di udara, di dalam Sonic Glider. Kami terbang terus ke arah utara kali ini. Meski ini adalah Sonic Glider yang sama, tetapi…terasa sepi. Tidak ada Raqia di jok depan.

    “Hei, kenapa bengong begitu?”

    “T-Tidak ada apa-apa…”

    “Heee…baru saja sehari ditinggal, sudah kangen begitu. Aku tidak menyangka ternyata seorang Crusader-Saint bisa seperti itu juga.”

    “Bagaimana ya…aku merasa dia itu berbeda. Dari sekian banyak perempuan cantik atau menggemaskan yang pernah kutemui, hanya dia…”

    “Hahaha…sudah, katakan saja perasaanmu nanti kalau memang sudah tidak tahan.”

    “Itu sama saja cari mati, Plasma.”, sahutku ketus.

    “Ingat Maoriel dan Omoikane? Kalau kupikir-pikir, para Archangel hanyalah menahan diri untuk mencintai seseorang dengan sesuatu yang spesial, bukannya dilarang sama sekali. Mereka hanya merasa dengan memperhatikan satu orang saja, itu akan mengalihkan perhatian mereka dari kota yang mereka pimpin, dan mungkin akan berujung pada diabaikannya rakyat sendiri. Yah, mungkin tidak untuk manusia biasa, karena beresiko melahirkan seorang Nephilim. Tapi kamu kan jelas berbeda, seorang Crusader-Saint. Bukan manusia yang biasa-biasa saja.”

    “Jadi…menurutmu, kesempatanku masih terbuka lebar?”

    “Masih, Da’ath. Tentu saja masih. Kalau kuamati sebenarnya kalian berdua sangatlah cocok, bisa saling mengisi. Mungkin hanya perlu menggali hatinya lebih dalam saja kalau kamu memang masih ingin menunggu.”

    “Sekarang aku yang heran. Kenapa makhluk buatan sepertimu mengerti hal seperti ini?”

    “Hahaha…bukankah kamu sendiri yang menciptakanku? Masih lupa?”

    “Aku belum ingat sampai ke situ…”

    Tiba-tiba dua buah titik terlihat berkedip di layar kokpit. Plasmapun berkata, “Hmm...aku mendeteksi sinyal Archangel Core. Ah, itu mereka.”



    Ada suatu bayangan menutupi langit, sosok makhluk-makhluk bersayap. Segeralah aku melompat keluar dari Sonic Glider kemudian mengaktifkan mode Heavenly Saint. Benar apa kata Plasma, kulihat Raqia dan Maoriel ---dengan Sola, Luna, dan Stella terpasang pada badannya--- di depan kerumunan itu. Sayap makhluk-makhluk itu tidak berwarna kuning, putih bersih.

    “Da’ath-sama!!”, panggil Maoriel, terbang mendekatiku. “Anda baik-baik saja?”

    “Ya, aku tidak apa-apa. Sacred Armor ini ternyata bagus juga, bahkan ledakanmu itu tidak berefek apa-apa pada tubuhku.”

    “Syukurlah…saya benar-benar mohon maaf atas kecerobohan yang sudah saya lakukan, Da’ath-sama.”, dia menunduk hormat.

    “Sudah, sudah. Sebenarnya itu salahku juga, tidak memperhatikan mu---“

    Tidak, Atra bukan musuhku lagi sekarang.

    “…tidak memperhatikan Nephilim yang malang itu menarikku dengan rantai.”

    “Dan di mana mereka sekarang? Apa anda bertemu dengan salah satunya?”

    Duh, ini sulit kujawab. Jika kujawab ya, bisa-bisa Maoriel marah besar karena aku melepaskan orang yang telah melukai Omoikane. Tapi jika kujawab tidak, di mana integritasku sebagai seorang Crusader-Saint?

    “Y-Ya, aku sempat bertemu, malah dengan kedua-duanya.”

    Refleks kukatakan demikian, meski ucapan yang keluar terdengar agak kaku. Tidak tahan rasanya jika harus berbohong mengenai masalah ini.

    “Anda mengeksekusi mereka?”, ekspresinya seakan berharap diriku menjawab “ya”.

    “Sayangnya…tidak. Pendekatan persuasif sudah cukup untuk membuat mereka menyerah dan pergi.”

    Kupikir Maoriel akan kecewa atau bagaimana, tetapi…

    Sambil tersenyum bangga dia berkata, “Seperti yang sudah saya duga. Da’ath-sama, anda memang menakjubkan. Bahkan tidak dibutuhkan ayunan pedang untuk membuat mereka mengaku kalah.”

    “Ahaha…yah, begitulah. Satu hal yang kuketahui dari kejadian itu, mereka masih punya sifat manusia. Tidak sulit bicara dengan keduanya---“

    “KE MANA SAJA KAMU HAH?!”, mendadak Raqia memakiku. Matanya nampak berkaca-kaca.

    “Err…itu…anu…”

    “Raqia, sudahlah. Ini bukan salah Da’ath-sama sepenuhnya.”

    Aniki!! Jangan ikut-ikutan membelanya!!”

    “Raqia, aku minta maaf…”

    “Terserahlah!! Yang jelas kamu sudah melanggar janjimu sendiri, Da’ath!!”

    Eh? Janji yang mana…? Ah sudahlah, bukan waktunya untuk memikirkan hal itu.



    Kutanya pada Maoriel, ternyata para Angel-class ini adalah batalion yang bersiaga di Ezo, jumlahnya sekitar seratus ribu. Ternyata kemarin dia dan Raqia terbang ke pulau di utara itu untuk mengatur serangan, seandainya Atra dan Tenebria masih berada di kepulauan ini. Namun karena keduanya sudah pergi, Maoriel ingin memerintahkan mereka untuk kembali. Jelas kucegah hal itu, karena di sini masih banyak Elilim-class yang mungkin tidak mengetahui menyerahnya Omoikane dan perginya kedua Nephilim itu.

    “Kristal apa itu, Da’ath-sama?”, tanya Maoriel ketika melihat kristal kuning di tangan kiriku.

    “Tenebria yang memberikannya. Nephilim yang menggunakan pedang itu lho…”

    “Dia?! Untuk apa?!”

    “Tempat Omoikane bersembunyi tidak bisa kita lihat, jadi butuh kristal ini untuk menyingkapkannya. Cara menggunakannya sendiri aku masih tidak tahu, tapi aku percaya kata-katanya. Yah, siapa tahu jika kita sudah dekat, kristal ini akan menyala atau---“

    Panjang umur. Kristal itu benar-benar bersinar ketika kami melalui sebuah lembah dengan aliran sungai di tengahnya.

    “Di sekitar sini…mungkin. Kalau begitu kita turun.”

    Setelah kukatakan itu, Maoriel memerintahkan batalion Angel-class yang bersamanya untuk tetap berada di udara sambil mengawasi sekitar. Raqia? Dia ikut turun, namun tetap tidak mengucapkan sepatah katapun. Masih marahkah…?

    Makin dekat ke permukaan, kristal itu bersinar makin terang, dan akhirnya perlahan berubah menjadi butir-butir cahaya kuning yang melaju agak ke sebelah kananku. Lama-kelamaan pepohonan dalam areal tertentu berubah menjadi sebuah bangunan kayu yang cukup besar, disertai tembok batu mengelilinginya. Namun jelas ini jauh lebih kecil dibanding istana Maoriel di Chalal. Satu lagi, aku menemui tanaman itu lagi, Sansevieria, ditanam di beberapa titik.

    Beberapa puluh Elilim-class nampak bersiaga di depan pintu utamanya.

    Begitu mendarat, kukatakan, “Turunkan senjata kalian. Tidak ada gunanya lagi melawan karena Omoikane sudah setuju untuk pulang. Aku tidak ingin melukai siapapun kali ini.”

    Meski awalnya terlihat tidak percaya, akhirnya semua menyingkir dan memberi jalan pada kami bertiga. Maorielpun memanggil salah satunya, meminta menunjukkan arah ke ruangan tempat Omoikane berada.



    Setelah menyusuri koridor-koridor bertembok dan berlantai kayu selama beberapa waktu, sampailah kami di sebuah ruangan, pintunya tergolong besar. Elilim-class itu mengetuk pintu dan memanggil, dan terdengarlah suara balasan Omoikane dari dalam. Dia membuka pintunya sedikit, lalu beranjak pergi.

    Celestial Cores, detach.”

    Whoa…membuat kaget saja. Setelah Maoriel berkata seperti itu, ketiga senjata pada tubuhnya berubah menjadi sosok manusia. Siapa lagi kalau bukan Sola, Luna, dan Stella.

    “Mmmmh…melelahkan sekali.”, Sola meluruskan kuat-kuat kedua tangannya ke depan.

    “Sudah lama tidak seperti ini sih…”, Stella tertawa kecil.

    “Eh, ada onii-chan juga rupanya.”, sahut Luna, disusul dua lainnya ikut menoleh ke arahku.

    “Hah? Kalian tidak tahu kalau sejak tadi aku bersama Maoriel?”

    “Kalau sudah berubah dan terpasang sebagai senjata, kami memang tidak akan mengetahui apapun tentang lingkungan sekitar.”, jawab Sola.

    “Hee…begitu ya.”

    Pembicaraan kami terhenti begitu Maoriel melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan yang besarnya sekitar luas kamar Stella. Kamipun mengikutinya perlahan, membiarkannya berjalan di depan.

    Di seberang pintu, pada sebuah ranjang. Di situlah Omoikane sedang duduk dan memandang ke luar jendela yang nyaris sepanjang ranjangnya. Hmm…apa mungkin dia masih butuh istirahat karena cederanya? Keempat Recovery Orbiter juga nampak masih mengelilinginya di atas.

    “Omoi…kane…”, panggil Maoriel, terdengar ragu.

    “Maoriel? Dan…kalian…?”

    Ketiga gadis itu hanya tersenyum.

    “Kukira siapa yang akan datang. Tidak tahunya kalian semua.”, ujar Omoikane ketus.

    “Apa…kamu tidak ingin kami kemari?”, tanya Maoriel, berlutut di samping ranjang.

    “Aku hanya berharap kamu saja yang masuk, eh ternyata…”

    Ketiganya berubah murung.

    Kupikir Omoikane marah atau bagaimana, ternyata dia malah tertawa. “Oh ayolah, aku hanya bercanda. Kemarilah.”

    Seperti anak kecil yang sudah rindu bertemu ibunya, ketiganya langsung melompat ke ranjang dan memeluk Omoikane sambil menangis. Pemandangan ini…mengharukan bagiku. Melihat keempatnya berpelukan dengan cahaya matahari pagi menyinari mereka dari jendela, rasanya…seperti ada sesuatu yang hangat masuk ke dalam dadaku. Ternyata ketiga gadis itu masih seperti anak-anak saja. Aku hanya bisa tersenyum sendiri melihat mereka.



    “Bagaimana kondisimu?”, tanya Maoriel.

    “Sudah baikan. Kamu tidak perlu khawatir, bukankah ada mereka?”, dia menunjuk bola-bola kuning yang melayang di atas.

    “Begitu…ya. Kata-katamu kemarin, apa benar---“

    Omoikane menaruh telunjuk kanannya pada bibir Maoriel. Ketiga gadis yang duduk di tepi ranjang itupun tersenyum lebar, nampak girang, bahkan Luna sampai menggigit jari dan berteriak “Kyaaa!~” selama dua detik.

    Keduanya saling berpandangan, dari mata ke mata.

    “Bukankah kamu sendiri yang mengatakan, sebuah janji harus ditepati? Tidak usah khawatir. Aku akan pulang.”

    Maorielpun menggenggam tangan Omoikane. “Maaf. Aku terlalu bodoh untuk menyadari semuanya.”

    “Huh…kamu ini. Sudah berapa kali kamu mengatakan maaf? Tapi…baiklah. Selama kamu sadar, aku sudah bahagia dengan itu. Jadi…akan kukatakan sekali lagi.”

    Wajah keduanya makin dekat. Ketiga gadis itupun semakin berbinar-binar, mungkin siap meledak kapan saja karena situasi ini, yang membuat jantung siapapun yang melihatnya pastilah berdebar-debar.

    “…tadaima, Maoriel.”
    “…okaerinasai, Omoikane.”

    Dan…



    Bibir keduanya bersentuhan. Makin dalam…




    Terlalu indah. Aku yang hanya melihatpun ikut berdebar-debar. Apalagi ketiga gadis itu. Dengan kompaknya mereka menahan nafas sambil menutup mulut dengan kedua tangan. Wajah mereka begitu merah, nampak bahagia. Jika saja bisa kutambah asap putih di atas kepala ketiganya…lengkap sudah. Seakan mereka meledak karena suasana ruangan ini yang penuh cinta.

    Baru saja keduanya terpisah…

    Aniki.”, ucapan Raqia terdengar begitu dingin, seakan ingin membunuh orang.

    Argh…kenapa harus dipotong seperti ini, Raqiaaaa??!!

    “Ingat sumpah para Archangel?”, tanyanya dengan nada suara yang sama.

    Tidak menjawab, Maoriel sedikit memalingkan wajahnya dari pandangan Raqia.

    “DI MANA INTEGRITASMU, HAH?! Dan kamu juga, Omoikane!! Aku yakin kamu sudah mengetahui apa yang kumaksud!! Kenapa kalian masih juga…”

    Aku sudah bisa tebak apa yang Raqia maksud, yaitu larangan seorang Archangel untuk menjalin hubungan cinta spesial dengan seseorang.

    “Tidak ada pilihan lain. Chalal butuh pemimpin baru. Akan kueksekusi kalian sekarang juga.”

    Raqia mengambil ancang-ancang, ingin mengayunkan pedangnya. Semua yang ada di ruanganpun terkejut dan langsung mengambil posisi siaga, bahkan Omoikane perlahan berdiri.



    “Plasma!! Warp Drive!!”

    Tepat waktu. Berpindah ke depan Raqia, kutahan ayunan pedang besarnya dengan Energy Blade.

    “Raqia, hentikan!!”

    “MINGGIR, DA’ATH!! Seseorang yang tidak mampu menjaga sumpahnya tidak pantas menjadi seorang Archangel!!”

    “Sumpah…katamu? Apa kamu tahu kalau cinta mereka sudah bertahan lebih dari dua ribu tahun?! Mereka sudah saling mencintai bahkan sebelum kamu menjadi Archangel!!”

    “Perjanjian tetaplah perjanjian!!”

    “RAQIA!!!! KUPERINTAHKAN DIRIMU UNTUK BERHENTI!!!!”

    Teriakanku kali ini membuatnya tersentak. Pedangnyapun diturunkan. Tanpa kata-kata, dia langsung beranjak pergi keluar ruangan. Ada apa sih dengannya?!



    Onii-chan.”, panggil Luna. “Tidak baik berteriak pada seorang wanita.”

    “Tapi jika tidak kulakukan, mungkin kalian sudah mati sekarang!!”

    “Tetap tidak boleh. Itu tidak sopan namanya.”, kali ini Stella menimpali.

    Sola menambahkan, “Bukankah kita ada berenam, sementara Yang Mulia Raqia hanya sendiri? Saya yakin kita semua bisa menghentikannya. Saya juga setuju, berteriak-teriak seperti itu tidak sopan.”

    Dengan kompaknya mereka bertiga melipat tangan di depan dada, lalu mengangguk-angguk beberapa kali. Kenapa jadi aku yang disalahkan begini…?!

    “Da’ath-sama.”, panggil Maoriel. “Saya mengerti apa yang Raqia maksud, dan…kata-kata itu ada benarnya. Tapi…saya sudah terlanjur…”, dia menengok ke arah Omoikane. Keduanya bertatapan sejenak.

    “Bukankah anda adalah Crusader-Saint? Saya yakin anda punya otoritas untuk mengubahnya.”, ujar wanita di sebelah Maoriel itu.

    Hei…benar juga katanya. Entah apa yang terjadi di masa lalu sehingga ada sumpah semacam itu, namun kurasa sudah tidak relevan untuk sekarang. Apalagi jika kuingat kata-kata Plasma tadi…

    “Baiklah. Akan kusimpan perkara ini setelah kita kembali ke Chalal.”

    “Ckckck…”, ketiga gadis itu lagi.

    “Tidak bisa begitu. Onii-chan tidak boleh pulang dulu. ”

    “Betul, tuan Da’ath. Anda masih punya urusan yang harus diselesaikan.”

    “Iya, benar. Kamu harus mencari Raqia. Dia sepertinya marah besar.”

    Luna, Sola, dan Stella berurutan mengatakan hal itu.

    Kuhela nafas panjang sambil menepuk dahi. “Oke, oke. Kalian semua kembalilah lebih dahulu. Akan kucari Raqia dan bicara padanya.”



    Butuh waktu lama untuk menemukannya, meski Plasma sudah berubah menjadi Sonic Glider. Ketika matahari sudah turun cukup jauh di kaki langit, barulah Plasma mendeteksi keberadaan Archangel Core milik Raqia. Dia hanya duduk termenung di pantai, memandang laut. Mode Angel Knight nya sudah tidak aktif. Akupun mendarat cukup jauh darinya, lalu melangkah mendekat.

    “Raqia.”

    Dia hanya menengok sesaat ke arahku dengan wajah kesal lalu kembali berpaling. Aku tidak ingin terjadi ledakan dan hempasan pasir di tempat ini, jadi kuputuskan untuk bicara baik-baik.

    “Kurasa kalian butuh waktu untuk berdua. Aku akan menyingkir sebentar, oke?”, sahut Plasma, kemudian manusia kaleng itu berjalan ke arah pepohonan di belakang.

    “Tahu kesalahan apa yang sudah kamu perbuat?”, kuambil duduk di sebelah kirinya.

    “Hmmph.”, dia malah membuang muka.

    Kupertegas nada bicaraku. “Raqia, aku tidak ingin cari masalah denganmu. Tapi kamu sudah keteraluan kali ini. Sekarang, kita kembali ke Chalal. Minta maaflah pada mereka.”

    Dia hanya diam, masih cemberut. Lagi-lagi dia tidak menatapku. Lama-lama kesal juga melihatnya…

    Kuraih kedua bahunya, menghadapkan dirinya ke arahku. “Hei, kamu dengar tidak?!”

    “Lepaskan tanganmu!! Apa masalahmu, hah?!”

    Kueratkan genggamanku. “Seharusnya aku yang bertanya demikian!! Di mana akal sehatmu?! Aku heran, kenapa sih kamu tidak pernah bisa bertindak dengan kepala dingin?! Apa kesalahan yang sudah mereka perbuat?!”

    “Dan kamu sendiri bagaimana?! Dua ribu tahun menghilang dan sekarang malah mengintervensi seenaknya!! Apa kamu tahu jika perhatian seorang Archangel teralih pada hal lain, akan lebih sulit untuk mengatur sebuah kota?! Pikirkan orang-orang itu juga, Da’ath!!”

    “Itu masa lalu, Raqia. Sudah berlalu!! Sumpah itu dibuat dua ribu tahun yang lalu, benar? Jika pada masa itu manusia masih terserak dan lebih sulit untuk diatur, wajar saja ada hukum seperti itu!! Tapi sekarang? Lihat baik-baik!! Apa salahnya jika keduanya bersama memimpin tujuh puluh juta jiwa? Dua orang lebih baik dari sendiri!!”

    “Lalu kamu mau apa, hah? Membatalkan begitu saja?! Kumpulkan dulu tujuh Archangel yang ada, baru kamu bisa melakukan itu!! Semua ada aturannya!!”

    “Dan membiarkanmu menghabisi mereka berdua lebih dahulu? Kamu benar-benar sudah gila!! Kamu sudah tahu kalau aku harus mengumpulkan ketujuhnya. Lantas kenapa kamu mengangkat pedangmu untuk membunuh mereka?!”

    Entah, mulutku kali ini bergerak sendiri. Ucapanku berubah dingin. “Ah…aku tahu. Hatimu merasa panas melihat mereka. Kamu iri.”

    Sepertinya Raqia ingin mengatakan sesuatu, namun mulutnya hanya bergerak-gerak kaku.

    “Perasaanmu merasa terusik, karena tidak pernah punya pendamping selama dua ribu tahun ini!! Lalu bagaimana dengan kata-katamu sewaktu di Ferrenium, hah?! Apa semua itu hanya omong kosong---”



    *PLAK!!!~



    Tangannya mendarat di pipiku. Belum juga berganti hari, dan aku sudah ditampar 2 gadis di pipi yang sama? Mungkin hari ini bukan hari keberuntunganku…

    Kulepaskan genggamanku. “Raqia…”

    Matanya nampak berkaca-kaca. “Diam!! Kamu tidak tahu apa-apa mengenai diriku, sudah berani bicara begitu?!”

    Kami berdua mendadak masuk ke dalam keheningan, hanya ada suara ombak yang dapat kudengar. Aku tidak balas memarahinya kali ini. Dia benar, aku tidak mengerti banyak hal tentang dirinya. Hanya satu hal yang kutahu saat ini.

    “Kamu…kesepian. Benar?”, aku berusaha tersenyum meski pipiku masih terasa sakit akibat tamparannya.

    Tatapan biru langit itu beralih ke arah lain. Kulihat tangannya yang kecil itu dikepalkan erat-erat, tubuhnya sedikit gemetar.

    “Lalu…apa yang akan kamu lakukan jika sudah tahu hal itu…”

    Kurasa ini saat yang tepat, mungkin.

    “Kamu tidak sendiri lagi, Raqia. Aku akan selalu ada di sisimu.”

    “Tapi kemarin…”, matanya nampak memelas.

    Ah, jadi itu yang dimaksudnya sebelum tiba di kediaman Omoikane.

    “Maafkan aku atas hal itu. Namun jika aku kembali terlalu cepat, sekarang pastilah mereka masih mengacau.”

    “B-Begitu…ya...”

    Aku mengangguk. “Dan aku harus jujur, aku sempat berdua saja dengan salah satunya semalaman. Meski begitu…tetap saja kamu tidak bisa hilang dari pikiranku.”

    Tetes demi tetes air matanya mulai mengalir, berkilau seperti jingganya langit. Kupeluk tubuhnya sambil membelai helaian-helaian perak yang lembut itu.

    “Kumohon…lain kali jangan menghilang begitu saja… a-aku khawatir kamu tidak akan pernah kembali…”, kurasakan genggamannya pada bajuku.

    “Mmm. Aku tidak akan meninggalkan dirimu.”

    Mata kamipun bertemu. Tangannya yang kecil itu berusaha menghapus sisa-sisa air mata yang ada.

    Entah, ada sesuatu yang meluap-luap di dalam dadaku. Perlahan kudekatkan wajahku ke arahnya…



    “Da’ath.”, ditaruhnya ujung jari jemari tangan kanannya di bibirku. Beberapa kali pula dia menggelengkan kepala.

    “Kenapa…”

    “Ini…belum saatnya. Aku belum mengerti betul apa yang kamu rasakan saat ini. Seperti yang pernah kukatakan, aku sekedar tahu, belum pernah merasakan. Jadi…maaf, Da’ath. Untuk saat ini, sepertinya tidak…”

    “Huh…”, kurebahkan diriku di pasir. “Dua kali, Raqia. Dua kali sudah kamu menolakku.”

    “Baru juga dua kali sudah cerewet begitu.”, jawabnya ketus.

    “Kamu pikir aku tidak sakit hati, hah?”

    Dia hanya tertawa, dan…aku malah ikut tertawa. Mungkinkah hatiku lega karena dia sudah mengetahuinya? Yah, meski masih ditolak sih…

    “Mmm…maaf, Da’ath. Aku memang tidak punya perasaan khusus terhadapmu untuk sekarang.”

    “Jadi, kalau nanti…apa kamu akan berubah pikiran?”

    “Yah, kita lihat saja.”, dia tersenyum.

    “Oke. Kalau begitu, kita taruhan.”, aku kembali duduk.

    “Eh? Taruhan apa?”

    “Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku sebelum berhasil menghabisi dalang di balik kegilaan para Nephilim itu.”

    “Kalau aku menang, kamu pergi dari Shamayim. Tinggal saja di kota lain.”

    “Cih…kamu ini benci padaku atau bagaimana sih? Tapi baiklah. Bagaimana jika aku yang menang?”

    “Ha!! Itu tidak akan mungkin terjadi.”, ujarnya bangga.

    “Yakin?”, tanyaku sinis.

    “Tentu saja!!”

    “Jadi, tidak apa-apa kan kalau aku memintamu menikah denganku, seandainya aku yang menang?”

    “HAAAAH???!!!”

    Teriakan itu disertai pipinya yang berubah merah seperti tomat…atau udang rebus?

    “Kamu takut?”

    “T-Tentu saja tidak!! H-Hanya saja…apa kamu sudah gila?! Kamu ini manusia!! Bagaimana jika aku melahirkan seorang Nephilim?!”

    Dengan santainya kujawab, “Hoo…jadi kamu sudah berpikiran sampai situ. Tidak kusangka. Ternyata kamu memang sudah ingin melakukan itu.”

    “K-Kurang ajar!! Dasar Crusader-Saint mesum!!”, dia melemparkan segenggam pasir padaku.

    “O-Oi, tidak perlu sampai begitu!! Aku hanya bercanda...”, kuusap wajahku, membersihkan pasirnya. “Tapi tenang saja, Plasma bilang kalau aku ini bukan manusia biasa. Mungkin anak kita nanti bukanlah seorang Nephilim.”

    “MASIH JUGA DIBAHAAAASSSS!!”, dia meninju pipiku, wajahnya malah makin merah.

    Dalam sehari sudah dua kali ditampar, satu kali ditinju. Untung saja pipiku tidak bonyok…


    *


    Chrono Scroll?”, tanyaku pada Plasma, ketika kami berjalan keluar istana. Yap, kami ingin ke kota berikutnya, pagi hari.

    “Uh-huh. Itu adalah produk Divine Technology yang dapat membantu kita mengungkap semuanya. Fungsinya adalah merekam semua kejadian yang terjadi di muka Bumi, memanfaatkan anomali ruang-waktu yang terjadi setiap siapapun dan apapun melakukan sesuatu hal.”

    Wow. Merekam semua hal di muka Bumi? Itu ciptaanku atau orang lain ya? Luar biasa sekali…

    “Bentuknya seperti tablet yang kamu temukan di piramid itu, namun bisa digulung. Warna pangkal gulungannya kemerahan dengan tepian emas, dan kalau dibuka akan muncul layar transparan berwarna biru kehijauan---“

    “Tunggu. Apa katamu tadi? Gulungan merah dengan tepian emas? Punya layar transparan biru kehijauan?”, potong Raqia.

    Plasma bertanya, terdengar bersemangat. “Kamu tahu di mana benda itu?”

    “Aku tidak memegangnya saat ini. Tapi…dia…”

    “Dia siapa? Raqia, bisa katakan lebih jelas?”

    “Clio. Ya, dia. Dia memiliki benda yang deskripsinya sama persis dengan yang kamu sebutkan tadi.”

    Oh…orang itu.

    “Clio? Maksudmu pimpinan para Indagator itu?”

    “Betul, Da’ath. Dia dulunya adalah salah satu panglima terbaikku, sebelum akhirnya dia memintaku untuk melepas safir di tangan kanannya. Ya sudah, karena aku menghormati keputusannya…kubiarkan dia pergi. Aku tahu dia memiliki Chrono Scroll tersebut, karena beberapa tahun yang lalu dia sempat kembali ke Shamayim dan menunjukkan benda itu padaku. Sayangnya…”

    “Sayangnya?”, tanya Plasma.

    “Aku tidak tahu di mana mereka sekarang. Kesembilan orang itu memang sering berpindah tempat.”

    “Hmm…baiklah. Kuharap di perjalanan nanti kita bisa bertemu mereka.”



    Kamipun tiba di luar. Maoriel, Omoikane ---kembali bersayap putih dengan kristal citrine kuning terpasang di punggung tangan kanan---, dan ketiga gadis itu sudah bersiap di halaman istana untuk mengantar kepergian kami.

    “Raqia.”

    “Iya, iya…aku juga tahu.”, ujarnya ketus. “Aniki, Omoikane, sekali lagi aku mohon maaf. Aku memang bersalah. Tidak selayaknya aku menghentikan cinta kalian yang sudah bertahan begitu lama…”

    “Sudahlah, Raqia. Kemarin kamu sudah minta maaf, dan kami sudah memaafkanmu. Apalagi sekarang…”, Maoriel menatap ke arahku, lalu tersenyum sendiri. “…ada Da’ath-sama yang selalu siap memarahimu…hahaha…”

    “Iya, benar. Saya sendiri ingin tertawa melihat Da’ath-sama kemarin memarahi anda di depan kami semua. Saya seperti melihat ayah sedang memarahi anaknya saja…”, Omoikane tertawa kecil.

    Kutekan telapak tangan kananku di atas kepalanya, mengusap-usapnya agak kasar. “Anak yang satu ini memang harus sering-sering dimarahi. Kadang sulit diatur.”

    “Da’ath!! Jangan keras-keras!!”, kulepaskan tanganku. “Yang begini katanya mau membuatku jatuh cinta padanya…cih…tidak akan---“

    Pipiku langsung terasa panas. Archangel mini itu ternyata juga berubah malu.

    Reaksi ketiga gadis itu...mata mereka berbinar-binar, lalu menatap kami seakan kami adalah sepiring daging panggang yang luar biasa lezat.

    Onii-chan. Luarrrrr biasa.”, Luna mengacungkan jempolnya padaku.

    “Jadi, apa tadi malam kalian sudah melakukan sesuatu?”, tanya Sola.

    “Hmm…aku memang dengar sesuatu dari kamar mereka sih…”, sahut Stella.

    “Oi, oi. Itu aku sedang mengajarinya.”, jawabku ketus.

    “Yah…tidak seru ah…”, keluh mereka.

    “Sudah, sudah. Jangan terus menggoda mereka begitu.”, sahut Omoikane. “Jadi, ke mana tujuan kalian berikutnya?”

    “Tzayad, tempat Kana berada. Lebih dari seribu kilometer di sebelah barat dayanya adalah domain Elilim-class yang cukup besar. Ditambah lagi, menurut informasi dari Da’ath, ada seorang Nephilim beroperasi di sana…”, jawab Raqia.

    “Oh? Ke tempat Kana-chan?”, sahut Luna.

    “Luna, sudah kukatakan, setidaknya panggillah dia dengan Kana-sama.”, sahut Maoriel.

    Hee…lucu juga nama panggilannya. Mungkin akan kucoba memanggilnya demikian jika sudah bertemu dengan sang Sacred Hunter itu.

    “Baiklah. Kalau begitu…Raqia, Plasma, Da’ath-sama, sampai bertemu lagi. Terima kasih banyak untuk apa yang sudah kalian perbuat.”, Maoriel menunduk, diikuti Omoikane dan ketiga gadis itu.



    Akhirnya, perang cinta ini berakhir. Kalau dipikir-pikir, sebenarnya masalahnya sederhana, keduanya hanya perlu saling mengalah satu sama lain. Satu hal yang bisa kupetik, menyimpan keegoisan berlebihan adalah sangat berbahaya, bahkan bisa mencegahmu untuk saling bertemu selama 500 tahun. Ya sudahlah, yang penting semuanya sudah kembali aman, dan sisa-sisa Elilim-class yang masih ada akan ditangani secepatnya, kembali menjadi pasukan Chalal.

    Terbang ke arah timur, ke tujuan berikutnya. Tzayad, sebuah kota yang katanya adalah tempat favorit para pemburu, dikawal oleh para Angel-class yang memiliki kemampuan memanah tingkat tinggi. Diperintah oleh Archangel kelima, Kanaphiel Chetzyammim ---alias Kana-chan---, Sacred Hunter.

    Yang selalu punya motto… one shot, one kill.



    =======================================


    Spoiler untuk Trivia :

    • Clio di sini based on Clio yang merupakan salah satu anggota Muse.
    • Tzayad (Hebrew) = pemburu/hunter

    Last edited by LunarCrusade; 09-11-12 at 17:11.


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  4. #78
    MelonMelon's Avatar
    Join Date
    Dec 2011
    Location
    Melon's Farm
    Posts
    3,010
    Points
    27,268.78
    Thanks: 73 / 47 / 33

    Default

    Yeey, akirnya tuh bedua kimpoi juga
    *digasruk

    gue kasian sama si Da'ath, kena frenzone dua kali
    depan2nya udah asik gitu, eh kaga jadi, anjri ngakak gue

    terus abis ini rusuh ala Barat, nih? jeder2 nya ditunggu, bang

    FACEBOOK | TWITTER | Melon's Blog
    I am a melon - MelonMelon

  5. #79
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    ditolak tu sakit tau gak, SAKIT !! #curhat
    tapi memang harus ditolak, masa baru juga 2 kota (masih ada 3 lagi) udah jadian
    kecepetan ceritanya ntar

    emang mottonya sniper seh itu one shot one kill
    nyusun ilmunya dulu ah


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  6. #80
    -Pierrot-'s Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    CAGE
    Posts
    2,600
    Points
    15,814.97
    Thanks: 44 / 119 / 91

    Default

    Masa depan para pemeran utamanya uda keliatan ya.. semoga endingnya gak sesuai dengan yang gua bayangin

    Kebetulan lagi baca GGO men, jadi chapter depan nuansanya juga sama ni

  7. #81
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by -Pierrot- View Post
    Masa depan para pemeran utamanya uda keliatan ya.. semoga endingnya gak sesuai dengan yang gua bayangin

    Kebetulan lagi baca GGO men, jadi chapter depan nuansanya juga sama ni
    tenang coy, gw punya twist yang akan sangat mengejutkan dunia persilatan nanti makin mendekati ending

    tapi kayaknya taun depan deh baru ketulis


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  8. #82
    Dlucario's Avatar
    Join Date
    Nov 2012
    Posts
    431
    Points
    19,914.57
    Thanks: 7 / 25 / 23

    Default

    Loh, itu plasma dari masa depan kan.. kalo da'ath & rakia ndak ngerti omongan plasma tentang istilah2 tik kayak password, backup dsb, berarti tempat mereka sekarang ini masi jadul banget donk

  9. #83
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by Dlucario View Post
    Loh, itu plasma dari masa depan kan.. kalo da'ath & rakia ndak ngerti omongan plasma tentang istilah2 tik kayak password, backup dsb, berarti tempat mereka sekarang ini masi jadul banget donk
    yep, settingnya memang sengaja dibikin "terlihat jadul"

    udah baca dulu aja sampe dapet pencerahan, kapan setting waktu yg sebenernya

    lanjutkan, gua seneng ene pembaca detail begini


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  10. #84
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Spoiler untuk Tehillim 19 :


    =========================================
    Tehillim 19: Golden Arrow Part I || Angelic Genetics
    =========================================




    *SYUUUUT~

    Sebuah anak panah melesat tepat ke arah kami, yang dapat ditangkap oleh Raqia hampir tanpa usaha. Nyaris saja ingin kuaktifkan mode Heavenly Saint…

    “Kana, keluarlah. Jangan main-main!!”

    Seorang wanita keluar dari balik pohon besar beberapa puluh langkah di sebelah kananku, berjalan ke arah kami sambil menenteng sebuah busur keemasan. Tingginya kurasa sedikit lebih pendek dari Deshiel. Sesosok perempuan yang penampilannya nampak begitu menyatu dengan pemandangan padang rumput yang luas ini…

    “Konsentrasimu masih tajam juga rupanya.” Suaranya terdengar santai dan tenang.

    Penyambutan yang…sangat tidak biasa. Sebelumnya kami mendarat sekitar satu kilometer dari pinggir Tzayad.

    “Heh, matamu. Mata.”, Raqia setengah memarahiku saat melihatku yang memandangi wanita tersebut dengan penuh kekaguman.

    “Hahaha…sudahlah, mungkin dia hanya heran melihat wanita cantik sepertiku.”, jawabnya bangga.

    Sudah bisa kutebak, dialah Kanaphiel Chetzyammim. Yang dikenakannya sepotong pakaian hijau tanpa lengan yang tidak begitu ketat, panjangnya hingga satu jengkal di atas lutut, dengan sebuah ikat pinggang kulit melingkari pinggangnya. Kantong anak panah tergantung di punggungnya, terhubung dengan penutup dada coklat muda, kemungkinan terbuat dari kulit juga. Sisanya? Sepatu boot setinggi lutut dan sarung tangan coklat. Satu lagi, tidak kulihat adanya sayap.

    “Selamat datang, Crusader-Saint.”, dia tersenyum dan memandangku dengan mata jingganya. Angin padang rumput seakan ikut menyambut kedatanganku. Berhembus lembut, menyibak rambut keemasannya yang kira-kira sedagu.

    Rumor memang sangat cepat menyebar, eh? Dia sudah tahu kalau aku adalah Crusader-Saint, legenda yang hidup kembali, bahkan tidak keheranan melihat kaleng berjalan seperti Plasma. Archangel bermata jingga itupun ikut berjalan bersama kami, masuk ke…kota?



    Jika Shamayim terasa megah, Pardes terasa hangat, dan Chalal terasa manusiawi, maka Tzayad terasa…primitif. Bagaimana tidak? Yang kulihat di sepanjang jalan hanya tenda, tenda, dan tenda!! Bukan tenda biasa, namun tenda berbentuk silinder dengan rangka kayu, beratap sedikit mengerucut. Hanya ada satu pintu persegi panjang sebagai jalur keluar masuk. Yurt, itulah namanya. Banyak di antara yurt tersebut yang mengelompok dalam empat hingga delapan tenda, yang ternyata tiap-tiap kelompok yurt dihuni satu keluarga besar tersendiri.

    Meski berasal dari era dengan teknologi super canggih, Plasma tidak heran dengan keberadaan semuanya itu, karena menurutnya adalah sangat wajar ditemui di paparan padang rumput yang membentang dari barat hingga timur. Uh-huh, “kota” ini berada di tengah-tengah padang rumput yang sangat, SANGAAAAATTT luas. Dimulai selepas bagian timur gurun yang berada sekitar 2000 kilometer di utara Chalal, padang rumput ini terus membentang ke timur hingga mendekati Avodah, kota tempat Archangel keenam berada. Nyaris 7000 kilometer!!

    Karena letaknya yang jauh dari peradaban manapun, populasi kota ini adalah yang terkecil di antara keenam kota yang ada, sekitar 7 juta orang. Luasnya sendiri sedikit lebih besar dari Shamayim, sehingga yurt-yurt tersebut berdiri cukup berjauhan. Berlawanan total dengan Chalal yang penuh hiruk-pikuk manusia. Tapi harus kuakui, aku suka tempat ini. Pemandangan hijau yang membentang ke arah manapun terasa melegakan hati.

    Dan…ini dia, kediaman sang Sacred Hunter, berada di tengah-tengah kota. Lagi-lagi sebuah yurt, hanya saja jauh lebih besar dibanding milik para penduduk, mungkin sekitar 10 hingga 12 kali lipatnya. Bedanya, kutemui hiasan-hiasan dari benang emas terajut pada permukaanya. Di sekelilingnya, berdiri banyak yurt yang katanya adalah tempat tinggal para bawahan dekat dan pelayan Kanaphiel. Ada satu buah yang kosong, dan itulah yang menjadi tempat singgah kami sementara.



    Esok hari baru akan kami bicarakan mengenai masalah yang dihadapi oleh kota padang rumput ini. Namun, baru saja beranjak malam…

    Ada suara ribut-ribut dari arah luar.

    Spontan aku keluar dan mencari sumber suara itu. Ternyata sebuah yurt yang tidak jauh dari sini. Kulihat juga ada empat Angel-class berdiri di depan pintunya ---tiga wanita, satu pria---, sedang mengobrol satu sama lain. Keempatnya memberiku jalan masuk begitu saja, dan kudapati Raqia, Plasma, dan juga Kanaphiel ---berpakaian putih tanpa perlengkapan apapun dari kulit--- di dalamnya. Oh, beserta pasangan suami-istri. Manusia. Yang wanita nampak sangat kelelahan, penuh keringat. Si pria terus berada di samping wanita itu sambil menggenggam tangan kanannya erat-erat. Kanaphiel sendiri berada di…

    Ternyata Archangel yang satu itu sedang menangani proses kelahiran. Wow. Archangel seperti dia…mau melakukan hal ini?

    Plasma dan Raqia, keduanya dengan sigap membantu apa saja yang diperintahkan. Aku sendiri hanya bisa melihat karena memang tidak berpengalaman dalam hal seperti ini. Lebih tepatnya, aku tidak diijinkan melakukan apapun. Beberapa waktu berlalu, dan akhirnya lahirlah seorang bayi yang kemerahan.

    Tunggu. Bayi itu…bersayap?!

    Meski masih berukuran kecil, mataku tidaklah salah. Ada sepasang sayap putih kecil di punggungnya. Setelah wanita itu memberi nama untuk bayinya ---ternyata laki-laki---, Kanaphiel menggenggam tangan kanan si bayi, lalu menciptakan sebuah batu topaz berwarna jingga di punggung tangan kanannya. Ternyata itu adalah prosedur umum yang selalu dilakukan seorang Archangel, jika ada Angel-class baru yang lahir. Tidak mengherankan kalau Archangel bermata jingga itu yang langsung menangani kelahiran.



    “Huh…selesai juga.”, Raqia mengusap dahinya yang berkeringat begitu kami semua keluar.

    “Terima kasih banyak untuk bantuan kalian berdua. Dia sendiri merasa sangat bangga bisa bertemu dua Archangel untuk membantu proses melahirkan tadi. Kamu juga, Plasma. Tidak kusangka kamu begitu sigap melakukannya.”

    “Terima kasih juga atas pujiannya, Yang Mulia.”, Plasma menunduk hormat.

    Oke, saatnya bertanya.

    “Tunggu, tunggu. Ini tidak masuk akal. Bukankah pria dan wanita tadi…seratus persen manusia? Kenapa yang dilahirkannya adalah seorang Angel-class? Apakah hal yang seperti itu umum terjadi?”

    Desa Ferrenium memang kecil, sehingga tidak pernah kulihat yang seperti tadi. Uh…aku merasa agak kecewa karena belum tahu apa-apa tentang Angel-class.

    “Oh, tidak usah heran, Da’ath. Yang seperti itu tidak aneh ditemui meski tidak begitu sering.”, jawab Kanaphiel. Sengaja kuminta agar dia memanggilku dengan namaku saja, tidak usah ditambahi embel-embel yang aneh.

    Sekarang Plasma menaruh tangan di dagu lagaknya sedang berpikir. “Hmm…mungkinkah ini…”

    “Ada apa?”, tanya Raqia, dengan pose khasnya. Leher sedikit miring ke kanan.

    “Sepertinya aku mulai paham dari mana para Nephilim itu berasal.”

    Langkah kami bertiga langsung berhenti, begitu kompaknya. Apakah aku akan mendengar kunci dari segala kekacauan yang terjadi akhir-akhir ini?!

    “Akan kujelaskan di dalam yurt.”

    Mata Raqia langsung berbinar-binar, layaknya anak kecil yang dihadapkan pada sebuah permen. Perasaanku mengatakan akan ada pengetahuan baru yang akan diajarkan Plasma.

    “Aku ikut. Memang mereka belum pernah kuhadapi secara langsung, namun jika mereka sangatlah berbahaya…aku harus tahu hal ini.”, sahut Kanaphiel.

    Kembali ke yurt yang kutempati, Plasma mulai menyalakan api unggun di tengah-tengah. Konstruksi tenda ini memiliki lubang pada puncaknya, sehingga asap akan keluar melalui celah itu.



    Dan…kuliah dimulai. Bukan di atas kursi, namun di atas karpet besar, sekitar dua langkah dari api unggun.

    “Akan kumulai dari sesuatu yang paling dasar, yaitu DNA, Deoxyribonucleic acid. DNA adalah sebuah substansi kimia yang berada pada tiap sel, materi dasar pembentuk segala kehidupan di planet ini.. Raqia, aku yakin kamu masih ingat dengan mikroorganisme hijau yang kamu lihat di Pardes.”

    “Uh-huh. Yang kecil imut-imut hijau bergerak-gerak itu kan?”

    “Yep. Di dalam makhluk itu yang merupakan organisme bersel satu, hamparan rumput di luar, dan juga tubuh manusia, semuanya memiliki DNA. Karena aku belum menjelaskan mengenai teori atom pada kalian, sebaiknya kulewatkan saja detailnya. Pokoknya ini yang harus kalian ingat, DNA adalah basis dari kehidupan, sesuatu yang sangat kecil yang berada dalam tubuh kalian.”

    Plasma menulis “DNA” di tanah dengan jarinya.

    “Perlu kalian ketahui, sifat-sifat yang diwarisi suatu makhluk hidup berasal dari susunan DNA. Beberapa susun molekul DNA akan membentuk sebuah gen. Gen inilah yang menentukan apakah seseorang akan berambut hitam atau pirang, bermata hijau atau biru, berkulit putih atau gelap, dan sebagainya. Sudah paham sampai di sini? Aku tidak mau terlalu cepat.”

    Kami bertiga mengangguk-angguk bersamaan. Plasma pun menulis “gen”, tepat di sebelah kanan DNA. Jadi: DNA --> Gen.

    “Gen-gen ini terus saling menyusun menjadi apa yang disebut dengan kromosom. Jadi, setiap gen punya tempat tertentu pada kromosom. Setiap kromosom punya panjang yang berbeda-beda, dan jumlahnya tidak sama pada setiap jenis makhluk hidup.”

    Dia menulis “kromosom” di sebelah kanan gen. DNA --> Gen --> Kromosom.

    “Pemisalan mudahnya…jika DNA adalah huruf, maka gen adalah kata, dan kromosom adalah sebuah paragraf.”

    Raqia menepukkan kedua tangannya satu kali, matanya membuka agak lebar. “Ah…begitu rupanya.”

    “Oke, akan kulanjutkan. Pada makhluk-makhluk seperti ikan, kadal, burung, kuda, domba, kambing, bahkan manusia, semua kromosom adalah berpasangan. Jadi, di dalam tubuh terdapat dua kromosom yang identik. Misal pada manusia, punya empat puluh enam kromosom alias dua puluh tiga pasang.”

    “Tunggu. Artinya ada pasangan gen yang letaknya sama di tiap pasang kromosom?”, tanya Kanaphiel.

    “Tajam juga rupanya, eh? Yap, anda benar, Yang Mulia. Gen pada letak yang sama di kromosom yang berpasangan disebut dengan alel. Dan…satu hal, alel tidak selalu berisi pasangan gen yang identik. Ada alel homozigot, ada heterozigot.”

    “Istilah aneh apa lagi itu…”, sahut Raqia.

    “Hmm…kalau begitu, akan kuceritakan sesuatu.”

    Dan ini dia cerita Plasma.


    *


    Di sebuah biara, terdapatlah seorang pendeta yang penasaran sekali dengan penurunan sifat pada makhluk hidup. Diapun bereksperimen dengan tanaman ercis di halaman biara, mengawinkan silang berbagai variasi tanaman itu selama 7 tahun.

    Pada awalnya hanya satu sifat yang pendeta itu perhatikan, yaitu tekstur biji ercisnya. Bulat, ataukah keriput. Dia mengumpulkan banyak tanaman ercis berbiji bulat dan keriput dari seluruh negri.

    Pendeta itu melakukannya dengan teliti dan teratur. Saat pertama kali mengawinkan, seluruh tanaman ercis itu diberi simbol huruf P. Hasil anakan para ercis P tersebut diberi nama F1.

    Apa yang dia temukan?

    Ternyata…

    Semua ercis P, yang memiliki beda sifat antara biji bulat dan keriput, menghasilkan keturunan F1 yang SEMUA bulat.

    “Ini aneh…”, begitulah ujar pendeta itu saat melihat semua ercis F1. “Ke mana sifat keriputnya?”

    Belum puas, diapun menyilangkan sesama ercis F1, dan keturunannya diberi simbol F2. Dan…tebak apa yang terjadi?

    Ternyata dari 7324 tanaman ercis F2-tekstur-biji yang dihasilkan, 5474 ercis memiliki biji bulat, sementara 1850 berbiji keriput!! Sifat keriput itu muncul lagi!! Menganggap ini adalah kutukan atau semacamnya, diapun mengulang percobaan itu untuk sifat-sifat lainnya.

    Kedua, warna biji. Seluruh ercis berlabel P kali ini adalah ercis-ercis berbiji kuning atau hijau. Lagi-lagi dia mengawinkannya…semua F1 ternyata berbiji kuning!! Diapun melakukan hal yang sama terhadap seluruh F1 berbiji kuning, menghasilkan ercis F2.

    Apalagi yang dia temukan?

    Mendadak ercis berbiji hijau muncul kembali!! Kali ini, di antara seluruh ercis F2-warna, 6022 berbiji kuning, sementara 2001 hijau. Pendeta itu hanya bisa menelan ludah begitu mengetahui hal tersebut.

    Beberapa sifat kembali ditelitinya, dan hasilnya sama saja!! Semua F1 mewarisi sifat salah satu induk P, dan semua F2 mewarisi sifat dari induk P dengan perbandingan kira-kira sebesar 3:1.

    7 tahun berlalu, pendeta itu menyadari kalau sistem ini adalah sesuatu yang sudah ditetapkan oleh Tuhan. Diapun segera merumuskannya sebagai sebuah hukum pewarisan keturunan, yang hingga era Plasma pun masih relevan digunakan untuk menjelaskan dasar-dasar ilmu hereditas pada orang-orang muda.


    *


    Cerita yang…aneh. Namun jika benar hukum tersebut digunakan untuk mengajari orang-orang muda, seharusnya kisah tersebut adalah nyata.

    “Kita mulai dari tekstur biji. Pendeta itu menyimbolkan alel untuk biji bulat dengan BB, dan biji keriput dengan bb. Artinya, kedua induk itu homozigot. Memiliki alel dengan pasangan gen identik.”

    Plasma menulis di tanah:

    P : BB x bb

    “Jika dikawinkan, maka jelas semua keturunannya adalah Bb.”, Plasma menulis huruf itu di bawahnya lagi. “Itulah alel heterozigot. Pasangan alel yang tidak sama, hanya saja sejenis untuk mengatur suatu bawaan sifat.”

    “Lalu, bagaimana dengan keturunan antar persilangan F satu? Pendeta itu mengawinkannya lagi, bukan?”, tanya Raqia.

    “Yap, benar. Untuk itu…”

    Penyilangan F1 : Bb x Bb

    “Jika seperti ini, maka ada tiga kemungkinan kombinasi alel untuk keturunan F dua.”, sahutku.

    “Sepertinya jenius yang satu ini sudah mengerti, eh? Baiklah, kamu lanjutkan.”

    Ini mudah. Kugambar sebuah tabel.

    F2 :
    B b
    B BB Bb
    b Bb bb


    “Aku taruhan, ercis berbiji bulat itu memiliki pasangan alel homozigot BB dan heterozigot Bb, sementara keriput punya alel homozigot bb. Itulah kenapa semua sifat tumbuhan ercis F dua yang diteliti pendeta itu punya perbandingan tiga banding satu, seperti tabel ini.”

    “Kamu tahu kenapa meski memiliki gen heterozigot, tumbuhan ercis itu tetap berbiji bulat?”, Plasma bertanya. Aku tahu dia hanya mengujiku.

    “Mudah. Itu karena gen yang ditandai dengan huruf b kecil ini adalah sesuatu yang tertutup. Kalah.”

    “Resesif. Itulah istilahnya. Ada dua jenis gen, dominan dan resesif. Dominan adalah yang nampak, resesif adalah yang tersembunyi.”



    Tunggu…sepertinya aku mulai mengerti kenapa pasangan suami istri manusia tadi bisa melahirkan Angel-class. Itu karena gen Angel-class adalah gen resesif!!

    “Crusader-Saint yang agung ini sepertinya sudah menyadari sesuatu lagi, eh?”, sahut Plasma.

    “Uh-huh. Kasus bayi yang tadi…”, kutengok ke arah Kanaphiel. “Biar kutebak. Kakek atau nenek bayi itu dari kedua pihak pastilah Angel-class. Betul?”

    “Seingatku memang begitu. Nenek dari pihak ayah dan kakek dari pihak ibu bayi itu memang Angel-class.”

    “Hmm, kalau begitu…aku akan mencoba menggambarkan pewarisan keturunannya.”

    Kusimbolkan gen dominan manusia dengan AA, dan gen resesif Angel-class dengan aa. Untuk kakek dan nenek si bayi:

    P : AA x aa
    F1 : Aa

    Itulah kedua orang tua si bayi. Lalu…

    Penyilangan F1 : Aa x Aa
    F2 :
    A a
    A AA Aa
    a Aa aa

    “Itulah alasannya kenapa Angel-class yang lahir dari pasangan manusia adalah ‘tidak aneh ditemui meski tidak begitu sering', yaitu karena kemungkinannya hanya satu berbanding tiga yang dominan. Homozigot dominan dan heterozigot, semuanya akan menjadi manusia biasa. Homozigot resesif, akan menjadi Angel-class. Jadi…Raqia, jangan khawatir. Yang lahir dari rahimmu kemungkinan besar adalah manusia---”

    “Maksudmu apa haaaahhhh??!!”, dia langsung menekan kepalaku keras-keras dengan tinjunya.

    Kanaphiel menyahut, “Kalian ingin menikah?”

    “Tentu saja mau!!.”, jawabku cepat.

    “Tentu saja tidaaakkk!!”, kembali dia menekan tinjunya. Duh…sakit sekali… padahal aku setengah bercanda sih. Ya, setengah, karena untuk setengahnya…jujur, memang ada keinginan untuk itu.

    Well, tapi sepertinya ada yang berbeda dari gen Archangel. Ini baru hipotesisku saja, tapi…kemungkinan besar Nephilim yang lahir memiliki suatu gejala peristiwa penyimpangan hukum tersebut, yang disebut kodominan.”



    Kami bertiga terdiam, menatap ke arah Plasma.

    “Da’ath, kamu masih ingat kata-kata Atra dan Tenebria? Mereka selalu merujuk pada ‘Papa’.”

    “Uh-huh. Lalu?”, aku bingung kali ini.

    “Kumisalkan pada tanaman berbunga. Ada beberapa jenis bunga tertentu yang memiliki warna merah dan putih. Dan apabila kusilangkan tanaman berbunga merah dan putih tersebut, maka…semua keturunan F satu nya adalah bunga ungu. Itulah kodominan, sifat kedua induk malah hilang sama sekali pada keturunan pertama. Kumisalkan gen Archangel adalah…”

    Plasma menulis alel CC untuk Archangel, dan cc untuk manusia.

    P : CC x cc
    F1 : Cc

    “Aku belum tahu apakah gen Archangel adalah dominan atau resesif. Ini hanya sekedar simbol saja. Harus ada eksperimen untuk mengawinkan sesama Nephilim untuk mengetahuinya.”

    Kami bertiga hanya mengangguk perlahan. Aku sendiri terbengong-bengong mendengarnya…

    Plasma melanjutkan, “Namun jelas, Nephilim adalah heterozigot dengan kodominan. Misal pada sayapnya. Gen keenam sayap putih seorang Archangel dan gen tanpa sayap dari manusia berkombinasi, yang nampak adalah kodominannya. Suatu sifat baru, yaitu sayap hitam berjumlah empat buah. Jika saja bisa kulakukan tes DNA pada salah satu Nephilim…”

    Sebentar.

    Aku dan Raqia berpandangan sejenak, lalu sama-sama berseru…

    “Lalu siapa ibu mereka?!”

    “Mana…aku tahu? Bukankah itu yang sedang kita cari tahu sekarang, yaitu mengungkap segala sesuatunya tentang kemunculan Nephilim? Dan setidaknya sekarang kita sudah tahu sedikit mengenai asal-usul mereka.”

    “Tapi ini aneh. Kalau begitu, siapa pelakunya? Tselemiel? Uriel? Maoriel sudah jelas bukan. Jikalau dia memiliki anakpun, kombinasi alelnya pastilah berbeda, karena yang akan dinikahinya adalah Angel-class…”, Raqia kali ini memasang pose berpikir.

    “Itu bisa dengan mudah kita ketahui nanti, jika kita temui dua Archangel lelaki yang kamu sebutkan tadi. Sekarang apa kamu sudah mengerti?”, tanya Plasma.

    “Sudah, tentu saja sudah. Ini tidak begitu sulit kok.”, Archangel kecil itu tersenyum.

    “Jadi…jika pengetahuannya menyangkut soal keturunan, tidak sulit untukmu? Ternyata kamu memang sudah siap untuk punya anak denganku---“

    *BRUAGHH~

    Sebuah pukulan keras menghantam perutku.

    “Ah…jadi itu Biblos Gnostikos?”, Kanaphiel bertanya ketika buku itu mulai membuka dan mengisi sekitar…ah, aku tidak tahu. Aku tidak bisa konsentrasi karena perutku sakit.

    Plasma mengambil buku itu, lalu menaruhnya di pinggir yurt. “Benar, Yang Mulia. Kami harus mengisi buku ini hingga penuh untuk tahu apa yang terkunci di dalamnya.”

    “Hmm, kalau begitu…Plasma, bisa temani aku sebentar? Sepertinya ilmu yang kamu ajarkan tadi sangat berguna untuk menyilangkan kuda dan hewan ternak lainnya. Agar hasilnya bagus, tentu saja.”

    “Oh…bisa, Yang Mulia. Tentu saja bisa.”

    “Baiklah, kita keluar sekarang. Aku mau kamu memeriksa kuda-kuda dan juga unta-unta yang ada di timur kota.”

    Kanaphiel dan Plasma segera keluar dari yurt, meninggalkanku dan Raqia di sini.



    “Terlalu keras ya?”, tanya Raqia. Aneh, dia bertanya tidak dengan kasar. Lebih menyerupai…dia kasihan melihatku yang kesakitan.

    Masih memegangi perut, kujawab, “Sangat, Raqia.”

    “Maaf…aku hanya refleks berlaku demikian saat mendengar ucapanmu tadi.”, dia agak menunduk.

    “Huh…sudahlah. Aku sudah tahu kebiasaanmu itu.”

    “Lalu…kenapa kamu bisa menyukaiku? Apa alasannya? Posturku kecil, kadang keras kepala, bahkan kasar sewaktu-waktu. Aku yakin masih banyak yang lebih baik dariku...”

    “Itu saja?”

    “Eh? Maksud…mu?”

    “Untuk bisa mencintaimu, tentu saja aku harus menerima semua kekuranganmu, apapun itu. Sesulit apapun, aku akan belajar. Yah, meski kamu dan Kanaphiel bedanya seperti padang rumput dan gunung sih…”

    “Kurang ajar... kamu pasti meledek…”, dia menengok ke arah dadanya sendiri, pipinya agak merah.

    “Hei, aku hanya bercanda. Justru akan mengerikan jika gadis sekecil dirimu memiliki sesuatu sebesar dia, atau malah Sola. Tidak proporsional.”

    “Uh…menghina saja terus…”, wajahnya berpaling ke arah lain.

    “Lagipula itu tidaklah penting. Wajahmu yang menggemaskan itu jauh lebih menarik perhatianku.”

    “Hmmph. Dasar gombal.”, wajahnya masih merah.

    “Huh…diledek tidak mau, dipuji juga tidak…membuat bingung saja. Sudah ah, aku mau tidur.”

    Kuambil sebentang selimut dari kulit, lalu berbaring di karpet. Semua orang di sini, termasuk Kanaphiel, selalu tidur dengan cara seperti ini. Tanpa ranjang, tanpa kasur. Yah…memang cocok sekali dengan citra dirinya.



    Sesaat sebelum masuk ke dalam alam tidur yang lebih dalam, aku merasakan sesuatu di pipiku. Kecil, lembut, dan hangat. Tidak salah lagi, ini…ternyata dia masih malu-malu untuk mengakuinya. Baiklah, akan kutunggu saja jika memang sudah saatnya. Toh setelah ini aku akan terus bersama dirinya. Jadi, masih banyak waktu agar dia bisa memastikan apa yang ada di dalam hatinya.

    Oh, Luna juga pernah memberitahuku satu kata yang bagus untuk menggambarkan sifat Raqia yang seperti ini.

    Dasar tsundere. Hehehe…

    ============================================

    Spoiler untuk Trivia :

    • Belom pernah liat yurt? (orang Mongol bilangnya "ger") Nih:
      Spoiler untuk gambar :


    • Avodah (Hebrew) = bisa work/bekerja, bisa worship/menyembah
    • Kisah yang diceritain Plasma adalah eksperimen nyata yg dilakukan oleh bapak genetika modern, Gregor Mendel, di halaman biara St. Thomas, Republik Ceko, dari 1856-1863.
    • Gw agak ragu sebenernya sama istilah "kriptomeri", karena source" English mengatakan itu adalah "codominance". Well...itu berdasarkan ingatan gw pas belajar Biologi SMA kelas 12 aja sih...
      Istilah tepatnya gimana, kalo ada yg tau, dimohon koreksinya

      Fix ganti kodominan.

    Last edited by LunarCrusade; 28-12-12 at 07:31.


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  11. #85
    -Pierrot-'s Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    CAGE
    Posts
    2,600
    Points
    15,814.97
    Thanks: 44 / 119 / 91

    Default

    19 sequencenya cepet amat kayaknya dah.

    Baru ketemu Kanaphiel, langsung dikasi tau misteri kelahiran Nephilim aja. Emang si, pembeberan misterinya dikasi pemicu 'adegan kelahiran angel-class dari manusia' di tenda yurt. Tapi sequencenya kayak buru-buru abis.

    Kalo menurut gua si ya, ketemu Kanaphiel, ngapa2in dulu gimana gitu. Agar supaya, kemunculan karakternya bisa keserep bener2 & barulah loncat ke event berikutnya.

    Menurut gua sih gitu ya

  12. #86
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by -Pierrot- View Post
    19 sequencenya cepet amat kayaknya dah.

    Baru ketemu Kanaphiel, langsung dikasi tau misteri kelahiran Nephilim aja. Emang si, pembeberan misterinya dikasi pemicu 'adegan kelahiran angel-class dari manusia' di tenda yurt. Tapi sequencenya kayak buru-buru abis.

    Kalo menurut gua si ya, ketemu Kanaphiel, ngapa2in dulu gimana gitu. Agar supaya, kemunculan karakternya bisa keserep bener2 & barulah loncat ke event berikutnya.

    Menurut gua sih gitu ya
    sengaja mau bedain format sih sebenernya dari arc-nya Astronomical Feeling
    kan pas arc Green Angelocracy juga gitu, baru nyampe langsung jelasin mekanisme Biophotonic Decoder
    tapi kalo dirasa kecepetan ya...maaf

    rencananya di Tehillim 20-22 baru gw perdalam semuanya misteri panggilan "Kana-chan" itu juga ada lho nanti, jadi tunggu sajah


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  13. #87
    MelonMelon's Avatar
    Join Date
    Dec 2011
    Location
    Melon's Farm
    Posts
    3,010
    Points
    27,268.78
    Thanks: 73 / 47 / 33

    Default

    jika DNA adalah huruf, maka gen adalah kata, dan kromosom adalah sebuah paragraf
    jauh amat dari kata ke paragraf...

    btw DNA... Biologi kelas 10. Gue inget banget tabel BBxbb itu...gue disuru ngulang ulangan begituan pas kelas 10 3x...
    sialan emang.

    Gue sih nyantai aja. Walopun emang arc baru, tapi kayaknya perkenalan singkat gitu pas. Toh si Kana itu kayanya kepribadiannya yang "serba cepet" ala orang barat gitu. Talk less do more.
    jadi yang oenting udah kenal terus langsung apa gitu ya...oke juga.

    terus Nephilim. akankah asal-usul si Atra nantinya ketauan?

    PANAH!? manusia di daerah barat pake panah!!? wow...wew... gaada yang salah sih... tapi gue terlanjur berharap ini jeder jeder, bukan jleb jleb...
    yasudahlah...teruskan!

    FACEBOOK | TWITTER | Melon's Blog
    I am a melon - MelonMelon

  14. #88
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Spoiler untuk Tehillim 20 :


    ================================================
    Tehillim 20: Golden Arrow Part II || Entropic Thermo-Revolver
    ================================================




    Matahari terbangun dari ufuk timur, kembali menyinari padang rumput yang luas ini. Aku merasa sangat berenergi pagi ini. Entah karena aku senang dengan pemandangan di sekitar Tzayad, atau…

    “Kemarin malam, apakah kamu yang---“

    Kami berdua sedang berjalan ke arah yurt besar milik Kanaphiel untuk menemuinya.

    Raqia langsung memotong, “Hmm? Yang mencium pipimu? Iya, itu aku.”

    “…”

    “Jangan kelewat percaya diri dulu ya. Sebenarnya hampir setiap malam aku melakukan hal itu. Mungkin karena kamu sudah terlelap, kamu tidak menyadarinya.”

    “…!!”

    “Sewaktu di Shamayim, aku juga sering berlaku begitu. Misalkan ada bawahanku yang sakit. Baik pria maupun wanita, jika aku memang ada waktu, selalu kusempatkan untuk menjagai mereka. Dan supaya mereka bisa tidur dengan tenang, terkadang kulakukan hal yang sama seperti padamu.”

    Gawat. Dia jujur!! Raqia cukup mudah dibaca, dan tidak kudapati kebohongan sama sekali.

    “Wajahmu kenapa jadi suram begitu? Aku salah bicara ya?”

    “Kupikir…ah sudahlah. Lupakan.”

    Wajahnya nampak bingung, dan akan cocok jika kugambar sebuah tanda tanya besar di atas kepalanya. Huh…ternyata aku yang salah sangka.



    Dan ini dia, yurt kediaman sang Archangel kelima. Tunggu. Kenapa Kanaphiel malah keluar sambil mengenakan perlengkapan seperti kemarin? Bukankah kita akan membicarakan mengenai keamanan daerah di selatan sana? Plasma juga keluar bersamaan dengannya.

    “Oh, kalian rupanya. Tepat waktu.”, ujarnya santai. “Mau ikut berburu? Maksudku, berburu Elilim-class.”

    Secepat sambaran petir, Raqia menjawab, “Tentu saja!!”, sambil mengangkat tangan.

    “Hah? Kita berburu Elilim-class?”

    “Yap. Ada perkemahan Elilim-class sekitar tiga hari berkuda di sebelah selatan tempat ini.”

    “Dan ada yang aneh dengan hal itu.”, sahut Plasma. “Kemarin malam, Yang Mulia Kanaphiel memberitahu kalau mereka tidak bergerak sama sekali sejak minggu lalu, meski sudah sedekat itu dari Tzayad. Entah apa yang mereka lakukan di sana.”

    Hmm…benar apa kata partner logamku itu. Ada dua asumsi. Jika mereka datang dalam jumlah besar, aneh rasanya jika mereka tidak menyerang. Namun jika hanya dalam jumlah kecil saja…untuk apa mereka sampai berkemah segala?

    “Kita saja?”, tanyaku.

    “Tentu saja tidak. Sebelumnya sudah kukirim tiga tumen untuk mendahului kita. Begitu tiba, akan kuperintahkan serangan.”

    “Ah…mereka?”, Raqia seakan sudah tahu apa yang dimaksud.



    Saatnya berangkat. Aku dan Raqia masuk ke dalam Sonic Glider, sementara Kanaphiel terbang di sebelahnya, lengkap dengan keenam sayap terkembang. Berhubung Archangel yang satu itu adalah yang terbangnya paling cepat di antara bertujuh, maksimal mendekati 1400 kilometer per jam ---narasumber: Plasma---, terpaksa sesekali aku harus menutup mata jika terasa agak mual. Kecepatannya terlalu gila, hanya Sonic Glider yang mampu menandinginya.

    “S-Sudah sampai?”, kutanya demikian saat Sonic Glider sudah melambat.

    “Lihat saja sendiri.”, jawab Plasma.

    Karena aku tidak takut ketinggian ---hanya kecepatan yang tak manusiawi---, maka kutengok ke arah bawah.

    Wow.

    Tiga tumen, yang ternyata tiap tumen adalah kumpulan pasukan berjumlah 10000 orang, sudah bersiap siaga pada paparan rumput di bawahku. Medan pertempuran kali ini tidak mulus sepenuhnya, agak berbukit di beberapa titik.

    Tunggu. Semuanya pasukan berkuda?! Dan kenapa para Angel-class nya juga mengendarai kuda?!

    Di puncak sebuah bukit kecil, di situlah kami mendarat ketika matahari belum juga tinggi di langit. Aku dan Raqia segera mengaktifkan mode tempur masing-masing, Heavenly Saint dan Angel Knight.

    Kanaphiel belum berkata apapun, namun tiga manusia mengenakan armor dari kulit ---nampak cukup tebal--- segera berlari menghadap dirinya lalu menunduk hormat sesaat. Kanaphiel bicara sebentar ---entah dalam bahasa apa---, dan setelah itu ketiganya kembali ke kumpulan pasukan berkuda. Strategi, mungkin?

    Sacred Hunter itu berkata pada kami berdua, “Seratus ribu orang di selatan sana, begitulah yang mereka katakan. Gabungan Elilim-class bersayap merah, jingga, kuning, dan violet. Ada beberapa ratus ekor gajah juga.”

    “Artinya, jauh lebih ke selatan sana adalah domain Elilim-class dari berbagai kota? Kenapa tidak berusaha untuk menghancurkannya?”, tanyaku.

    “Begitulah. Tempat itu memang seperti ‘pengungsian’ bagi para Elilim-class. Pegunungan Mahameru menghalangi di selatan sana, membuat orang-orangku enggan untuk menyerbu karena cuacanya yang ekstrim dan gunung-gunung yang terlalu sulit ditembus. Kami hanya bisa terus mengawasi daerah itu dan mengusir mereka jauh-jauh dari Tzayad. Kudengar juga dari Kalliope, populasi Elilim-class di sana sekitar tiga setengah juta. Terlalu banyak.”

    “Kalliope? Dia sempat kemari?”, tanya Raqia. Sepengetahuanku, Kalliope adalah Eleutherian-class paling tua di antara kesembilan Indagator.

    “Uh-huh, beberapa puluh tahun yang lalu. Entah di mana dia sekarang.”

    Kembali aku bertanya, “Tidak ada Archangel lain yang mau menolong?”

    “Sayangnya tidak. Maoriel sibuk dengan kepulauan Yamato selama lima ratus tahun, Tselemiel bersitegang dengan Valkyrie Corps-nya sendiri yang kabur ke Asgard sejak empat ratus tahun lalu, sementara Uriel…dia tidak suka keluar jauh-jauh.”

    Ketiga orang itu kembali menghadap, sepertinya melaporkan sesuatu. Tanpa bicara, Kanaphiel hanya mengangguk.

    “Mereka sudah siap bergerak kapanpun kuperintahkan.”

    “Tunggu. Musuh ada seratus ribu, sementara kita hanya tiga puluh ribu!! Itu sama saja satu banding tiga!!”

    Jelas saja aku khawatir. Perbandingan kekuatannya cukup jauh. Aku yakin, sebenarnya aku, Raqia, dan Kanaphiel pun sudah cukup untuk menanganinya. Aku hanya khawatir akan jatuh korban jiwa. Entah kenapa Archangel pembawa busur ini malah mengirim orang-orangnya sendiri, dengan komposisi Angel-class dan manusia.

    Raqia tidak nampak khawatir. Dia menimpali, “Tenang saja, Da’ath. Yang di depanmu ini adalah sebagian kecil dari pasukan terganas yang ada di dunia. Gok Ordu, the Sky Horde.”

    “Jika mereka kusuruh diam saja di yurt, mereka pasti akan protes…”, Kanaphiel malah tertawa setelah mengatakan itu.

    Beberapa lama, maksudku…lama sekali Kanaphiel malah duduk di tanah, memejamkan mata. Raqia sendiri sudah tidak sabaran, nampak dari gelagatnya yang hanya berjalan mondar-mandir. Anehnya, dia sama sekali tidak marah atau menggerutu. Berbeda total saat bersamaku dalam perjalanan ke Ferrenium.

    Udara terasa makin panas, matahari meninggi. Kakinyapun ditegakkan. Dia mengambil sebuah anak panah, mengarahkannya ke arah selatan, menariknya kuat-kuat, dan…



    Bersamaan dengan melesatnya anak panah, seluruh kavaleri itu berseru keras-keras sambil mengangkat senjata yang mereka bawa ---kebanyakan berupa busur dan tombak---, terdengar seperti berjumlah dua hingga tiga kali lipatnya. Archangel berambut emas itupun terbang, melaju searah dengan anak panah yang dilepasnya tadi. Seketika aku dan Raqia ikut terbang di sisinya, ditemani suara derap kuda yang begitu menggelora.

    Beberapa waktu kemudian, kutengok ke belakang karena kurasa suaranya sedikit mengecil. Benar, yang hanya di belakang tidaklah sebanyak tadi.

    “Jangan khawatir. Aku memerintahkan mereka untuk menyebar. Sepuluh ribu akan menyerang dari barat, sepuluh ribu lagi dari timur, dan sepuluh ribu lagi yang bersama kita.”, begitulah ujar Kanaphiel.

    “Itu dia!!”, Raqia berseru, menunjuk pada jajaran kemah di depan sana. Lumayan besar, karena pastilah ada seratus ribu Elilim-class di dalamnya.

    “Akan kuberi aba-aba pada mereka. Kalian tetaplah maju.”

    Kanaphiel menukik ke atas, diikuti dengan sebagian pasukan berkuda yang berhenti. Sebagian lagi tetap melaju mengikutiku dan Raqia.

    Kudengar Raqia menghitung mundur dari tiga hingga satu, dan…

    Hujan panah. Maksudku, hujan panah berapi ditembakkan dari pasukan berkuda yang tadi berhenti. Tidak hanya itu, dari arah timur dan barat juga melesat panah-panah yang ujungnya telah dibakar. Dan seperti yang mengikuti kami, ada sebagian pasukan yang ikut maju dari kedua arah mata angin tersebut. Para Elilim-class itupun keluar, tidak kelewat panik dengan situasi ini. Mungkinkah karena di antara mereka ada beberapa yang berasal dari Tzayad?.

    “Kamu sudah tahu taktik ini?”

    “Tentu saja sudah. Baiklaaaaah!! SPATIAL BREAKEEEEER!!!!”

    Dimulai dengan Spatial Breaker Raqia yang menghempaskan semua Elilim-class yang menghalangi, semua pasukan yang ikut maju menjadi lebih bersemangat. Dan kalau kuperhatikan, semuanya membawa tombak sebagai senjata utama, baik manusia maupun Angel-class.

    Entah bagaimana caranya, tembakan panah dari sisi utara, barat, maupun timur, kebanyakan tepat pada sasaran. Bahkan ada satu panah yang mendadak melesat dari sebelah kanan belakang, mengenai Elilim-class yang sedang mengayunkan pedangnya ke arahku, tidak kuperhatikan karena aku sedang berhadapan dengan yang lainnya. Akurasi yang luar biasa. Bahkan Elilim-class yang sedang terbangpun mampu ditembak oleh mereka!!

    Taktik mengepung dari tiga sisi seperti ini terbilang efektif. Dengan begini, hanya sisi selatan saja yang terbuka bagi mereka untuk bermanuver ataupun lari. Apalagi para kavaleri pemanah itu tidak hanya dapat menembak saat diam, namun juga ketika bergerak mendekat ke perkemahan. Sekarang aku mengerti kenapa Kanaphiel mempercayai mereka untuk ikut menyerang. Kombinasi akurasi dan mobilitas yang begitu mematikan…

    “Kamu tahu?!”, satu Elilim-class ditebas oleh Raqia. “Bahkan akupun kewalahan menghadapi orang-orang Tzayad.”

    “Pernah…”, ada Elilim-class yang kemari, kuhantam saja. “…menghadapi mereka?!” Terpaksa aku agak berteriak karena suasana yang berisik.

    “Lati…”, lagi-lagi satu Elilim-class kena. “…han!!”

    Kondisi agak berbalik ketika mereka mengeluarkan gajah-gajah dari arah selatan perkemahan. Kulihat kavaleri tombak sempat kewalahan, karena gajah-gajah itu ternyata dipasangi plat-plat logam yang sulit ditembus.

    “Huh…sebenarnya aku tidak suka membantai hewan.”, tatapan Raqia menuju ke arah kumpulan gajah itu, ketika kami sedang menangani Elilim-class di udara “Tapi…terpaksa.”

    Tiga ekor berhasil dijatuhkan Raqia dalam waktu cepat. Tetapi, lagi-lagi anak itu tidak memperhatikan sekeliling ketika dia ingin menjatuhkan gajah keempat. Ada seorang Elilim-class yang siap menusukkan tombaknya pada Raqia. Belum sempat kuaktifkan Warp Drive untuk berpindah ke dekatnya…



    Berkas cahaya. Perak. Mengenai Elilim-class itu.



    Kecil, mungkin hanya sebesar beberapa core yang pernah kulihat. Kurasa lajunya tadi jauh lebih cepat dibanding panah-panah yang beterbangan. Bukan hanya aku yang menengok ke arah berkas cahaya itu berasal, namun semua Elilim-class di sekelilingku.

    Dan…itu dia. Kanaphiel. Melayang beberapa puluh meter di depan-atasku.

    Entah sejak kapan dia berganti pakaian, yang jelas sekarang sudah berubah total. Kemeja tanpa lengan berwarna jingga dengan tepian garis putih, ikat pinggang keemasan, serta rok pendek ---agak ketat---, sarung tangan, dan sepatu yang semuanya berwarna hitam. Sederhana, namun terlihat keren.

    Aku hanya terdiam ketika dia menembaki satu persatu Elilim-class di sekitarku dengan SANGAT cepat. Satu tembakan, satu Elilim-class. Dalam sekejap, puluhan malaikat bersayap warna di sekelilingku jatuh ke Bumi. Diapun terbang menghampiriku.

    “Maaf lama menunggu.”, sebelah matanya dikedipkan.

    Kedua tangannya menggenggam sepasang senjata berwarna dominan putih, bentuknya identik, keduanya seperti huruf L. Nampaknya senjata itu bukanlah dari jaman ini. Sudah pasti…Divine Technology.

    “Yang Mulia, apakah energi Entropic Thermo-Revolver itu sudah cukup?”, tanya Plasma.

    “Uh-huh. Banyak panas yang terbuang di sini, pastilah cukup untuk menembaki puluhan ribu Elilim-class. Kalau begitu, kita habisi mereka dengan cepat.”

    Hanya itu yang dikatakannya, kemudian dirinya melesat ke arah selatan perkemahan. Tentu saja kuikuti dia untuk membantu menyerang.

    Sendirian, dia menembaki baik Elilim-class ataupun gajah-gajah yang mengancam keselamatan pasukannya. Hebatnya lagi, gajah sebesar itu langsung mati hanya dalam sekali tembak, menembus pelindung logamnya. Benar-benar Divine Technology yang mengerikan. Meski tidak menimbulkan ledakan besar seperti Luminary Blast Maoriel, namun kecepatan menembak Kanaphiel layaknya orang kesetanan. Menembak sambil bermanuver di udara? Perkara mudah bagi Kanaphiel. Sambil melesat ke sana kemari ---sesekali memutar-mutar senjatanya---, dia menembaki dengan akurat semua malaikat bersayap warna yang berada di hadapannya. Kurasa Entropic Thermo-Revolver itu memang cocok untuknya.



    Dan…pertempuranpun berakhir. Sisa-sisa Elilim-class yang bertahan melarikan diri bersama beberapa gajah yang masih hidup.

    Archangel berambut emas itupun terbang melayang beberapa kaki di udara agar semua pasukan dapat melihatnya. Tiga kali dia menembak ke arah langit dengan senjata di tangan kanannya, dan…

    Gok Turkughur Khagan!! Gok Turkhugur Khagan!! Gok Turkhugur Khagan!!

    Bergetar.

    Tanah dan langit terasa berguncang ketika kudengar pekik kemenangan itu. Setidaknya itulah pelafalan yang tertangkap telingaku, yang diteriakkan oleh SEMUA pasukan berkuda Tzayad yang ada sambil mengangkat senjatanya tinggi-tinggi. Plasma memberitahuku kalau artinya kira-kira adalah “Great Khan of Sky Turkughur!!”. Turkughur sendiri adalah nama suku yang mendiami Tzayad. Yah…meski menurut teman kalengku ini, gelar Khagan adalah untuk pria…



    “Tiga puluh tujuh ribu empat ratus enam puluh empat. Yap, itu yang kutembaki hari ini.”

    “Ha!! Masih kalah denganku tahun lalu. Seratus satu ribu tujuh ratus tujuh puluh lima di Olympia.”

    “Mereka itu lemah. Berlagak berbudaya padahal pasukannya payah. Tertular ilmu galaunya Tselemiel, mungkin. Jelas saja bisa kamu habisi dengan mudah.”

    Begitulah percakapan yang keluar dari mulut kedua Archangel itu ketika kami berempat: aku, Raqia, Plasma, dan Kanaphiel ---dengan pakaian hijaunya---, duduk mengitari api unggun.

    Malam telah beranjak di padang rumput ini. Ketika peperangan usai, Kanaphiel memerintahkan anggota Gok Ordu nya untuk berkemah sementara di medan pertempuran, sekaligus menjarah apa saja yang bisa diambil dari situ.

    “Senjatamu tadi hebat juga. Itu sudah pasti Divine Technology, benar?”, tanyaku.

    “Uh-huh, Plasma mengatakannya demikian. Plasma, kamu saja yang menjelaskan.”

    “Ya, benar. Entropic Thermo-Revolver, sepasang handgun putih yang digunakan tadi adalah salah satu produk Divine Technology. Dia punya satu keunikan tersendiri. Untuk itu, ada baiknya jika kujelaskan dari konsep dasar yang dimiliki oleh semua produk Divine Technology.”



    “Pernah dengar apa itu energi?”, tanya Plasma.

    “Energi? Kupikir itu adalah sesuatu yang harus dimiliki setiap benda untuk melakukan usaha.”, jawabku.

    “Ada benarnya. Untuk usaha, dipakai formula dasar…”

    Di tanah, Plasma menulis: W = Fx.

    “Akrab dengan kedua notasi ini?”

    “Oh…aku ingat. F adalah gaya, dan x adalah jarak. Tapi, apa maksudmu dengan usaha?”, tanya Raqia.

    “Mudahnya begini. Misal kamu menyeret Da’ath dengan gaya seratus newton sejauh tiga meter, maka usaha yang kamu lakukan adalah tiga ratus joule. Satuan itu juga digunakan sebagai satuan energi secara umum, disingkat dengan huruf J.”

    “Kenapa contohnya seperti itu lagi…”

    “Jangan protes.”, sahut Raqia ketus.

    “Oke…oke.”

    “Ada tipe-tipe energi yang dapat dirumuskan. Misal…”

    Untuk energi potensial, yaitu energi yang dimiliki sebuah benda ketika diangkat pada jarak tertentu dari permukaan Bumi, Plasma menulis E = mgh. Huruf m untuk massa, g untuk percepatan gravitasi yang 9,8 m/s2 itu, dan h untuk ketinggiannya. Energi kinetik, yaitu energi saat sebuah benda bergerak dengan kecepatan tertentu, dirumuskan dengan E = ½ mv2. Dengan v adalah kecepatan tentunya.



    “Sebenarnya ada beberapa lagi, tetapi kurasa belum dapat kuajarkan pada kalian. Nah, kembali ke usaha tadi, ternyata berhubungan erat dengan apa yang dimaksud dengan kalor.”

    “Kalor?”, pose menggemaskan Raqia muncul lagi. Kali ini ditambah jari telunjuk kanan ditaruh di bibirnya yang kecil itu.

    “Energi yang berpindah dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin ketika kedua benda bersentuhan. Misalnya pada air panas yang lama-lama menjadi dingin. Itu artinya, terjadi perpindahan kalor dari air panas ke udara dan juga wadahnya.”

    Kembali Raqia bertanya, “Lalu apa hubungannya dengan Divine Technology?”

    “Sabar sedikit. Nah, kalor dan usaha sebenarnya berhubungan. Penjumlahan atau pengurangan keduanya menghasilkan sesuatu yang disebut energi internal, yaitu total energi yang dimiliki oleh sistem termodinamik. Contohnya, saat kalian memanaskan air pada panci. Air adalah contoh dari sistem termodinamik, sementara panci adalah batas sistem dengan lingkungan. Jika airnya mendidih, terkadang kamu akan menjumpai tutupnya bergerak-gerak sendiri karena terdorong uap air. Itulah bukti adanya hubungan antara kalor dan usaha. Jika kurumuskan…”

    ΔU = Q – W

    “Dengan delta U adalah total energi internal, Q adalah kalor, dan W adalah usaha. Jika tandanya negatif seperti ini, maka usaha dilakukan oleh sistem ke lingkungan setelah diberi kalor.”

    Ah…setelah lama tidak muncul, akhirnya ada lagi sesuatu yang muncul di kepalaku.

    “Itu…perumusan hukum termodinamika pertama, benar? Perubahan energi internal suatu sistem termodinamik adalah jumlah kalor yang ditambahkan ke atau dikurangi dari sistem, dikurangi kerja yang dilakukan oleh sistem, ATAU…ditambah kerja yang dilakukan pada sistem.”

    “Yap, benar sekali Da’ath. Muncul sesuatu lagi di kepalamu, eh?”

    “Uh-huh. Dan kalau tidak salah, sebenarnya hukum pertama ini adalah bentuk lain dari hukum kekekalan energi. Yaitu energi tidak dapat dimusnahkan atau diciptakan, hanya dapat berubah bentuk menjadi bentuk lainnya. Pada kasus panci ini, kalor dapat diubah menjadi usaha, yaitu menggerakkan tutup panci, terdorong oleh uap air.”

    That’s the point. Satu hal yang bisa kalian simpulkan dari pernyataan hukum termodinamika pertama tersebut: semua benda yang melakukan usaha butuh masukan energi agar tetap dapat beroperasi, apapun bentuk energinya. Dahulu, orang-orang menganggap kalau sebuah mesin tidak akan bisa bekerja terus-menerus tanpa bahan bakar. Namun…teknologi tersebut ditemukan. Ya, Divine Technology. Satu-satunya bentuk teknologi yang mampu melanggar hukum pertama termodinamika.”

    “Maksudmu, semua produk Divine Technology yang ditemukan tidak memerlukan masukan energi secara terus-menerus?”, tanya Raqia.

    “Betul sekali. Ingatkah kalian ketika Yang Mulia Maoriel menembakkan Luminary Blast? Celestial Core…maksudku, Sola, sempat mengatakan ‘Divine Energy’. Yap, itulah sumber energi setiap Divine Technology. Sekali masuk, tidak dapat hilang dari sistem, dan device nya tidak memerlukan tambahan energi apapun lagi. Bahkan setelah dua ribu tahun, semuanya masih bisa beroperasi dengan baik.”

    “Tunggu, tunggu. Tapi bukankah Divine Energy dari Luminary Blast diubah menjadi energi cahaya dan panas dalam bentuk ledakan? Kenapa bisa tidak berkurang?”, tanyaku.

    “Dapat kumisalkan begini. Kamu, Da’ath, mengundang ketujuh Archangel untuk menginap di rumahmu. Kamu menjemput mereka satu persatu, menyiapkan kamar mereka, kemudian mengantarkan mereka pulang, juga satu persatu. Namun kamu sama sekali tidak merasa lelah, bahkan tidak berkeringat. Itulah Divine Energy. Mereka akan kembali ke device masing-masing setelah selesai mengubah energi yang dibutuhkan. Pada Luminary Blast, sebenarnya dia membawa energi cahaya dari matahari dan benda langit apapun yang bersinar, barulah diubah menjadi ledakan.”

    “Ah…jadi itu juga alasannya kenapa aku tidak benar-benar membutuhkan makanan, hanya sebagai pemuas lidah saja.”, sahut Raqia.

    “Betul. Divine Energy bisa berfungsi sebagai pembawa energi apapun, termasuk energi kimia pada makanan. Itu yang terjadi pada Archangel Core.”

    Kutanyakan, “Lalu kenapa sewaktu kamu masuk ke dalam Plasma Rifle, rasanya panas sekali? Demikian juga saat di Pardes, Deshiel menanyakan apakah aku tidak merasakan panas.”

    “Keunikan core milikku dan Archangel Core adalah, mereka akan terus mengganggu udara di sekitarnya jika tidak terpasang pada tubuh yang kompatibel. Yang kamu rasakan itu sebenarnya bukanlah panas dari Plasma Rifle, namun udara sekitar yang memanas dengan cepat saat core diriku baru masuk. Khusus Archangel Core, yang kebal terhadap gangguan panas tersebut hanyalah para Archangel sendiri dan juga kamu, Da’ath, sebagai Crusader-Saint.”

    Menarik sekali. Tidak heran jika produk-produk Divine Technology diincar oleh ayah dari para Nephilim.



    Raqia seperti menyadari sesuatu, lalu bertanya, “Berarti, ada hukum kedua?”

    “Tentu ada. Tapi kamu harus mengerti dahulu hal ini. Perpindahan kalor hanya dapat terjadi secara alamiah dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin. Ingat contoh air panas yang lama-lama mendingin tadi?”

    “Uh-huh. Lalu?”

    “Bisakah kamu mengembalikan kalor yang hilang ke udara tersebut kembali ke dalam air?”

    “Hah? Tentu saja tidak bisa!! Harus kunyalakan api lagi untuk memanaskannya…”

    “Itulah yang disebut proses ireversibel. Tidak bisa dibalik. Kamu membelah kayu, namun kayu itu tidak bisa utuh kembali dengan sendirinya. Kamu membakar kayu itu menjadi api unggun, berubah menjadi arang, dan tidak mungkin kembali menjadi kayu.”

    “Entropi…”, ujarku perlahan ketika kata itu muncul di kepalaku.

    “Namanya lucu sekali sih…?”, Raqia menyahut.

    “Entropi. Itu dia. Ukuran ketidakteraturan yang terjadi pada proses ireversibel. Contoh lain untuk proses ireversibel adalah saat menggosok-gosokkan kedua tangan. Da’ath, apa yang terjadi jika tanganmu saling digosokkan?”

    “Tentu akan terasa panas. Dan…tanganku lelah. Hei…”

    Itu dia. Entropi bicara tentang total perpindahan kalor dari tempat bersuhu panas ke tempat yang lebih dingin, yang akan bertambah jika selisih kalornya makin besar. Contohnya pada tanganku. Energi yang dihasilkan oleh gerakan tangan akan memanaskan telapak, membuatku lelah, lalu kalornya akan hilang begitu saja ke udara tanpa bisa kukembalikan ke dalam tanganku. Makin cepat kugesekkan tangan, makin cepat tanganku terasa panas, makin cepat energi kalornya hilang ke udara, dan…makin besar perubahan entropinya.



    Kuambil sebuah batang kayu, lalu menulis:

    ΔS = ΔQ/T

    “Ini perumusannya. Apa aku benar?”

    “Yap, itu dia. Delta S untuk perubahan entropi, delta Q untuk perubahan kalor, dan T untuk suhu. Dan apa kalian tahu kenapa Yang Mulia Kanaphiel selalu mengirim orang-orangnya lebih dulu untuk menyerang?”

    Pertanyaan itu terdengar seperti mengujiku dan Raqia. Jika kuhubungkan dengan entropi…

    Seakan disambar cahaya surga, aku langsung tahu jawabannya. Raqia juga nampak paham, lalu kami berdua berpandangan sesaat.

    Kamipun berseru bersamaan. “Itu supaya medan pertempuran mengalami kenaikan entropi yang tidak wajar!!”

    “Hahaha…itu dia.”, Plasma nampak senang, mungkin karena merasa pelajarannya dapat dipahami dengan baik. “Derap langkah pasukan berkuda, seruan kencang mereka, dan pembakaran perkemahan dengan panah api, semuanya itu bertujuan agar total aliran kalor per satuan suhu nya meningkat tajam. Dan…itulah keistimewaan Entropic Thermo-Revolver. Satu-satunya produk Divine Technology yang mampu memanfaatkan entropi sebagai sumber energinya, satu-satunya alat di muka Bumi yang melanggar hukum termodinamika kedua. Makin besar perubahan entropi di area peperangan, makin cepat pula senjata itu bisa ditembakkan.”

    “Jadi kalau boleh kusimpulkan, hukum termodinamika kedua berbunyi…entropi tidak akan pernah bisa berkurang, karena kalor selalu berpindah otomatis dari tempat yang bersuhu tinggi ke yang bersuhu rendah. Benar begitu?”, Raqia tersenyum.

    “Yap, entropi pada sistem tertutup. Anggap saja seluruh alam semesta ini sebagai satu sistem tertutup yang besar. Dan sebenarnya itu adalah pernyataan umum hukum kedua termodinamika. Ada lagi pernyataan khususnya.”

    “Huh? Ada dua buah?”, kali ini aku yang bingung. Tidak ada sesuatu yang muncul di kepalaku sih…

    “Lebih bagus kalau kukatakan perbedaan cara pandangnya. Pernyataan umum melihat dari sistem ireversibel yang besar, sementara pernyataan khusus melihat dari sistem yang lebih kecil. Misalnya saja pada tubuhmu. Kamu makan, dan makanan itu berubah menjadi energi panas. Kamu bergerak ke sana ke mari, lalu merasa lelah dan berkeringat. Kalor pada tubuhmu berubah menjadi usaha dan pelepasan kalor ke udara. Semua alat buatan manusia biasa selalu mematuhi hal itu.”

    “Tunggu. Itu artinya…tidak ada proses yang memungkinkan perubahan total energi kalor menjadi energi gerak. Selalu ada kalor yang terbuang…”, sambil kutatap api unggun itu.

    “Daaaannn…itu dia pernyataan khususnya.”, Plasma mengacungkan jempolnya. “Pengecualian untuk Divine Technology, karena tidak ada satupun konversi energi yang berubah menjadi panas yang tidak berguna ke lingkungan.”

    “Jadi ini rahasia di balik Divine Technology...luar biasa…”, gumam Raqia, sambil menaruh tangan kannnya di dagu.



    Hei, aku heran…kenapa Kanaphiel santai-santai saja? Bahkan sampai tiduran segala…

    “Uh? Sudah selesai?”, tanyanya, lalu kembali duduk.

    “Kamu tidak ikut mendengarkan?”, kutanya balik.

    “Sudah dijelaskan oleh Plasma kemarin malam. Aku sudah mengerti.”

    Bah, aku keduluan.

    Mendadak ada seorang tentara datang mendekat, lalu melapor pada Kanaphiel.

    “Kalian, ikut sebentar. Ada benda aneh yang ditemukan oleh pasukanku di salah satu sisa tenda yang terbakar.”

    Maka kamipun mengekor dari belakang. Berhenti di satu titik, lengkap dengan kayu-kayu yang hangus akibat terbakar. Ada beberapa tentara lainnya di lokasi, kemudian mereka mengangkat sisa-sisa kayu yang ada.

    Sesuatu tertancap di tanah, tersingkap setelah beberapa sisa hangus disingkirkan.

    Plasma langsung berlari ---disusul kami bertiga---, lalu mengambil benda itu, yang berbentuk silinder tipis dengan panjang kira-kira 2 jengkal. Warnanya abu-abu, sepertinya dari logam. Ada empat plat logam tipis sepanjang kelingking mencuat di bagian atas silinder, berputar perlahan seperti kincir. Sumbu putarnya sesekali berkedip dengan cahaya hijau.

    “Itu…apa?”, tanya Raqia.

    “Jadi ini alasannya mereka tidak menyerbu Tzayad…mereka sedang menandai kota anda dan sekitarnya, Yang Mulia!!”

    “Ditandai? Untuk apa?”, tanya Kanaphiel.

    “Sebelumnya saya ingin tanya, sudah berapa kali penyerbuan semacam ini terjadi?”

    “Baru empat kali dalam dua puluh satu tahun terakhir. Lokasinya pun berbeda-beda.”

    “Tidak salah lagi. Quantum Transmitter ini memang digunakan untuk menandai lokasi Tzayad. Kemungkinan besar untuk diserang…”

    “Tapi untuk apa? Bukankah Tzayad sudah pasti diketahui oleh mereka?”, tanyaku.

    “Kalau begitu…transmitter ini mengirimkan posisi Tzayad pada sesuatu yang belum mengetahuinya. Dan satu-satunya kemungkinan adalah…”



    Mendadak Plasma memandang ke atas, ke langit luas dengan lautan bintang. Jangan bilang kalau…

    “DI ATAS SANA?!”, kami bertiga berseru bersamaan. Kaget.

    “Ada satu produk Divine Technology di luar angkasa sana, di orbit Bumi. Kemampuannya adalah menembakkan Divine Energy beam yang sangat besar, jauh lebih besar dibanding Luminary Blast. Senjata itu baru pernah digunakan tiga kali, kemudian tidak lagi karena dirasa terlalu mengerikan.”

    “Kalau begitu kita harus ke sana!!”, Raqia terdengar panik.

    “Baiklah. Namun…aku mau tanya satu hal, apakah kamu sudah mengerti pelajaran tadi?”

    “He? Apa…hubungannya?” Kembali, leher sedikit miring ke kanan.

    “Aku tidak bisa ke atas sana sebelum teman baru kita muncul.”

    “Yap, aku sudah mengerti.”, Raqia mengangguk dua kali.

    Seperti biasa, Biblos Gnostikos tiba-tiba muncul. Yang diisi cukup banyak, mungkin karena yang dipelajari kali ini mengungkap rahasia dari Divine Technology. Tapi, baru saja ingin kupungut…



    “Hai!!”

    Mendadak tubuhku kaku. Wajah Raqia dan Kanaphiel juga nampak suram. Tebak siapa yang bicara…?

    Biblos Gnostikos.

    “Hai, hai, hai, hai, haaaaiii!!”, dia berputar-putar beberapa kali. “Salam kenal, namaku Biblos Gnostikos. Panggil Biblos saja. Senang bisa berkenalan…!!”

    Suaranya terdengar amat sangat riang. Perempuan. Suara loli…argh. SIAPA SIH YANG MENCIPTAKANNYA?! Aku? Ah mustahil!!

    “Hanya tersisa satu layer data untuk mengakses artificial intelligence Biblos sebelum penjelasan mengenai hukum termodinamika tadi. Dan sekarang…ini dia, yang siap menjadi asistenku agar kita bisa terbang ke luar angkasa sana.”

    “Kita terbang? Kita ke luar angkasaaaa…??!!”, beberapa kali dia mengitari Plasma dengan cepat.

    Plasma meraih Biblos dengan kasar. “DIAM DAN TENANGLAH!! Setelah ini bantu aku untuk mengubrak-abrik sistem data pada Baikonur Cosmodrome, beberapa ratus kilometer dari sini!!”, kemudian ditinjunya Biblos.

    Astaga. Baru kali ini aku melihat Plasma marah-marah…

    “Uuuu~ Sakit tahu…”

    Buku bisa merasakan sakit?!

    Plasma menghela nafas panjang. “Maaf, maaf. Sekarang, masih ingat aku atau tidak? Data namaku yang sebenarnya hilang, jadi kupikir kamu masih menyimpannya.”

    “Sebentar yaaa…mmm…err… Yay!! Tidak ada!! Jadi, siapa namamu?”

    “Hilang juga ternyata…ya sudahlah. Panggil saja aku Plasma.”

    “Hooo!! Plasma ya?”, kemudian dia terbang ke arah kami. “Kalau yang tiga itu siapa, siapa, dan siapa?”

    Kanaphiel memperkenalkan diri dengan tenang, sementara aku agak ragu-ragu karena efek terkejut yang masih tersisa. Sementara Raqia…

    Dia tersenyum lebar. “Namaku Raqia Gibboreth. Panggil saja Raqia.”

    “Hooo!! Raqia? Nama yang bagusss…!! Kamu juga nampak cantik dan menggemaskan…”

    ‘Nampak’. Sebuah kata yang keluar dari buku tak bermata. Ironis sekali…

    “Ahaha…terima kasih banyak, Biblos.”

    Ajaib, keduanya langsung akrab. Buku itupun didekap oleh Raqia.

    “Jadi…besok kita ke luar angkasa sana?”, tanya Raqia.

    “Uh-huh. Pagi-pagi kalau bisa. Hanya itu satu-satunya jalan untuk menghentikan Divine Technology itu agar tidak bisa dimanfaatkan oleh mereka.”



    Ke luar angkasa…wow. Suatu hal yang tidak pernah kubayangkan. Mungkin pernah kulakukan lebih dari 2000 tahun yang lalu, namun tidak selama 21 tahun terakhir. Tapi kali ini bukan untuk bersenang-senang ataupun berwisata, melainkan menyelamatkan sekitar 7 juta jiwa penduduk Tzayad yang berada di bawah ancaman…

    …Golden Arrow.

    Itulah nama Divine Technology tersebut.


    ==================================

    Spoiler untuk Trivia :

    • Tumen adalah satuan pasukan berjumlah 10.000 unit, digunakan oleh pasukan Mongol pada abad ke-13.
      Orang-orang Mongol di masa itu melakukan pengelompokan pasukan tiap kelipatan 10.
      Mulai dari 10 (Aravt), 100 (Zuut), 1.000 (Myangat), barulah 10.000 (Tumen).
      Tiap tumen dikepalai 1 orang khusus.
    • Flanking strategy yg digambarkan di cerita sering sekali digunakan oleh pasukan Mongol pada masa itu. (dipecah menurut tumen atau satuan-satuan di bawahnya, baru disebar ke tiap sisi)
    • Gok Ordu dan seruan "Gok Turkughur Khagan!!" berasal dari rumpun bahasa Turki.
      Artinya ya itu, dah ada di cerita kan?
    • Turkughur adalah portmanteau dari Turki + Uyghur
    • Baikonur Cosmodrome adalah fasilitas peluncuran luar angkasa yang bener" ada.

    Last edited by LunarCrusade; 17-11-12 at 19:45.


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  15. #89
    MelonMelon's Avatar
    Join Date
    Dec 2011
    Location
    Melon's Farm
    Posts
    3,010
    Points
    27,268.78
    Thanks: 73 / 47 / 33

    Default

    pose menggemaskan Raqia muncul lagi. Kali ini ditambah jari telunjuk kanan ditaruh di bibirnya yang kecil itu.
    pose alay poto

    engg...energi, kalor... Fisika SMP. yang dilanjut sampe bahan yang gue ga ngerti sama sekali...entropi? ah, lupain.

    OHHH! akirnya bener2 pestol yang keluar terus 3 Tumen? kalo inget cerita masa2 perang Mongol jumlah segitu itu udah lumayan perang gede. gahar sih emang.

    biblos gnostikos munculnya rada lama ya, ga sesaat pas si Raqia tau hal baru..? terus... suara loli? APA-APAAN!? jumlah loli di cerita ini nambah lagi

    eniwei, gue ngerasa ada yang janggal sama proses chapter ini. pertama, pasukan Kanaphiel boleh ganas, tapi elilim selemah itukah? kok rasanya kemaren2 ini elilim aja kayaknya agak lebih berbobot dibanding yang ini. kurang gizi kah?
    kedua, si biblos yang muncul itu kesannya kayak orang ga dikenal ngetok pintu rumah gue terus masuk ngobrak ngabrik seenak jidat. well, itu emang bukan(?) orang sih. tapi kelakuannya itu berasa janggal aja buat gue.

    eniwei kedua, keluar angkasa? gue jadi inget metal slug yang keluar angkasa lawan monster ubur2. hmm...

    FACEBOOK | TWITTER | Melon's Blog
    I am a melon - MelonMelon

  16. #90
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by MelonMelon View Post
    pose alay poto

    engg...energi, kalor... Fisika SMP. yang dilanjut sampe bahan yang gue ga ngerti sama sekali...entropi? ah, lupain.

    OHHH! akirnya bener2 pestol yang keluar terus 3 Tumen? kalo inget cerita masa2 perang Mongol jumlah segitu itu udah lumayan perang gede. gahar sih emang.

    biblos gnostikos munculnya rada lama ya, ga sesaat pas si Raqia tau hal baru..? terus... suara loli? APA-APAAN!? jumlah loli di cerita ini nambah lagi

    eniwei, gue ngerasa ada yang janggal sama proses chapter ini. pertama, pasukan Kanaphiel boleh ganas, tapi elilim selemah itukah? kok rasanya kemaren2 ini elilim aja kayaknya agak lebih berbobot dibanding yang ini. kurang gizi kah?
    kedua, si biblos yang muncul itu kesannya kayak orang ga dikenal ngetok pintu rumah gue terus masuk ngobrak ngabrik seenak jidat. well, itu emang bukan(?) orang sih. tapi kelakuannya itu berasa janggal aja buat gue.

    eniwei kedua, keluar angkasa? gue jadi inget metal slug yang keluar angkasa lawan monster ubur2. hmm...
    Spoiler untuk duar :

    WKOAEKOASKOAKA ALAY KURANG AJAR LOEEEE

    Intinya sih gini,
    Panas itu merupakan bentuk "sampah" yang gak bisa didaur ulang ketika misal, lu lari", lu jungkir balik, di mesin mobil, pesawat terbang, dst.
    Nah, kenaikan energi kalor yg kebuang ke udara tiap satuan suhu nya itulah yg namanya entropi
    Entropi ini gak bisa dimanfaatin, KECUALI sama Entropic Thermo-Revolver.

    Yoi banyak,
    tapi karena di sini manusianya banyak terkonsentrasi, jadi perang terbuka sebanyak itu ya rasanya kecil" aja pasti alibi aja sih sebenernya, gw ngerasa kalo yg dikirim dikit itu gak asik, apalagi penduduk Tzayad 7 juta...sempet kepikir juga loh gw keluarin seenggaknya 2 juta orang


    Jadi AI nya si Biblos baru kebuka setelah Raqia ngerti ttg dua hukum termodinamik ini...gitu (Plasma yg kasih tau toh)


    Gw kasih 2 kemungkinan kenapa Elilim-class di chapter ini kesannya "memble", tebak yang mana:
    1. Mereka sengaja, karena ada sesuatu di balik pengiriman sinyal buat: nyari lokasi Golden Arrow/ngasih tau koordinat Tzayad ke Golden Arrow.
    2. Gara" orang Turkughur yang ngewarisin fierceness dan napsu haus darahnya nenek moyang mereka (orang" Uyghur dulu banyak jadi administrator di pasukannya Gengis Khan)

    Bisa cuma bener salah 1, bisa bener 2-2nya.
    Hayo


    Gw butuh chara comic relief yg unyu" sih...makanya sengaja gw bikin Biblos Gnostikos kek gitu
    Aslinya nggak loh, calm nature juga kek Plasma
    Tapi yg namanya di satu party, ga ada yg cerewet nyaring (kalo Raqia kan cerewet + gaplok maennya), rasanya gak cocok.
    Ya sudah deh



    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

Page 6 of 14 FirstFirst ... 2345678910 ... LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •