Page 7 of 14 FirstFirst ... 34567891011 ... LastLast
Results 91 to 105 of 200
http://idgs.in/569960
  1. #91
    MelonMelon's Avatar
    Join Date
    Dec 2011
    Location
    Melon's Farm
    Posts
    3,010
    Points
    27,268.78
    Thanks: 73 / 47 / 33

    Default

    yes. sebenernya ga perlu lu jelasin dua kalipun gue udah ngerti. thanks to penjelasan yang detail di tehilim 20. kebetulan materi yang itu gue baca soalnya lagi gaada kerjaan. woakwokaowkoakwokaowk

    Spoiler untuk ads :
    nah, kemungkinan pertama itu kepikiran sejak ketemu benda aneh yang konon katanya pemanvcar sinyal itu. gue langsung mikir...ah ini dekor... tapi entah juga ya.


    emang gahar.

    FACEBOOK | TWITTER | Melon's Blog
    I am a melon - MelonMelon

  2. Hot Ad
  3. #92
    -Pierrot-'s Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    CAGE
    Posts
    2,600
    Points
    15,814.97
    Thanks: 44 / 119 / 91

    Default

    jadi bersama dengan chapter ini, eilim jadi terkesan kayak minion gak berarti di film power ranger. Puluhan ribu di bantai, si raqia sama Kana kerasa kayak abis ngerontokin mainan aja

    Itu pas biblos (yang katanya suara LoLi, kepribadiannya juga kayak LoLo, eh) dijitak sama Plasma,
    terus langsung kesakitan, & teriak "uuu..~" gitu.. jadi kebayang Rikka lagi

    jangan2 nanti biblosnya bisa berubah jadi LoLik beneran kalo uda keisi banyak

  4. #93
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    kalo Biblos penuh jadi loli...

    IDE BAGUS !! BRILIAN !! CEMERLANG !!

    ...

    ...

    ...

    ...

    ...

    ...

    ...

    ...

    ...

    ...

    ...

    ...

    ...

    ...

    ...

    ...

    ...

    ...

    ...

    YA ENGGAK LAH DODOL...

    gilak loli nya udah berlimpah layaknya berkat yang turun dari surga gitu, masa mau ditambah lagi di party utama
    lagian gw masih akan nambah 1-2 loli lagi, anggotanya Indagator


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  5. #94

    Join Date
    Oct 2010
    Posts
    88
    Points
    42.40
    Thanks: 4 / 3 / 3

    Default

    baru selesai baca tehilim 20 dan...

    MANTAP!

    ditunggu kelanjutannya...

  6. #95
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    tolong install abjad Cyrillic di komputer anda

    Spoiler untuk Tehillim 21 :


    ================================================== ==
    Tehillim 21: Golden Arrow Part III || Equal Heat, Zero Temperature
    ================================================== ==





    “Jadi ini yang kalian maksud sebagai Baikonur Cosmodrome? Kupikir ini hanya tugu peringatan masa lalu…jadinya tidak pernah kuperintahkan untuk diruntuhkan.”, tanya Kanaphiel. Kami baru saja mendarat di dekat lokasi yang dimaksud Plasma.

    “Sayangnya bukan, Yang Mulia. Orang-orang di masa lalu selalu menggunakan tempat-tempat semacam ini untuk pergi ke luar angkasa. Saya belum melakukan pemeriksaan lagi secara global, sehingga saya tidak tahu apakah ada lagi tempat seperti ini di lokasi-lokasi lain di dunia.”

    Berhubung di sekitar sini ada para penggembala dengan hewan-hewan ternaknya yang cukup banyak, maka tugas pertama adalah: menyingkirkan mereka semua. Untunglah tidak begitu sulit, apalagi bersama Kanaphiel dan Raqia lengkap dengan keenam sayap. “Siapa sih yang ingin sakit jantung mendadak karena berada terlalu dekat dengan tempat peluncuran?”, begitulah kata Plasma.

    Sulit untuk menggambarkan tempat ini secara detail, namun yang jelas kudapati konstruksi-konstruksi logam yang dipasang dengan kemiringan tertentu di beberapa titik, agak berjauhan. Beberapa bangunan lain juga tersebar di lokasi peluncuran ini, entah apa fungsinya. Plasma dan Biblos berpencar, kemudian memasuki sekitar 10 bangunan dengan cepat. Memeriksanya, mungkin? Satu hal yang dikatakan Plasma, bangunan besar yang akan kami masuki bersama-sama nanti adalah pusat kontrolnya.

    “Ayo masuk masuk masuuukkk…!! Semuanya sudah diperbaiki, masih ada yang bisa menyalaaa…”, Biblos melesat lebih dahulu, menuju sebuah bangunan besar berbentuk balok, bertembok abu-abu.



    Gerbang besar bangunan pusat kontrol pun dapat dibuka oleh Plasma dan Biblos setelah mengutak-atik panel di sebelah kanan pintu. Kami memasuki beberapa pintu lagi, lalu sampailah di sebuah ruangan besar yang lengkap dengan debu, sarang laba-laba, dan beberapa kawat panjang ---Biblos menyebutnya kabel--- yang menggantung. Buku hidup itupun memperbaikinya, membuatnya tersambung kembali setelah membuka dan bersinar sesaat.

    Tidak hanya itu, kudapati benda-benda menyerupai meja yang memiliki tombol-tombol bening dan beberapa layar di atasnya, berdiri di beberapa titik. Semuanya itu diatur menghadap ke satu arah yang sama. Tentu saja dengan kondisi yang sama kotornya.

    Kedua makhluk buatan itu menuju ke salah satu meja paling depan. Plasma mengusap sebentar permukaannya, lalu menekan sesuatu. Dan…

    Muncul sebuah layar besar di depan. Ternyata semua meja-meja itu diarahkan agar menghadap ke arah layar itu.

    “Bagus. Masih berfungsi.”, ujar Plasma, terdengar lega.

    Добро пожаловать на космодроме Байконур

    Begitulah kira-kira guratan-guratan garis yang muncul di layar besar itu saat menyala pertama kali. Pada layar ada juga sebuah emblem yang berputar perlahan secara vertikal sebagai latar belakangnya, pastilah simbol tempat ini. Mungkin karena ekspresiku yang, lagi-lagi, keheranan melihat tulisan itu, Plasma pun memberitahu kalau artinya adalah “Welcome to Baikonur Cosmodrome”.

    Plasma berkata, “Untunglah kerusakan tempat ini tidak begitu parah. Setidaknya masih ada satu launch pad yang bisa digunakan.”

    “Yap yap yap!! Seluruh sistem launch pad LC satu masih bisa diaktifkan meski harus agak dipaksaaaa….”, lagi-lagi Biblos berputar-putar.

    Well, sekarang bantu aku untuk melakukan hacking data fisik launch pad dan semua log modul luar angkasa yang pernah dikirim dari situ. Mau tidak mau Sonic Glider harus menyesuaikan ukuran dengan launch pad nya.”

    “Okeee….bereeesss…”

    Dari ujung jari jemari tangan kanan Plasma keluarlah kabel-kabel, bergerak sendiri ke beberapa titik di atas dan belakang meja terdekat. Sementara itu Biblos membuka dirinya, kemudian keluar berbagai macam huruf, angka, serta simbol berwarna hijau yang tersusun dalam baris-baris, memasuki beberapa meja sekaligus. Semua lampu dan layar pada meja-meja yang ada langsung menyala. Entah teknologi macam apa ini…

    Sementara kedua partnerku itu sibuk, Raqia hanya bisa kebingungan. Kanaphiel? Santai-santai saja duduk di lantai setelah mengibaskan debunya. Karena penasaran, aku memutuskan untuk melihat-lihat apa saja yang menyala dan tetera di layar-layar yang ada.

    Cukup membingungkan, karena pada hampir semua layar muncul angka-angka, garis-garis, bentuk lingkaran yang dibagi-bagi, dan juga balok-balok dengan beda ketinggian. Ada juga beberapa yang layarnya terbagi atas kotak-kotak kecil yang sama ukurannya, lalu mulai melakukan sesuatu yang sepertinya berhubungan dengan matematika ---mungkin hitungan yang sangat rumit---.

    “Baiklah, selesai.”, begitulah yang diucapkan Plasma ketika aku masih berkeliling di ruangan ini.

    “Sudah?”, tanya Raqia.

    “Uh-huh, sudah. Posisi Golden Arrow juga sudah kuketahui. Kita bisa berangkat sekarang. Kamu dan Yang Mulia Kanaphiel harus mengaktifkan mode Archangel agar dapat tetap bernafas di luar angkasa.”

    “Oh…jadi nanti suasananya akan mirip di ruangan besar di istana Maoriel itu?”, tanyanya lagi.

    “Yap, benar. Tidak ada gravitasi, tidak ada udara. Sementara kamu, Da’ath…” Plasma menengok ke arah buku melayang tersebut. “Biblos, bisa kamu buatkan pakaian astronot untuknya?”

    “Hmm…dicek dulu ya programnyaaa… oke, siap dijalankaaannn…”

    Biblos terbang mengitari tubuhku mulai dari ujung kaki hingga kepala. Awalnya ada cahaya yang menyelimuti. Setelah beberapa lama…

    “Pakaian macam apa ini…”

    Sulit kugambarkan dengan bahasa yang kumengerti. Intinya, di kepalaku terpasang helm agak bulat dari bahan entah apa, memiliki kaca depan biru yang tembus pandang. Di sekujur tubuhku tertempel pakaian yang cukup ketat berwarna perak, dengan beberapa bagian ---entah logam, entah bukan--- terpasang di bahu, punggung telapak tangan, pinggang, lutut, serta kaki. Ada juga kotak tipis seperti tas ransel berwarna abu-abu yang menempel di punggung.

    “Kepalamu seperti dipasangi akuarium saja.”, komentar Raqia.

    “Bah, akuarium… hei Biblos, pakaian macam apa ini?”

    “Itu agar tubuhmu tetap terlindungi saat meluncur dan di luar angkasa nantiiii… helm itu juga berfungsi agar kamu tetap bisa bernafas dengan lancar. Setidaknya jauh lebih nyaman dipakai dibanding model kuno yang tebal dan besar. Yah, meski tetap jelek dilihat sih…hihihi…”

    Plasma menambahkan, “Uh-huh. Kamu butuh pakaian itu. Ingat, di luar angkasa sana tidak ada udara dengan tekanan yang sama seperti di Bumi. Kalau kamu tidak mengenakan pakaian pelindung itu, tubuhmu akan hancur berantakan. Penyebabnya adalah tekanan darahmu sendiri yang menekan keluar karena tidak ada tekanan udara seimbang yang melawannya.”

    “W-Whoa…mengerikan sekali. Tapi suaraku masih jelas terdengar kan meski ada helm ini?”, kutunjuk kaca helm.

    “Masih. Baiklah, kita tidak bisa buang-buang waktu. Kita keluar sekarang.”

    Plasma berjalan di depan dengan Biblos di kirinya, diikuti kami bertiga. Launch pad LC-1, itulah yang akan digunakan.

    Plasma mengatakan kalau sistem peluncuran di jamannya jauh lebih praktis dan mudah. Kira-kira sekitar 100 hingga 50 tahun sebelum era Plasma, peluncuran ke luar angkasa selalu dilakukan dengan menara-menara logam yang besar dengan mesin roket besar berkekuatan tinggi. Sangat tidak efisien dan buang-buang biaya serta bahan bakar. Namun tidak dengan sekarang. Launch pad itu akan melontarkan Sonic Glider hingga puluhan kilometer ke udara dengan kecepatan amat tinggi layaknya ketapel, barulah Plasma akan menyalakan mesin pendorongnya setelah ketinggian tertentu. Entah bagaimana mekanismenya, kurasa belum siap untuk kupahami dengan ilmuku yang masih sekecil biji gandum ini.



    Di launch pad, Plasma segera naik konstruksi logam panjang dan miring itu. Panjangnya mungkin sekitar 1 kilometer, tiap batangnya begitu tebal. Pastilah untuk menahan beban.

    “Siap-siap yah. Nanti akan ada guncangan sebentar, tapi tidak akan lama.”, ujar Biblos.

    Kedua Archangel itupun bersiap dengan mode tempur dan keenam sayap, lalu naik ke Sonic Glider yang bentuk dan ukurannya berbeda. Sudut-sudutnya nampak lebih mulus, ukurannya lebih besar, kacanya juga terlihat lebih tebal. Sebuah tangga muncul dari sampingnya, kemudian aku naik dari situ. Kali ini Sonic Glider memiliki 3 jok. Raqia ---sudah pasti--- duduk di paling depan, sementara Kanaphiel mengambil tempat paling belakang.

    Begitu kuambil tempat duduk, sabuk pengamannya digantikan dengan sesuatu yang kaku, menutup bagian dada dan perutku. Sambungannya ada di dekat kedua pundak. Bentuknya agak berbeda untuk Raqia dan Kanaphiel karena adanya keenam sayap mereka. Kakiku juga diikat oleh sesuatu, entah apa itu karena sudah sulit untuk menunduk.

    “Oke…persiapan selesai. Pengaman sudah benar-benar kencang.”

    Oh, layar yang biasa ada di Sonic Glider ternyata masih ada.

    Biblospun masuk, kaca pengaman ditutup. Kali ini ada lapisan logam yang menutupi kaca bagian luar yang tebal. Oh, tidak hanya itu. Karena kudengar bunyi lagi setelah lapisan pertama menutup sempurna, aku berkesimpulan kalau ada satu lapisan pelindung lagi di atasnya.

    “Baiklaaahh…semuanya sudah siaaapp…”, ujar Biblos. Kemudian dia masuk ke sebuah celah seukuran dirinya yang ada di sebelah kanan layar. Celah itu menutup setelah dia masuk.

    “Requesting permission to launch. Gaining access to Hyper Launch Enforcement Administration system…”

    Beberapa lampu di dekat layar menyala, kemiringan benda ini juga bertambah, mungkin hingga 45 derajat.

    “Attempt succesful. Prepare to launch in three…”

    Muncul angka ‘3’ di layar.

    “…two…”

    Angkanya berkurang.

    “…one…”

    Lagi.

    “…and…lift-off!!!!”

    Nol.


    “WHOOOOAAAAAAAAAAAAAAAA…!!!!!!!”


    Guncangan yang amat keras terasa oleh tubuhku. Meski sudah dipasangi pakaian pelindung, namun tekanan yang amat kuat begitu mencengkeram, tepat sesaat setelah Sonic Glider dilempar dengan kecepatan yang luar biasa. Selama beberapa waktu aku hanya berusaha keras menahan rasa tertekan di sekujur tubuh, bahkan sesekali terpikir ‘apakah aku akan mati…?’.

    Namun semua itu terbayar setelah Sonic Glider melambat, saat Plasma menyalakan sesuatu yang disebut nozzle yang berada di moncong kendaraan ini, agar gaya gerak ke depan dapat dikurangi. Dua lapisan logam itupun dibuka…



    Wow.



    Di kiriku, aku bisa melihat…Bumi. Ya, Bumi. Begitu cantik dengan permukaan birunya, dihiasi warna hijau dan awan putih tipis. Tidak kusangka kalau aku dapat melihat dari luar angkasa tempat yang selama ini kupijak. Pepohonan, semak, dan rerumputan…semuanya menyatu dalam warna hijau yang seragam.

    Pemandangan di sebelah kanan lebih luar biasa. Paparan hitam yang luas dihiasi bintang-bintang yang tidak terhitung jumlahnya, jauh lebih banyak dibanding langit malam. Mereka juga terlihat begitu jauh. Ternyata bintang-bintang punya warna yang berbeda, yang sulit untuk dibedakan ketika dilihat dari Bumi. Ada yang kemerahan, jingga, putih, bahkan biru pucat. Dapat juga kulihat Bulan, sedikit lebih besar dibanding yang sering kulihat setiap malamnya.

    Ini terlalu luar biasa. Melihat semuanya itu, hatiku berkata kalau aku hanyalah sebutir debu dibanding alam semesta ciptaan-Nya yang begitu luas. Baru kali ini aku merasa begitu kecil dan tak berarti…

    “Bagaimana?”, tanya Plasma. Suaranya terdengar dari sisi kiri dan kanan helm kaca ini.

    “Aku…tidak tahu harus bicara apa. Menakjubkan. Begitu indah. Aku nyaris tidak percaya kalau aku pernah melakukan perjalanan yang sama sebelumnya…”

    “Hahaha…pakailah kesempatan ini untuk menikmati keindahannya sepuas mungkin, karena Golden Arrow tinggal satu jam dari sini dengan kecepatan seperti sekarang.”

    “Uh…huh…”, jawabku pelan, terus memperhatikan ke luar kaca.

    Dua Archangel di depan dan belakangku tidak berkomentar apapun, mungkin sama tertegunnya dengan diriku.

    Tak bosan-bosannya kutatap Bumi dan taburan bintang secara berganti-gantian. Di lokasi yang memiliki pemandangan luar biasa seperti ini…aku merasa kecewa kalau ternyata ada senjata penghancur yang dibangun. Sangat tidak cocok. Aku jadi berpikir, sehebat apakah perang waktu itu sehingga harus dibuat suatu senjata di luar angkasa? Apa agar pasukanku ---yang belum juga bisa kuingat--- dapat melakukan serangan dengan lebih mudah? Atau ada alasan lainnya…?



    Itu dia, sang Golden Arrow.

    Bentuknya sudah terlihat jelas, suatu kubah besar dan balok panjang mencuat di salah satu sisinya. Semuanya berwarna putih, ditambah garis-garis abu-abu, emas, dan perak yang terpahat di sisi-sisinya. Ukurannya ternyata jauh lebih besar dari Sonic Glider, berpuluh-puluh kali lipatnya. Kupikir akan sangat berbahaya jika benda ini jatuh dan menimpa kota tertentu.

    Timbul pertanyaan di kepalaku. Kenapa…warnanya malah dominan putih ya?

    Sonic Glider terbang ke bagian ujung balok, berlawanan dengan kubah. Hmm, ada pintu otomatis yang besar di situ. Nozzle di beberapa sisi pun beberapa kali menyala agar benda ini benar-benar berhenti.

    “Biblos, keluarlah dan buka pintunya.”, ujar Plasma.

    “Roger roger rogeeeerrrr…!!!!”

    Lubang seukuran Biblos terbentuk di bagian atas moncong, kemudian buku itu terbang melayang ke sebelah kiri pintu. Membuka sebentar, bersinar, mengeluarkan deretan huruf-angka-simbol berwarna hijau ke panel di depannya. Pintu besar itupun membuka, lalu si buku cerewet itu kembali ke dalam Sonic Glider.

    Roket pendorong di belakang dinyalakan sesaat dan…akhirnya, masuk ke dalam Golden Arrow. Cara berhentinya cukup kasar karena Sonic Glider harus menumbuk sesuatu di depannya. Begitu menabraknya, muncul batang-batang logam berbentuk huruf P, menjepit Sonic Glider di moncong dan bagian belakang. Pastilah untuk menahannya agar tetap di tempat.

    Ternyata…sulit juga untuk bergerak di kondisi tanpa gravitasi seperti ini. Gerakan apapun yang kulakukan sepertinya percuma. Mau maju, malah ke atas. Mau mundur, malah ke kiri. Terlalu kacau. Akupun menyerah dan akhirnya hanya melayang-layang di atas Sonic Glider selama beberapa saat.

    “Hahaha…ada apa, Da’ath? Sulitkah?”, tanya Plasma setelah berubah kembali menjadi manusia kaleng.

    “Uh-huh…”

    “Kamu lihat pegangan logam itu?”, Plasma menunjuk silinder logam yang terpasang di tembok yang agak rendah di bawah sana, terus hingga ke dalam. “Orang-orang selalu memegangi handrail itu untuk dapat berjalan di seluruh konstruksi ini.”

    “Kenapa baru bilang…”

    “Sabar sebentar. Aku sudah meminta Biblos untuk mengaktifkan sirkuit oxygen circulator untuk mengisi seluruh Golden Arrow dengan udara. Setelah itu barulah kamu bisa meluncur ke bawah. Cukup melakukan gerakan seperti sedang berenang.”

    “Uh? Kenapa begitu?”

    “Ingat, tempat ini hampa udara sekarang. Tidak ada satupun yang bisa didorong ke belakang agar kamu bisa maju dengan benar. Aku yakin kamu belum lupa hukum Newton ketiga.”

    Ah…aku mengerti. Jika ada udara yang didorong dengan gaya aksi dari tanganku, maka sebagai reaksinya tubuhku akan bergerak maju. Masuk akal.

    Sisa lampu di tempat ini mendadak menyala, mungkin perbuatan Biblos. Begitu sosoknya nampak, Plasma berkata, “Kamu boleh melepas helmnya.”

    Maka kulepas akuarium berkaca biru yang menempel di kepalaku. “HAAAAAHHH…leganyaaa…” Kemudian kulakukan seperti yang diberitahu Plasma tadi, agar bisa memegang handrail.

    “Keringatmu banyak sekali sih.”, sahut Raqia, yang sejak tadi sudah menunggu di bawah.

    “Begitulah…pengap juga helm ini.”, kulepas helm itu begitu saja dari genggaman.

    “Baiklah, sekarang kita harus memeriksa ruang kontrolnya. Mudah-mudahan saja tidak ada yang melakukan hacking…”

    Plasma berjalan di depan kami, dengan Biblos di samping kirinya. Kami bertiga hanya mengikuti sambil memegang handrail, takut tersesat di konstruksi yang luar biasa besar ini. Sambil berjalan, kuperhatikan kiri dan kananku. Ternyata tembok beserta pintu-pintu yang ada masih berada dalam kondisi baik. Hebat juga, meski ditinggal selama 2000 tahun, tidak ada kerusakan berarti. Paling-paling hanya beberapa tombol panel yang lepas.

    Beberapa lama kami hanya berjalan terus…terus…terus…hingga sampailah pada ---lagi-lagi--- sebuah pintu otomatis. Kali ini cukup kecil, hanya dua atau tiga jengkal lebih tinggi dari Plasma. Biblos melakukan hal yang sama seperti saat membuka pintu parkir tadi, kemudian meminta ijin masuk terlebih dulu untuk menyalakan lampu ruangan.

    “Whoa…”, aku dan kedua Archangel ini hanya bisa menghela nafas. Penyebabnya hanya satu: isi ruangan yang tidak biasa. Mirip dengan apa yang ada di Baikonur Cosmodrome, penuh meja dan layar aneh. Bentuk ruang kontrol ini bertingkat-tingkat ke bawah.

    Ah…tidak, tidak. Aku merasa tidak begitu asing dengan ruangan ini. Memang aku tidak bisa menyebutkan satu persatu apa saja kegunaan benda-benda aneh yang ada di sini, namun hatiku berkata kalau aku pernah berada di sini. Kakiku menyisir seluruh ruangan yang bertembok dan berlantai putih bersih ini sambil berpegangan pada handrail, dan…akhirnya, ada sesuatu yang benar-benar kuketahui karena ada suara di dalam kepalaku.

    Tombol.

    Uh-huh, sebuah tombol, berada di meja tengah. Berbentuk persegi, berwarna merah dan bening. Ada sebuah tutup transparan di atasnya, lalu kubuka tutup itu.

    Plasma berseru, “Hei, jangan disentuh!!!!”

    “Tenang, Plasma. Aku tahu fungsi tombolnya. Ini…untuk menembakkan sesuatu dari Golden Arrow, benar? Aku hanya ingin meyakinkan saja dengan membuka tutup transparan ini.”

    “Ah…kamu ingat juga ternyata. Benar, itu untuk menembakkan Golden Beam dari kubah. Dan seperti yang kamu tahu, Divine Technology hanya perlu diisi energi sekali untuk selamanya. Jadi…kupikir benda ini masih bisa menembakkannya.”

    “Oh ya, bolehkah aku melihat ke dalam kubah? Siapa tahu aku bisa ingat lebih banyak.”

    “Baiklah, tapi biarkan kuperiksa dulu keseluruhan sistem. Aku perlu tambahan data keseluruhan Golden Arrow agar lebih lengkap.” Kemudian Plasma mulai menghampiri meja-meja aneh itu.



    Sebentar. Ada yang aneh dari gelagat Kanaphiel…

    Kuhampiri dirinya ---dengan berlagak ‘berenang’, tentunya--- yang hanya berdiri berpegangan pada handrail di belakang ruangan, nampak gusar. “Hei, ada apa?”, tanyaku begitu kuraih handrail di sisi kirinya.

    “Tidak…tidak apa-apa.”

    Kutembak saja langsung. “Pernah kemari juga?”

    “Mmm…sepertinya…”, jawabnya ragu. Matanya nampak sayu, berlawanan dengan sorot matanya selama ini yang selalu tenang dan santai.

    Berdasarkan dari apa yang terjadi pada Deshiel, mimpiku di Chalal, dan cara kerja Divine Technology, aku bisa menyimpulkan kalau sebenarnya semua Archangel adalah manusia normal. Archangel Core-lah yang membuat mereka memiliki kapabilitas jauh di atas manusia biasa. Dan…ada kemungkinan masing-masing mereka punya masa lalu yang tidak mengenakkan. Baru satu yang kuketahui, yaitu Maoriel. Mungkin aku bisa mengorek lebih jauh tentang Kanaphiel kali ini.

    “Hmm…begitu ya. Apa kamu ingat sesuatu?”

    “Saat ini belum. Tapi…dadaku merasa sesak. Hatiku seakan berteriak kalau aku memang pernah berada di sini…”

    Refleks, kutaruh tanganku di kepalanya. “Sudah, tidak perlu dipaksakan kalau memang belum ingat. Aku juga begitu.”

    “Mmm…tanganmu…”, dia melirik ke arah tanganku.

    “Raqia selalu suka jika dielus-elus seperti ini. Membuat dia tenang, begitu katanya. Kurasa kamu butuh terapi semacam ini sesekali.”

    “Ahahah…aku jadi malu…”, dia menggaruk-garuk pipi kanannya.

    Dari atas sini dapat kulihat Raqia dan Biblos yang nampak asyik sendiri, mengelilingi ruangan sembari berhenti di beberapa meja. Kudengar juga Biblos menjelaskan apa saja yang dilihat, meski jelas sekali kulihat wajah Raqia yang kebingungan jika penjelasannya kelewat rumit.

    “Mereka…seperti kakak beradik saja.”, ujar Kanaphiel perlahan.

    “Aku juga tidak mengerti kenapa bisa demikian. Mungkin Biblos adalah partnernya di masa lalu, seperti aku dan Plasma---“

    Tunggu.

    Biblos Gnostikos mendadak muncul saat Tahorah, yang merupakan kemampuan milik Raqia. Biblos harus diisi oleh Raqia. Plasma punya link khusus dengan Biblos, saling mengenal satu sama lain dengan baik, bahkan saling tergantung. Plasma adalah partnerku yang sangat cocok. Biblos adalah partner yang sangat cocok bagi Raqia. Itu artinya…aku punya hubungan khusus dengan Raqia di masa lalu. Apa karena hal itu aku punya perasaan terhadapnya? Tapi…apa…? Apa hubunganku dengannya di masa lalu? Apakah sekedar Crusader-Saint dan Archangel? Sekedar atasan dan bawahan? Lalu kenapa langsung timbul perasaan di hatiku ketika melihatnya untuk pertama kali…?

    “Hei…kenapa berhenti…”

    Tanpa sadar, tanganku sudah beranjak dari atas kepala Archangel bermata jingga itu.

    “Eh? M-Maaf, maaf. Aku hanya berpikir tentang suatu hal. Ternyata kamu suka dielus juga seperti tadi ya?”

    “Mmm…aku merasa…ada yang pernah melakukannya juga. Sudah lama, lama sekali.”, wajahnya agak merah. “Mungkin aku bisa ingat sesuatu kalau kamu melanjutkannya…”



    Namun belum sempat kuteruskan belaian saktiku itu, Plasma memberitahu kalau aku boleh memasuki kubah. Karena hal ini jauh lebih penting, maka akupun mengikuti Plasma yang melayang ke sebuah pintu lainnya, masih di ruangan ini. Katanya, pintu yang ini tersambung ke ruang mesin utama kubah.

    Menyusuri sebuah lorong sambil memegangi handrail, hingga ke sebuah ruangan besar dengan…lagi-lagi pintu otomatis, hanya saja lebih besar dibanding pintu masuk ruang kontrol. Tapi ada yang berbeda. Nampak dua buah silinder kaca merah bertutup logam berdiri di sisi kiri dan kanan pintu, tingginya sedikit lebih pendek dari Raqia.

    “Yang Mulia, boleh saya pinjam Entropic Thermo-Revolvernya?”, tanya Plasma.

    “Oi, oi, kamu tidak akan menembak pintunya kan?”, sahutku ketus.

    “Tentu saja tidak!! Kamu pikir aku cukup gila untuk menghancurkan mesin utama penembak Golden Beam dan membuat Golden Arrow jatuh ke Bumi? Yang benar saja…”

    Kedua senjata putih itupun diberikan pada Plasma. Satu dimasukkan ke atas silinder yang kiri, sementara satu lagi untuk yang kanan. Keduanya dimasukkan dengan laras senjata masuk ke silinder sementara gagangnya tetap berada di luar. Plasma sendiri bersiap pada silinder yang kiri.

    “Yang Mulia, bisa anda pegang senjata yang satunya? Tolong tekan dan tahan pelatuknya jika sudah kuberi aba-aba.”, pinta Plasma. Kanaphiel hanya mengangguk tanpa bicara, kemudian menuju ke silinder satunya. Plasma melanjutkan bicara, “Biblos, bisa kamu aktifkan mode Entropy Normalization pada kedua pistol ini?”

    “Bisa, bisa. Sebentar ya… Requesting access to Entropic Thermo-Revolver. Temporary administrator function achieved. Entropy Normalization, ignition. Nah, sudah.”

    “Oke. Yang Mulia, tekan pelatuknya saat selesai kuhitung mundur. Tiga…dua…satu…sekarang!!”

    Keduanya menekan pelatuk secara bersamaan, terus ditahan hingga silinder beranjak berubah warna menjadi ungu tua.



    *SSSSSHHHHHHHH*



    Perlahan pintu itu terbuka…

    Jauh di depanku nampak benda aneh lainnya. Sebuah silinder logam menjulang tinggi dan berdiameter sangat besar, mungkin lebih besar dari Sonic Glider. Ada pipa-pipa logam, kabel-kabel, dan panel-panel aneh menempel di sekitar silinder tersebut. Oh, ternyata ada kaca bening yang membatasi, sekitar 3 meter dari silinder utama.

    “W-Whoa…apa itu…”, sahut Raqia.

    “Mesin utama penembak Golden Beam.”, jawab Plasma, kemudian dia menuju ke pinggir kaca. “Karena diletakkan di luar angkasa, tidak ada karat atau debu yang bisa membuat sistemnya cacat. Jika Entropic Thermo-Revolver diletakkan di situ…”, dia menunjuk platform putih yang menempel pada kaca, di sebelah kanannya. “...barulah Golden Beam bisa ditembakkan.”

    “Lantas kenapa tadi kamu begitu panik ketika aku mendekat ke tombol merah di ruang tadi?”

    “Tadi aku belum memeriksa keseluruhan Golden Arrow, karena itulah kupikir tidak ada kunci berlapis.”

    “Hmm…begitu ya. Jadi…untuk menembakkan Golden Beam dibutuhkan Entropic Thermo-Revolver yang dimasukkan ke situ, barulah tombol di ruang kontrol tadi berfungsi?”

    “Yap, benar sekali. Kurasa itu masuk akal, agar senjata ini tidak bisa ditembakkan oleh pihak-pihak yang tidak punya aksesnya. Hei…”

    Plasma terdiam sejenak, seakan menyadari sesuatu.

    “Yang Mulia, apa anda---“

    “Sepertinya…iya.”, potong Kanaphiel sebelum Plasma sempat melanjutkan kata-katanya. “Pastilah hanya diriku yang bisa menembakkan benda ini…”, tatapannya berubah lesu.

    Tunggu. Ternyata itu alasannya kenapa warna dasar Divine Technology supermasif ini sama persis dengan Entropic Thermo-Revolver.

    Plasma berkata kalau Golden Arrow hanya sempat ditembakkan tiga kali, lalu tidak lagi karena dirasa terlalu…mengerikan. Sekarang aku mengerti. Perasaannya itu pastilah berasal dari rasa bersalahnya karena pernah menembakkan benda ini lebih dari 2000 tahun yang lalu. Dan jika benar Golden Beam jauh lebih dahsyat dari Luminary Blast, maka…astaga…

    “Kanaphiel.”, kupanggil namanya dengan lembut.

    Dia hanya menengok ke arahku, tidak menjawab. Sepertinya dia ingin menangis…

    “Lupakanlah.”, kembali kutaruh tanganku di atas kepalanya. “Itu sudah lama berlalu. Lagipula…kamu tidak ingat detailnya, benar?”

    “Memang tidak. Tapi…tetap saja…bisa jadi aku telah membunuh ribuan--- tidak, bisa jadi jutaan nyawa dalam tiga kali tembakan. Aku…jauh lebih kejam dibanding Elilim-class atau Nephilim manapun…”

    “Kita menanggung beban yang sama, Kanaphiel. Aku juga merasa kalau tanganku ini pernah membantai banyak nyawa di masa lalu. Dan jika benda ini adalah Divine Technology…maka aku ikut bertanggung jawab atas perbuatanmu waktu itu.”, kulemparkan senyum padanya.

    “Lalu kenapa…kenapa kamu bisa begitu kuat menerima semuanya…”

    “Mudah saja.”, kusilangkan tanganku di depan dada. “Itu karena aku tidak bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki semuanya. Yang bisa kulakukan hanyalah terus berbuat sesuatu untuk menebusnya, melakukan sesuatu yang jauh lebih baik di masa depan.”

    “Ternyata…kamu memang cocok menjadi Crusader-Saint.”, dia tersenyum.



    Mendadak aku mendapati cahaya yang bersinar dengan terang, seakan ada…

    “HEI!! Aku melewatkan sesuatu ya?!”, seruku pada Raqia dan Biblos, yang sedang asyik sendiri di sisi ruangan yang cukup jauh. Merekapun menghampiri kami berdua.

    “Ohohooo…benar sekali!! Raqia, kali ini giliranmu menjelaskan pada Da’ath.”, Biblos membenturkan pelan dirinya ke badan Raqia.

    Sambil tersenyum bangga, Raqia mulai membuka mulutnya. Bah…sekarang malah terbalik begini…

    “Ehem!!”, dia berlagak batuk. “Wahai muridku Da’ath---“

    *DHUAGGGHHH* Kujitak kepalanya.

    “Tidak usah sombong begitu!!”

    Kedua tangannya memegangi kepala. “Uuuhh…kenapa sih kepalaku terus menerus jadi korban?!”

    “Seharusnya tidak masalah dengan kepala batumu itu.”, jawabku santai.

    “Huh!! Kalau begitu tidak akan kuajari!!”, dia membuang muka.

    “Begitu saja sudah marah…tidak seru ah.”

    “Pokoknya tidak mau.”, pipinya mengembung.

    “Masih…”, kutaruh tanganku di kepalanya, trik biasa. “Tidak mau?”

    Satu detik…dua detik…tiga detik…yak, dia menyerah.

    “Aaaaahhh!! Aku kesal kenapa mudah sekali kamu membuatku jadi…uuuhhh…”

    Kukeluarkan nada bicara sedikit menggoda. “Suda~h, katakan saja….”

    “Huh…baiklah.”, pipinya merah total. “Tapi jangan sering-sering memukul begitu ya…aku bisa pusing...”

    Yeah, I’m the winner!! Dia memang lucu dan menggemaskan kalau sudah marah.

    “Iya, maaf kalau terlalu keras.”, kubelai lebih lama di titik jatuhnya tinjuku tadi. “Jadi, apa yang kamu pelajari?”, kuangkat tanganku dari kepalanya.

    “Lebih jauh tentang Entropic Thermo-Revolver, khususnya menyangkut fungsinya sebagai kunci sistem Golden Arrow.”, kata-katanya mulai serius.

    “Hooo…apa ada hubungannya dengan dua silinder di depan tadi?”

    “Nah, benar. Kunci pintu di depan dan kunci mesin penembak Golden Beam ternyata memiliki sistem yang sama, memanfaatkan hukum termodinamika ke nol dan ketiga.”

    Sekarang malah aku yang bingung. “Heh? Nol? Tiga? Jadi masih ada lagi lanjutan yang waktu itu?”

    “Uh-huh, masih ada. Penurunan matematisnya jauh lebih rumit, jadi Biblos memutuskan untuk tidak menjelaskannya. Hanya penjelasan kualitatif kali ini.”

    “Baiklah, lanjutkan.”

    “Langsung saja ya. Kumisalkan ada tiga sistem termodinamik A, B, dan C. Hukum termodinamika ke nol berbunyi, jika sistem A dan B berada dalam kesetimbangan termal dengan sistem C, maka A juga setimbang dengan B.”

    “Kesetimbangan…termal?”

    “Itu artinya suhu sistem yang dimaksud seragam dan tidak berubah seiring waktu. Misalnya ketika kamu menyentuhkan besi panas dan dingin. Suhu besi panas pasti akan turun dan yang dingin akan naik karena adanya perpindahan kalor. Nah, pada satu waktu tertentu, pastilah suhu keduanya akan sama. Dapat kukatakan kalau kedua besi itu berada dalam kesetimbangan termal, dengan syarat kuabaikan perpindahan kalor ke udara.”

    “Ah…ya, ya. Aku paham. Lalu, apa hubungannya dengan kunci Golden Arrow?”

    “Kedua silinder di depan haruslah setimbang secara termal satu sama lain agar pintunya dapat dibuka. Sebenarnya di dalam platform itu juga ada dua silinder yang sama.”, Raqia menunjuk pada benda yang sama yang tadi ditunjuk oleh Plasma.

    “Sebentar. Memangnya Entropic Thermo-Revolver bisa melakukan itu?”

    Kali ini Biblos menyahut, “Itulah kenapaaaa…aku mengaktifkan mode Entropic Normalization.”

    “Bukan itu maksudku. Apakah perubahan entropi pasti berpengaruh pada suhu sistem?”

    “Untuk itulah dimanfaatkan hukum termodinamika ketiga, Da’ath.”, jawab Raqia. “Hukum itu berbunyi, entropi sebuah sistem akan mendekati nilai konstan jika suhunya mendekati nol Kelvin. Oh ya, satuan itu katanya sering digunakan oleh para peneliti di masa lalu untuk mengukur suhu. Pada suhu nol Kelvin, atom-atom, yaitu benda yang amat sangat kecil yang menyusun suatu materi, tidak lagi bergerak.”

    Biblos menambahkan, “Naaah…kalau kamu pikir-pikir, bunyi hukum itu bisa dibalik. Pernyataan Raqia menunjukkan kalau suhu nol mutlak harus dicapai agar entropinya menjadi konstan. Kalau kunci di pintu depan tadi dan mesin ini…entropinya harus dibuat konstan agar suhunya menjadi nol mutlak. Begituuuu…”

    “Jadi, mode Entropic Normalization berfungsi untuk membuat entropi kedua silinder itu bernilai konstan? Apa ada sesuatu yang memiliki suhu nol mutlak di dalam keduanya?”

    “Betul. Lagi-lagi Divine Technology, tipe core.”, Plasma mendadak ikut serta dalam perbincangan, setelah sejak tadi berkeliling di sekitar silinder besar itu. “Absolute Zero, itulah namanya. Tidak ada lagi benda di muka Bumi yang bisa mencapai temperatur nol Kelvin selain benda itu. Seingatku core Absolute Zero diproduksi beberapa buah, namun aku tidak tahu keberadaan sisanya.”

    “Hmm…begitu rupanya. Menarik juga. Tapi dengan begini kita bisa yakin kalau Golden Arrow akan sulit untuk dimanfaatkan pihak luar, karena memerlukan Entropic Thermo-Revolver milik Kanaphiel untuk mengaktifkannya.”, kutaruh tanganku di dagu.

    Plasma dan Raqia mengangguk setuju. Kanaphiel sendiri…hanya tersenyum kecil.

    “Masih terpikir soal tadi?”

    “Iya…sedikit. Tapi jika benar kata-katamu, sepertinya aku bisa tenang.”

    “Bagus.”, Raqia tersenyum bangga. “Kalau begitu saatnya kita pulang dan menyusun strategi untuk menyerang balik domain para Elilim-class itu.”



    “Eeeee…tunggu dulu.”, potong Biblos. “Plasma, apa kamu tidak tahu kalau ada tambahan data?”

    “Tentu saja aku tahu. Kita bisa mengakses data storage yang sama, jadi tidak mungkin aku tidak mengetahui apa yang kamu ketahui jika datanya kucari di situ. Tapi…apa kamu yakin?”

    “Oh ayolaaahh…sebentar saja kok. Siapa tahu kita bisa menemukan hal yang menarik.”

    “Kalian bicara apa sih…?”, tanyaku.

    “Mau tahuuuu?”

    Hanya Plasma dan Biblos yang tidak menunjukkan kebingungan. Keduanyapun keluar diikuti kami bertiga. Kanaphiel sendiri mengambil kembali Entropic Thermo-Revolver saat sudah di depan pintu, lalu pintunya menutup sendiri.

    Sepertinya aku kembali ke struktur berbentuk balok tadi, hanya saja kali ini melewati koridor-koridor yang berbeda. Hingga sampailah di depan pintu otomatis besar lainnya…bah. Orang-orang waktu itu ternyata senang sekali dengan model pintu yang begini.

    Lagi-lagi sebuah benda aneh kujumpai di dalam ruangan. Kali ini bentuknya adalah cincin besar, lebih tepatnya tiga perempat cincin, berdiri tegak. Tingginya mungkin 2 kali lipat tinggi Plasma. Ada juga empat buah benda berbentuk segitiga menempel di kiri atas, kanan atas, kiri bawah, dan kanan bawah cincin. Tak jauh di depan cincin, kulihat sesuatu berbentuk silinder setinggi kira-kira 1 meter, ada beberapa tombol di atasnya.

    Tanpa banyak bicara, Biblos membuka dirinya dan melemparkan deretan huruf-angka-simbol ke arah cincin. Empat segitiga itupun menyala dengan cahaya keperakan. Plasma menekan-nekan tombol di silinder tersebut, lalu muncullah sinar dari keempat segitiga, mengarah ke tengah cincin.

    *SHHHHUUUUUUUUUUUUUU*

    Keseluruhan bagian dalam cincin tiba-tiba diselimuti lapisan berwarna perak, bersinar terang.

    “Da’ath, aktifkan mode Heavenly Saintmu.”

    “Eh? Untuk apa?”

    “Helmmu ditinggal di garasi tempat Sonic Glider mendarat, benar? Setelah ini ada ruangan hampa udara lainnya sehingga kamu harus ditutup sempurna dengan Sacred Armor.” Karena aku tidak tahu menahu apa yang akan terjadi berikutnya, kuturuti saja nasihat Plasma.

    Sambil bersenandung, Biblos memasuki lapisan perak tersebut. Sepertinya dia semangat sekali. Aku jadi penasaran, apa yang ada di balik---



    Ruangan, lagi. Namun jelas sekali ruangannya berbeda total.

    “Plasma, ini di mana…?”

    “Selamat datang di Selenium, ibukota Silvermoon Empire. Kita ada di Bulan.”

    HAAAAAAAAAAAAHHHHHHH???!!! BULAAAANNN???!!!


    =======================================


    Spoiler untuk Trivia :

    • Baikonur Cosmodrome adalah tempat peluncuran nyata yang ada di Kazakhstan.
    • Launch pad LC-1 yang dimaksud sempat digunakan untuk meluncurkan manusia (mbah Yuri Gagarin) pertama kali ke luar angkasa. Di cerita, udah dimodifikasi gede"an.
    • Добро пожаловать на космодроме Байконур = Dobro pozhalovat' na kosmodrome Baykonur

    Last edited by LunarCrusade; 20-02-13 at 14:50.


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  7. #96
    MelonMelon's Avatar
    Join Date
    Dec 2011
    Location
    Melon's Farm
    Posts
    3,010
    Points
    27,268.78
    Thanks: 73 / 47 / 33

    Default

    Anjrit, penjelasan tentang suhu lagi. soal suhu gue cuman ngerti sampe perpindahan kalor, sisanya nyerah.

    dan, Kanaphiel kena puk-puk juga. duh, itu tangan udah menjamah berapa kepala, sih.

    Gak gitu aneh sih ya, chapter ini. Ato tepatnya gue yang nggak sada banyak hal, soalnya gue baca ini sambil cengo... Tapi, Selenium, semacem nama mineral, kalo ga salah. Terus, dari Golden Arrow, ke kota di bulan, dan itu didalam ruangan? gue agak...gak ngeh gimana jadinya sebenernya.

    okelah, lanjutkan~

    FACEBOOK | TWITTER | Melon's Blog
    I am a melon - MelonMelon

  8. #97
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    kalo set hukum termodinamika berhasil di-unlock dapet bonus peta Bulan
    jadi kayak RPG aja...

    ano...curhat dikit ya
    sebenernya gw ini kepengen banget ngelus" kepala cewek
    tapi gara" target di real susah bener buat dipegang kepalanya, ya udah jadi dilampiasin di sini...


    ho oh, Selenium itu ada di tabel periodik nomer 34
    Tapi karena gw gak kepikiran sama sekali ke tabel periodik pas kasih nama
    (gara" Judeo-Greco-Latin mindset gw, pokoknya nama dewi Bulan di Greek myth itu Selene, dan ditambah suffix -ium [Latin, suffix -on/-ton kalo Greek] yang menandakan kalo itu adalah sebuah zat),
    Ya udah ga gw masukin trivia

    mari ditunggu sajah Tehillim 22 nya


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  9. #98
    Dlucario's Avatar
    Join Date
    Nov 2012
    Posts
    431
    Points
    19,914.57
    Thanks: 7 / 25 / 23

    Default

    uda baca ampe 21.. masi bingung ini settingnya masa lalu, ato masa kini sih

    di 21 Plasma bilang jaman dulu orang2 harus pake roket + menara dengan pembuangan bahan bakar luar biasa boros. Itu pasti lagi ngomongin masa sekarang. Tapi ngeliat tanggapan minim dari daath, raqia, & kanaphiel, mereka jelas2 gak tau apa2 tentang roket bla2.

  10. #99
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by Dlucario View Post
    uda baca ampe 21.. masi bingung ini settingnya masa lalu, ato masa kini sih

    di 21 Plasma bilang jaman dulu orang2 harus pake roket + menara dengan pembuangan bahan bakar luar biasa boros. Itu pasti lagi ngomongin masa sekarang. Tapi ngeliat tanggapan minim dari daath, raqia, & kanaphiel, mereka jelas2 gak tau apa2 tentang roket bla2.
    Spoiler untuk duer :

    pernah denger istilah "Lost Technology"? nah, itu gw terapin di sini

    Jadi karena suatu hal, teknologi di muka Bumi nyaris semuanya lenyap (sisanya cuma bbrp Divine Technology sama Baikonur Cosmodrome)
    Orang" di jaman ini udah ga tau apa" lagi ttg apapun yg ada sewaktu manusia masih berjaya dgn teknologi" canggihnya (2000 tahun yg lalu), makanya balik antik lagi
    Yang tau banget mengenai masa itu cuma Plasma sama Biblos (itupun harus ngebuka layer-layer data dgn cara Raqia harus belajar sesuatu, ga langsung *breg* semuanya inget langsung), Da'ath juga ingetannya bakal kebuka pelan"

    Kalo bingung kenapa Da'ath di sini umurnya normal 21 tahun tapi punya ingetan 2000 tahun yang lalu...well, itu bakal kebuka nanti.
    1 clue: bukan reinkarnasi.

    Ada lagi sih yang tau ttg masa itu, tapi...gw simpan untuk chapter" berikutnya


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  11. #100
    -Pierrot-'s Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    CAGE
    Posts
    2,600
    Points
    15,814.97
    Thanks: 44 / 119 / 91

    Default

    intinya mass deteroriation

    ---

    Oke, 21.. Seperti biasa, narasinya deskripsinya luar biasa. Penggambaran situasi di gerbang peluncuran Sonic Glider, sampe ke Golden Arrow itu bisa kebayang jelas, mantep

    Lagi2 ada yang menggajal.. kali ini, sebut saja Da'ath si tangan sakti.

    Namun belum sempat kuteruskan belaian saktiku itu,
    Suasana Da'ath & Kanaphiel udah anget menentramkan hati lah kalo gua bilang. Tapi semuanya hancur ketika kalimat ini menyerang. Jadi kesannya, udah pernah gua bahas la ya di #63.

  12. #101
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    @peyot-chan

    lagi napsu gw, ini tangan berasa ngelus" juga sih pas di scene itu


    ==================================================

    Misteri mulai terungkap

    Spoiler untuk Tehillim 22 :


    =========================================
    Tehillim 22: Golden Arrow Part IV ~ Imperial Family
    =========================================




    “Apa benar ini…di Bulan?”, tanya Raqia perlahan. Suaranya terdengar di sisi telingaku yang artinya, Raqia dan Kanaphiel ---dan mungkin juga Biblos--- akan terus bicara melalui saluran telepati.

    “Uh-huh, Bulan. Mau bukti? Cobalah melompat, tidak perlu kuat-kuat. Kamu akan jatuh kembali ke tanah nantinya. Tapi karena nilai percepatan gravitasi Bulan hanyalah seperenam Bumi, maka butuh waktu lebih lama untukmu mendarat.”, jawab Plasma.

    Plasma tidak berbohong. Satu hal dapat kujadikan patokan, yaitu kakiku dapat menginjak lantai. Memang tubuhku terasa lebih ringan, namun tetap ada yang membuatku tetap stabil berdiri, tidak seperti saat di Golden Arrow. Artinya, ada gravitasi di tempat ini meski kecil.

    “I-Ini…”, Kanaphiel terdengar kaku.

    “Kana, ada apa?”, tanya Raqia.

    Tanpa menjawab, dia langsung berlari menuju pintu ruangan jauh di depan sana. Entah ruangan apa ini, ukurannya besar sekali…

    Anehnya, setiap pintu yang dilalui Kanaphiel dapat dibukanya hanya dengan menempelkan sesaat telapak tangan pada panel, bahkan setiap langkahnya nampak meyakinkan, seakan tempat ini adalah rumahnya sendiri. Terus kuikuti hingga pintu terakhir…

    ………

    ………



    Kanaphiel berhenti tak jauh dari gerbang utama, mengamati apa yang ada di sekitar. Kalau kulihat-lihat banyak sekali bangunan-bangunan dengan bentuk yang tidak wajar. Boleh dikatakan bentuknya begitu minimalis. Ada yang menjulang tinggi, ada juga yang cukup rendah. Satu hal yang menarik perhatianku, sepertinya tempat ini dilindungi oleh kubah mirip kaca jauh di atas sana, berlatar luar angkasa penuh bintang.

    “Inilah Selenium, ibukota Silvermoon Empire…yang telah kosong.”, ujar Plasma.

    “Kosong? Maksudmu, tidak ada penghuninya lagi?”

    “Benar, Da’ath. Tujuh juta penghuni Selenium telah pergi, begitu mendadak. Sayangnya aku tidak punya data mengenai hilangnya penduduk kota. Mungkin kita bisa menemukan sesuatu jika berkeliling.”

    Tertegun kaku, Kanaphiel tidak mampu melangkahkan kakinya.

    “Plasma, ada baiknya kita kembali.”, kataku. Meski sebenarnya hatiku berkata lain, ingin tetap di sini sebentar.

    “Hmm…baiklah. Sepertinya Yang Mulia Kanaphiel sudah tidak kuat---“

    “TIDAK!! Aku tidak mau kembali dulu!!”, seru Kanaphiel. “Aku…aku ingat tempat ini…aku tahu…”, dia tertunduk lesu.

    “Kana, sudahlah. Jangan memaksakan diri.”, Raqia meraih tangan kanan Kanaphiel.

    “Tapi…hanya ini kesempatanku untuk mengingat segalanya…”

    “Da’ath, bagaimana?”, Raqia menatapku.

    “Hmm…jujur saja, sebenarnya aku juga ingin tahu lebih banyak tentang tempat ini. Siapa tahu ada informasi mengenai masa lalu kita juga. Tapi…Kanaphiel, apa kamu yakin?”

    “Mmm.”, dia mengangguk sekali.

    “Baiklah kalau begitu. Tetap tenang ya, aku ada di sini.”, tutur Raqia. Nada bicaranya berubah lembut, sama seperti ketika aku pertama kali bertemu dengannya.

    Akhirnya, kami melangkah bersama-sama menjauhi bangunan tempat tiba pertama kali di sini. Kutengok sejenak ke belakang, kudapati tulisan Silvermoon Empire Army Deployment Point No. 2 di tembok bangunan. Pasti ada nomor 1 nya…



    Benar apa kata Plasma, kota ini kosong. Tidak ada satupun tanda-tanda kehidupan ketika kami menyusuri jalanan kota. Lantas…ke mana semua penghuninya? Memindahkan 7 juta orang bukanlah perkara mudah, menurutku.

    Walau terdengar tidak bersemangat, Kanaphiel tetap berusaha memberitahu apa saja yang kami lalui meski tidak detail. Berturut-turut yang kami lalui adalah area militer, beberapa kantor kementrian, hingga tiba di istana kekaisaran. Cukup besar, mungkin seukuran istana Raqia di Shamayim. Satu hal yang membedakan istana dari gedung lainnya, yaitu halamannya yang luas. Pagar pembatas halamannya juga mirip dengan bentuk-bentuk pagar yang biasa ada d Bumi.

    “Kita masuk.”

    Kanaphiel melangkah ke dekat pagar, lalu jajaran besi-besi panjang itu membuka dengan sendirinya. Astaga. Jangan-jangan dia…

    Pintu depan istana ini ternyata terbuat dari sesuatu mirip kayu, desainnya pun terbilang wajar untuk era Bumi sekarang. Kanaphiel menempelkan telapak tangan pada panel dekat pintu, kemudian mengintip ke suatu lingkaran bening kemerahan di dekat panel. Kedua daun pintupun membuka otomatis seakan ada yang menarik kedua daun pintunya ke arah dalam.

    “Ini…rumahku.”

    “Tunggu. Bukankah ini istana kekaisaran? Jangan-jangan, kamu…”

    “Benar, Raqia. Aku ingat statusku sebelum menjadi Archangel begitu melihat kota ini. Aku…anggota keluarga kekaisaran.”

    Bull's eye.

    “Waaahh!! Anak kaisar? Atau jangan-jangan kaisar itu sendiri?”, Biblos terdengar bersemangat. Duh, nyaring sekali di telinga…dia pasti menggunakan saluran telepati.

    “Yang itu aku belum ingat…kuharap aku bisa tahu setelah melihat-lihat di dalam.”, dia masih nampak lesu.

    Interiornya wajar-wajar saja. Kupikir akan ada bola cahaya melayang atau kaleng berjalan lainnya, ternyata tidak. Satu-satunya yang tidak selaras dengan interior istana adalah adanya beberapa lubang di langit-langit setiap jarak tertentu, memiliki tutup logam berjeruji. Ajaibnya, semua sumber cahaya di dalam bangunan menyala otomatis ketika Kanaphiel melangkah masuk.

    Tiba di sebuah pintu normal lainnya, lumayan besar, membuka sendiri begitu Kanaphiel mendekat.

    “Ruang apa ini…?”, gumamku setelah berada di dalamnya. Yang ada hanya beberapa sofa dan meja pendek. Di tembok sebelah kiri ada noda bekas lukisan yang mungkin pernah digantung cukup lama.

    “Yang kita cari ada di…”, jawabnya, lalu melangkah ke tembok yang berlawanan dengan pintu. Setelah mencari-cari pada sisi tembok itu beberapa lama, satu bagian kecil mendadak masuk dengan sendirinya begitu bersentuhan dengan tangannya. Lantai pada sudut kanan depan ruangan pun membuka. “…situ…”, dia menunjuk ke arah pintu rahasia tersebut.

    “Yakin ingin ke sana?”, tanya Biblos.

    “Kemungkinan hanya aku yang bisa mengakses segala sesuatunya, jadi…”

    Raqia menggenggam tangan Kanaphiel makin erat. “Ya sudah, kita turun.”



    Beberapa lama menyusuri koridor gelap, tibalah di depan…oh, aku kangen sekali padamu wahai pintu otomatis. Bah. Kali ini ada sebuah emblem terlukis di tengah pintu. Emblem itu sempat juga kulihat pada beberapa bangunan pemerintahan dan gerbang depan istana, namun tidak kuperhatikan dengan teliti karena hanya sambil lalu. Terdiri dari sebuah perisai bergambar salib perak, sepasang sayap putih mencuat di kedua sisinya, satu pedang dengan posisi vertikal di balik perisai, latar bulan sabit, dan kertas panjang di bawah perisai bertuliskan ‘Ex mare, vita. Ex luna, impera’.

    Jika semua pintu otomatis sebelumnya dibuka dengan menekan tombol angka atau menaruh telapak tangan pada panel tertentu, kali ini Kanaphiel menaruh tangannya langsung pada emblem tersebut. Garis-garis cahaya biru pucatpun melaju cepat dari emblem ke seluruh bagian pintu, lalu pintunya terbuka. Penerangan ruangan menyala otomatis, seakan mengetahui keberadaan Kanaphiel.

    “Ini…tempat penyimpanan data?”, tanya Biblos, merujuk ke arah rak-rak dan lemari-lemari logam yang ada di dalam ruangan besar di depanku ini.

    “Sepertinya begitu…meski samar-samar, aku ingat kalau aku belum pernah mengakses semuanya itu sebelumnya…”

    “Hmm, mungkin dulu ada orang-orang khusus yang bertugas di tempat ini ya? Oke, oke, akan kucoba mengutak-atik sebentar.” Biblospun melakukan aksinya dengan mengirimkan deretan-deretan hijau itu lagi ke seluruh penjuru ruangan, memasuki rak, lemari, maupun meja-meja.

    Aku mencoba berkeliling. Dua pertiga ruangan rupanya diisi oleh rak-rak dan lemari-lemari logam, sementara sepertiga sisa ruangan ditempati meja-meja yang bentuknya serupa dengan yang ada di Baikonur ataupun Golden Arrow.

    “Mmm…aneh sekali…”, gumam Biblos.

    “Ada apa?”, tanya Raqia.

    “Kosong. Yang ada di sini hanya kotak-kotak logam tak berarti. Isi datanya banyak sekali yang sengaja dihapus.”

    “Kamu yakin itu bukan hilang secara tidak sengaja? Maksudku, seperti yang terjadi padamu dan Plasma.”, sahutku.

    “Tidak, tidak. Aku bisa tahu apakah suatu penyimpanan data dihapus secara sengaja atau rusak karena kecelakaan. Tunggu. Ada satu yang masih ada isinya!!!!”

    Kali ini deretan huruf-angka-simbol itu hanya tersisa dua. Satu menuju salah satu lemari logam agak jauh di sebelah kanan, satu lagi menuju salah satu meja. Suatu layar holografikpun muncul di atas meja itu.

    “Apa yang kamu temukan?”, tanya Plasma.

    “Mmm…tidak banyak sih. Di sini hanya ada sedikit data sejarah dan silsilah---“

    “Silsilah…? Maksudmu silsilah keluarga kekaisaran?!”, volume suara Kanaphiel terdengar agak naik di telingaku.

    “Ah…mau melihat-lihatnya? Oke, lihat saja ke layar.”, Biblos melayang ke sebelah kiri layar holografik. Tentu saja aku tidak akan melewatkan kesempatan ini.

    Hmm…ada latar belakang sejarah mengenai Silvermoon Empire di layar.



    Koloni manusia dibangun di tempat ini pada tahun 2027 hingga 2030. Awalnya hanyalah sebuah koloni kecil di sisi jauh Bulan, dengan 14 orang dari berbagai etnis sebagai pionir pembangunan. Mereka masih perlu melakukan perjalanan bolak-balik dari Bumi ke Bulan untuk mengambil tambahan material.

    Setelah ratusan manusia tambahan dikirim dalam beberapa gelombang dari tahun 2030-2034 untuk membantu memperluas koloni, mulailah mereka semua menetap secara permanen. Di akhir tahun 2034, total penghuninya sekitar 500 orang. Dengan manusia sebanyak itu, pertukaran uang mulai berjalan di koloni karena beberapa orang kaya dari Bumi memutuskan untuk membangun jalur wisata Bumi-Bulan. Tidak hanya itu, orang-orang kaya tersebut mulai mensponsori pembangunan area residensial yang lebih besar. Tahun 2038, total populasinya sudah mencapai 6000 orang.

    Dan…di sinilah konflik mulai terjadi. Orang-orang kaya itu mulai memanfaatkan orang-orang koloni untuk keuntungan diri mereka sendiri. Mereka mulai menarik pungutan seenaknya, membatasi suplai makanan dan kebutuhan lain dari Bumi, dan melarang orang-orang Bulan untuk terbang ke Bumi. Merekapun diusir dari Bulan, bahkan beberapa malah terbunuh. Tahun 2039 semuanya kembali kondusif, dan makin banyaklah orang-orang Bumi yang pindah ke Bulan. Alasannya? Banyak area residensial yang dibangun namun belum dihuni karena adanya konflik di tahun 2038.

    Populasi waktu itu yang sekitar 10000 jiwa akhirnya memutuskan untuk membangun pemerintahan sendiri agar merdeka dari kekangan orang-orang Bumi, dengan 2 dari 14 pionir pembangunan koloni ditunjuk sebagai pemimpinnya. Kedua orang itulah ---ternyata suami istri--- yang akhirnya menjadi pimpinan pertama Silvermoon Empire. Karena populasinya yang sedikit, diputuskan bahwa sentralisasi kekuasaan seperti itu adalah yang paling efektif diterapkan.

    Keduanya memimpin dengan begitu baik, bahkan mampu membuat Silvermoon Empire menjadi tempat dengan harapan hidup dan tingkat kesejahteraan yang tinggi, melebihi negara manapun di Bumi. Silvermoon Empire pun terus berkembang dan populasinya tumbuh hingga 7 juta orang pada tahun 2080 akibat migrasi dan ledakan penduduk.



    Sekarang kulihat daftar silsilah di layar. Masih pendek rupanya…kupikir akan ada daftar silsilah yang panjang.

    Semua nama ditaruh dalam kotak berwarna latar perak, sementara yang merupakan nama anak dihubungkan dengan garis dari kotak nama orang tuanya. Entah apa alasannya semua nama yang kulihat hanyalah ditulis dalam inisial. Beginilah yang kulihat:

    Deret pertama, kotak pertama.
    His Imperial Majesty, Divine Emperor D.R. (1997 – 2080), Emperor of Silvermoon Empire (2040 – 2080)

    Deret pertama, kotak kedua.
    Her Imperial Majesty, Divine Empress C.N. (2004 – 2082), Empress of Silvermoon Empire (2040 – 2082)

    Deret kedua, kotak pertama.
    His Imperial Majesty, Divine Emperor A.R. (2029 – 2084), Emperor of Silvermoon Empire (2082 – 2084)
    Garis dari kotak berinisial D.R. dan C.N. tersambung ke inisial nama ini.

    Deret kedua, kotak kedua.
    Her Imperial Majesty, Divine Empress L.T. (2030 – 2084), Empress of Silvermoon Empire (2082 – 2084)
    Ini pastilah istri orang berinisial A.R. itu.

    Deret kedua, kotak ketiga.
    Her Imperial Highness, Holy Lady S.R. (2032 – 2084), High Commander of Silvermoon Forces (2053 – 2067)
    Garis dari inisial D.R. dan C.N. juga ada yang menuju nama ini. Adik dari orang berinisial A.R. itu kah?

    Deret ketiga, kotak pertama.
    His Imperial Highness, Prince Regent M.R. (2053 – 2084)
    Garis dari kotak berinisial A.R. dan L.T. tersambung ke inisial nama ini.

    Deret ketiga, kotak kedua.
    Her Imperial Highness, Princess Consort T.V. (2053 – 2084)
    Jelas, dia istri dari orang berinisial M.R.

    Deret keempat, hanya satu kotak.
    Her Imperial Majesty, Divine Empress K.R. (2070 – ), Empress of Silvermoon Empire (2084 – )
    Garis dari M.R. dan L.T. berujung di sini.



    Tunggu. Kenapa tidak ada generasi ketiga yang menjadi kepala pemerintahan? Generasi kedua dan ketigapun semuanya memiliki tahun kematian yang sama, 2084. Hanya ada dua kemungkinan kenapa mereka bisa meninggal bersamaan. Pertama, kecelakaan. Kedua…argh, aku tidak mau memikirkan hal itu.

    “Yang Mulia Kanaphiel…?”, panggil Biblos.

    Kanaphiel tidak bereaksi, hanya memandangi layar itu dengan tatapan…kosong. Tangannya dikepalkan di atas meja, gemetar.

    “Kanaphiel-sama? Kana-samaaaa? Oooii~ Kana-chaaaannn…???”

    “Kana…-chan…?”, diapun menengok ke arah Biblos, air mata sudah ada di pelupuk matanya.

    “H-Hee…? A-Aku salah bicara ya?”

    “Nama…itu…”, air matapun mengalir. Kecilnya gravitasi Bulan membuat tetes demi tetes air mata itu jatuh jauh lebih pelan.

    Baru saja Raqia ingin meraih Kanaphiel, Archangel bermata jingga itu mendadak berlutut lemas di lantai, kedua tangannya menarik rambutnya sendiri dengan kuat.


    “TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKK!!!!!!!!”


    Yang kudengar bukan suara mulutnya, karena suara biasa tidak dapat merambat di ruang hampa seperti ini. Ini adalah teriakan hatinya, terdengar melalui saluran telepati. Begitu pilu raungannya itu…aku benar-benar tidak tahan. Dadaku terasa sesak dan seakan ditusuk-tusuk ketika mendengarnya. Sepertinya ada hal mengerikan yang terjadi pada tahun 2084 itu, menyisakan trauma mendalam di hatinya.

    “Papaaaaa…!!!! Mamaaaaa….!!!!”, teriakannya makin menjadi.

    Seketika itu juga Raqia menghampiri Kanaphiel, lalu memeluknya.

    “Maaf… maafkan aku… Papa… Mama… semuanya… aku… mengecewakan kalian…”

    “Tenanglah, Kana. Tenang. Aku…ada di sini.”, ujar Raqia dengan lembut.

    Akupun merasa tergerak untuk melakukan hal itu. Uh-huh, membelainya. Tidak kusangka…orang yang selalu tenang seperti dirinya memiliki pengalaman buruk yang mampu mengubah dirinya dalam sekejap.



    Dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, aku melihat seorang Archangel tertidur. Ya, Kanaphiel tertidur. Apakah terlalu lelah karena menangis?

    “Plasma, ada apa ini? Bukankah katamu Archangel tidak butuh tidur?”, tanyaku, setengah khawatir.

    “Hmm…tapi tidak ada yang abnormal dari total Divine Energy di dalam dirinya. Mungkin dia terlalu lelah hingga mempengaruhi sistem sarafnya. Bagaimanapun juga, Divine Energy pada Archangel Core tetaplah harus dikendalikan pikiran pemiliknya. Jika emosi pemiliknya tidak stabil, koneksi dari pikirannya ke Archangel Core akan terputus.”

    “Jadi…apa yang harus kita lakukan?”, tanya Raqia.

    “Tidak ada. Jika sudah tenang, pasti dia akan bangun dengan sendirinya.”

    “Mmm…anu…maaf…aku tidak tahu kalau akan begini.”, nada suara Biblos terdengar murung.

    “Sudah, tidak apa-apa. Tidak ada yang menduga hal itu, tidak bisa dihindari.”, aku berusaha menenangkan buku terbang itu. “Dan…Raqia.”

    “Mmm?”, dia menatapku.

    “Sepertinya kita harus memindahkan Kanaphiel.”

    “Hmm, benar juga ya. Kasihan jika Kana harus lama-lama seperti ini, pasti dia tidak merasa nyaman.”

    Maka kuajukan usul. “Oh ya. Di atas sana ada banyak ruangan, mungkin salah satunya memiliki ranjang atau semacamnya. Akan kugendong dirinya ke salah satu kamar. Bagaimana?”

    Dijawabnya dengan beberapa kali mengangguk.

    Seperti perkiraanku, pintu-pintu di ruangan ini akan terbuka dengan sendirinya jika mendeteksi keberadaan Kanaphiel. Akupun tidak kesulitan menemukan satu kamar dengan sebuah ranjang dan beberapa perabotan. Tampak normal. Aku dan Raqia menunggunya terbangun, dengan duduk pada dua buah kursi yang ada di ruang ini, di dekat ranjangnya.



    “Selamat pagi.”, sapa Raqia, meski aku ragu apakah sekarang pagi atau bukan.

    “Ini…di…” Perlahan Kanaphiel beranjak duduk.

    “Masih di istana. Anda tertidur sekitar satu setengah jam.”, jawab Plasma, telah memisahkan diri dariku. Sirkuit oxygen circulator di istana ---yang ternyata menyala begitu Kanaphiel masuk melalui pintu depan--- juga sudah mengisi penuh seluruh bangunan dengan oksigen, sehingga aku tidak lagi memerlukan Sacred Armor untuk bernafas.

    “Minumlah.”, kutawari Kanaphiel sebotol air.

    “Kamu…menemukannya di mana?”

    Maka kujelaskan asal-usulnya ketika dia minum. Air itu dibuat sendiri oleh Plasma, setelah Biblos menemukan sebuah tabung-tabung logam berisi zat yang dia sebut sebagai hidrogen saat berkeliling di kota. Plasma mengatakan, pada dasarnya air dapat dibuat dengan mereaksikan oksigen pada udara istana ini dengan hidrogen. Entah bagaimana langkah-langkahnya secara detail, yang jelas Plasma hanya menggunakan kedua tangannya untuk melakukan semua itu.

    Biblospun mendekati Kanaphiel. “Mmm…Yang Mulia, aku minta maaf…”, suaranya terdengar lesu, badannya agak miring ke depan.

    “Iya, tidak apa-apa. Yang tadi memang tidak bisa diperkirakan.”, tangannya ditaruh di atas buku terbang itu, mengusap-usapnya. “Aku juga…minta maaf. Maaf sudah membuat kalian semua panik.”

    “Bagaimana kondisimu?”, tanya Raqia.

    “Sudah tidak masalah. Semuanya…berkat kalian berdua.”, dia tersenyum ke arahku dan Raqia. Kamipun saling menatap, kebingungan.

    “Maksud…mu?”, pose khas Raqia. Kepala agak miring ke kanan.

    “Jika saja kalian tidak memeluk dan membelaiku, mungkin…akan jauh lebih parah. Aku merasa seperti Papa dan Mama sendiri yang melakukannya. Jadi…terima kasih banyak...”

    “Ternyata kamu sudah cocok menjadi seorang ibu, eh?. Sudah kubilang, kita menikah saja dan punya anak…lalu membuatnya jadi anak paling bahagia di dunia.”, ledekku.

    “Kenapa di pikiranmu hanya ada itu saja haaahhh??!!”, Raqia mencubit pipiku.

    Kudengar suara tawanya. Uh-huh, Kanaphiel.

    “Ahahaha…duh, kalian ini. Tapi mungkin benar katamu, Da’ath. Siapapun yang menjadi anak kalian pastilah akan jadi anak paling bahagia di dunia.”, dia tersenyum.

    Sebenarnya maksudku hanya bercanda, karena jujur saja aku selalu merasa gemas dengan reaksi Raqia ketika kugoda. Eh, Kanaphiel malah menganggapnya serius begitu…

    “Kelakuan kalian juga mirip sekali dengan kedua orang tuaku. Mereka senang sekali bercanda satu sama lain.”

    Kutanya, “Kamu…sudah ingat?”

    “Uh-huh.”

    “Apakah tidak masalah jika kamu mengingat---“

    Kata-kataku terhenti karena dia mengangguk-anggukkan kepala. “Seperti katamu, masa lalu tidak bisa diubah. Mungkin karena sangat membuatku shock, hatiku tidak kuat ketika ingatan tentang kejadian itu mendadak muncul kembali. Tapi sekarang, aku…aku akan mencoba--- tidak, aku harus kuat. Aku harus menerimanya.”, tangan kanannya diletakkan di dada.

    Wajah Raqia berubah khawatir. “Kamu yakin? Jika belum sanggup, tidak usah memaksakan diri.”

    “Huh…aneh rasanya mendengar kata-kata itu dari Archangel yang paling ditakuti oleh seluruh Elilim-class. Tapi aku suka sifatmu yang satu itu, bisa tegas dan lembut di saat yang tepat.”



    Plasmapun menyahut, “Baiklah, Yang Mulia. Saatnya anda menceritakan apa yang terjadi.”

    “Heh, Plasma…apa kamu tidak kasihan padanya? Baru juga kembali tenang, langsung ditanya hal seperti itu…”

    “Tidak apa-apa, Raqia. Aku akan mengatakan apapun yang kuketahui. Memang aku merasa masih ada beberapa hal yang hilang dari kepalaku, tapi garis besarnya dapat kuingat.”

    Dan inilah yang diceritakan Kanaphiel.

    Pertama, mengenai kejadian tahun 2084 itu. Benar dugaanku, ternyata seluruh keluarganya dibunuh, hanya dia yang bertahan hidup. Pelakunya adalah orang Bumi yang disuruh oleh negara tertentu, agar negara itu dapat menguasai Silvermoon Empire dengan mudah. Pelakunya sendiri langsung melakukan aksi bunuh diri begitu terpojok oleh pasukan pengamanan istana. Teknologi macam apa yang dia gunakan untuk menyusup ke tempat ini, Kanaphiel mengaku tidak ingat.

    “Aku mungkin masih berumur empat belas tahun waktu itu. Dalam usia semuda itu…jelas saja aku langsung depresi, bahkan beberapa minggu lamanya aku tidak keluar istana sama sekali. Seingatku pemerintahan waktu itu diambil alih sementara oleh perdana mentri…yang tidak kuingat siapa namanya. Hingga dia datang.”

    “Dia?”

    “Oh, maksudku…kamu, Da’ath. Uh-huh, kamu datang ke tempat ini. Ada beberapa orang yang menyertaimu, namun tidak bisa kuingat.”

    “HEEEE??? U-Untuk apa?!”, aku setengah tidak percaya.

    “Aku tidak ingat apa saja yang kamu lakukan. Tapi setelah kedatanganmu, aku kembali mendapatkan semangat dan akhirnya dilantik menjadi kepala pemerintahan Silvermoon Empire. Satu lagi. Seingatku…wajahmu sekitar sepuluh tahun lebih tua dari yang sekarang. Mungkin…ah, sudahlah. Tidak penting.”

    “Jadi namaku waktu itu tetap Da’ath Ruachim?”

    Kanaphiel terdiam sejenak, berusaha mengingat. “Hmm…aneh, aku tidak ingat nama siapapun...bahkan keluargaku sendiri. Wajah banyak orang tetap dapat kuingat, namun tidak dengan nama mereka...”

    “Baiklah, lewatkan saja hal itu.”, sahut Plasma.

    Kedua, masalah Golden Arrow. Dia mengatakan kalau senjata raksasa itu sebenarnya sedang dibangun ketika dia dilantik. Entah apa yang kulakukan, namun benda itu akhirnya dimasukkan ke dalam kategori Divine Technology. Masih menaruh dendam pada orang-orang Bumi, diapun menembakkan Golden Beam ke arah Bumi, ke negara yang merupakan asal pembunuh orang tuanya…hingga tiga kali. Setelah itu, barulah penduduk Selenium, yang merupakan kota satu-satunya di Bulan, menjadi kosong.

    “Dengan kata lain, aku memulai peperangan setahun setelah aku dilantik, tak lama setelah Golden Arrow diselesaikan. Bayangkan saja…remaja berusia lima belas tahun memulai perang besar-besaran antara Bulan dan Bumi. Mengerikan, eh? Aku…memang pemimpin yang buruk…”

    “Sebentar. Kenapa aku tidak mencegahmu waktu itu?”

    “Jawabannya sederhana, Da’ath.”, malah Plasma yang menjawab. “Itu karena kuncinya hanya ada pada Yang Mulia Kanaphiel. Kemungkinan besar dia menyusup melalui gerbang teleport yang menghubungkan Golden Arrow dan Selenium. Maksudku, cincin besar itu. ”

    “Mmm. Kamu benar, Plasma. Tempat ini adalah kampung halamanku, dan aku mengetahui bangunan apapun yang ada di tempat ini. Sementara kamu, Da’ath, hanyalah pengunjung. Wajar saja jika gerak-gerikku tidak diketahui sepenuhnya olehmu.”

    Kutanya lagi, “Dan ke mana perginya ketujuh juta penduduk Selenium itu?”

    “Aku…ah, aku tidak tahu. Yang kuingat sebelum lenyapnya mereka hanyalah mereka yang sempat berseru, seakan mengelu-elukanmu…”

    “Apa mungkin kamu mengambil alih pemerintahan?”, Raqia menengok ke arahku.

    “Mana kutahu…Kanaphiel saja tidak ingat, apalagi aku? Ya sudah, lanjutkan ceritamu, Kanaphiel.”

    “Sudah, itu saja yang kuingat.”

    “Hanya itu? Lalu bagaimana dengan Archangel lain, Raqia misalnya? Kamu tidak ingat apapun?”

    “Mmm…”, dia menggelengkan kepala. “Tidak. Nama orang tuaku sendiripun benar-benar kulupakan. Entah apa yang salah dengan kepalaku.”



    Plasma menaruh tangan di dagu. “Masuk akal…jadi begitu rupanya…”

    “Ada apa?”, tanya Raqia.

    “Sepertinya aku punya hipotesis apa yang terjadi pada waktu itu. Tapi karena masih hipotesis, jadi belum tentu benar sepenuhnya. Aku hanya mengambil deduksi dari apa yang diceritakan dan yang sudah kita alami.”

    “Katakan, katakan.”, ujar Raqia dengan cepat.

    “Aku mulai paham apa yang menyebabkan manusia sekitar dua ribu tahun yang lalu terserak dan jumlahnya sedikit. Jelas, itu disebabkan karena perang antara Bulan dengan Bumi, yang kita tidak tahu berlangsung selama berapa lama.”

    Aku mencoba beropini, “Tapi bagaimana mungkin mereka begitu berani? Penduduk Bulan hanya tujuh juta, sementara Bumi kurasa jauh lebih banyak pada masa itu.”

    “Bisa jadi karena teknologi Bulan jauh lebih canggih. Ingat cerita Yang Mulia Kanaphiel? Golden Arrow SEDANG dibangun sebelum dirinya memerintah, dan tetap dapat diselesaikan bahkan setelah pembunuhan itu terjadi. Artinya, tidak ada sama sekali sesuatu dari Bumi yang dapat mengancam pembangunan Golden Arrow. Ditambah lagi…kamu. Ya, kamu. Kamu membawa Divine Technology ke sini, atau kamu membangunnya di sini.”

    “Jadi menurutmu aku setuju dengan penghancuran besar-besaran yang dilakukan Kanaphiel waktu itu?! Mustahil!!”, nada suaraku naik.

    “Tidak, sangat mungkin kalau kamu tidak setuju. Ingat, penembakan oleh Golden Arrow tidaklah kamu ketahui dan tidak sempat dicegah. Menurutku, begini urutan kejadiannya. Pada awalnya kamu sudah memiliki beberapa Divine Technology, mungkin aku juga sudah ada. Kemudian kamu pergi ke Bulan, mengangkat moral penduduk Silvermoon Empire, dan membuat pewaris sah kekaisaran naik tahta. Bisa jadi kamu membuatkannya Entropic Thermo-Revolver dan Absolute Zero atas permintaan atau memang sudah direncanakan sejak awal. Bersamaan dengan itu, Golden Arrow selesai. Kamu menginjeksikan Divine Energy pada benda itu, mengubahnya menjadi Divine Technology, lalu Yang Mulia Kanaphielpun melakukan aksi tanpa sepengetahuanmu. Akhirnya terjadi perang antara Bulan dan Bumi, dan…tidak ada pilihan lain. Kamu harus memihak salah satu, dimusuhi keduanya, atau menghancurkan keduanya.”

    “Lantas…kenapa kupilih untuk memihak Silvermoon Empire…? Bukankah itu sama saja membunuh orang Bumi yang jumlahnya lebih banyak…?”

    Argh, aku jadi depresi begini.

    “Mungkin…!!”, Raqia menyadari sesuatu.

    “Apa? Apa?!”, tak sabar kuraih kedua pundaknya.

    “Heh, tenang dulu…”, maka kusingkirkan tanganku. “Jika legenda tentangmu itu benar, maka kemungkinannya adalah…orang-orang Bumi waktu itu begitu jahat sehingga kamu memilih untuk memihak Bulan yang, mungkin, berperilaku jauh lebih suci dan bermoral.”

    Plasma menyambar, “Kita simpan hal itu jadi salah satu faktor. Kata-kata Raqia masuk akal, berhubung Divine Energy bukanlah bentuk energi yang dapat kamu temui di alam materi. Satu-satunya sumber Divine Energy adalah dari surga sendiri, sehingga sangat masuk akal kalau kamu menerima perintah langsung dari Tuhan.”

    “Faktor lainnya?”, tanya Raqia.

    “Sejak awal dia dibenci atau dikejar-kejar seluruh penduduk Bumi, entah apa yang diperbuatnya. Di kala itulah Tuhan sendiri yang memberikan kekuatan itu, Divine Energy. Da’ath mengolahnya menjadi Divine Technology dan…sisanya sudah mudah ditebak. Well, tapi namanya hipotesis, mungkin masih bisa salah.”

    Kanaphiel ikut bertanya, “Lalu apa hubungannya dengan Nephilim? Malam dua hari yang lalu kamu bercerita kalau mereka tahu-menahu tentang Divine Technology dan sisa-sisa teknologi lainnya, ditambah lagi ayah mereka sepertinya sangat membenci Da’ath.”

    “Hmm…belum bisa ditarik hubungannya.”, tatapannya beralih ke langit-langit. ”Apa mungkin dia salah satu pimpinan di Bumi pada waktu itu ya…?”, gumam Plasma.

    Tak menghiraukan Plasma, Kanaphiel kembali bertanya, “Keanehan lainnya. Kenapa Biblos harus diisi dahulu dengan cara Raqia harus belajar? Kenapa pula data-datamu banyak yang hilang? Satu lagi…kenapa kami, para Archangel, sulit sekali untuk mengingat kejadian di masa itu? Jika aku tidak kemari…mungkin aku tidak akan ingat untuk selamanya.”

    “Untuk itulah aku dan Da’ath melakukan perjalanan ini.”, jawab Raqia dengan bangga. “Tenanglah, Kana. Akan kami bongkar semuanya dan mengembalikan apapun yang hilang dari dunia ini.”

    Plasma mengangguk setuju. “Benar. Tidak selamanya duduk dan berpikir dapat menyelesaikan masalah, itu hanyalah langkah awal. Kita harus terus bergerak.”



    Melihat Biblos yang sejak tadi diam saja, aku berkata, “Ngomong-ngomong, kenapa kamu diam saja? Biasanya pasti sudah berceloteh ke mana-mana…”

    “Ng…aku tidak mahir menjelaskan seperti Plasma…jadinya ya aku diam saja. Ya sudah, kalau sudah selesai, lebih baik kita pulaaanng…”

    Belum sempat Biblos berbalik arah, Kanaphiel memanggil, “Biblos, tunggu sebentar.”

    “Mmm? Ya?”

    “Boleh…kuminta satu hal?”

    “Tentu saja boleh.”

    “Bisa kamu panggil aku dengan nama itu lagi?”, dia tersenyum.

    “Nama…itu? Aaaah!! Maksudnya…Kana-chan?”

    “Mmm. Untuk seterusnya panggil aku begitu ya.”

    “Tapi…kenapa? Bukankah nama itu membuat---“

    Kanaphiel meraih Biblos, lalu memeluknya. “Jangan begitu. Justru…aku harus berterima kasih. Memang itu sempat membangkitkan kenangan buruk, tapi…aku senang, akhirnya panggilan yang sering digunakan orang tuaku dapat kudengar lagi. Nama itu…membuatku merasa kalau Papa dan Mama akan selalu ada untuk menguatkanku.”

    “Kana-chan…”, Biblos seakan menatap Kanaphiel. “Uwaaaaa~ Kana-chan, terima kasih banyaaaak…”, kembali dia bersandar di dekapan Kanaphiel. Suaranya terdengar seperti orang sedang menangis. Selama beberapa saat, aku dan Raqia hanya bisa tersenyum melihat pemandangan itu.

    Dan…saatnya pulang.



    “Oh ya, aku juga menemukan hal lain di tempat penyimpanan data tadi. Tapi sisanya hanya ini saja…tidak ada yang lain.”, ujar Biblos, ketika kami melangkah menuju luar istana.

    “Hmm? Apa itu?”, tanya Kanaphiel.

    Biblos membuka dirinya, kemudian muncul layar holografik yang tidak begitu besar. Tebak apa yang ada di situ? Foto.

    “Ini sepertinya foto keluargamu ya? Kamu masih lucu sekaliiii~” Dari cara bicaranya, jelas Biblos sudah lebih akrab dengan Kanaphiel.

    Pipinya berubah merah, langkahnya terhenti. “I-Itu…aku masih sepuluh tahun…”

    Aku melihat seorang anak perempuan di tengah-tengah foto, posturnya hampir sama dengan Raqia. Rambut sedagunya itu…eh? Putih? Matanya juga hitam. Tapi jika warna rambut dan mata itu kuubah menjadi emas dan jingga, maka yang kudapati adalah benar-benar Kanaphiel Chetzyammim, berumur 10 tahun. Ah, tapi aku tidak perlu heran. Maoriel di mimpiku waktu itu juga berambut dan bermata hitam, namun sekarang sudah menjadi perak dan kuning.

    “Siapa saja yang ada di foto ini?”, tanya Biblos.

    Masih dengan pipi kemerahan, Kanaphiel menjawab sambil menunjuk orang-orang yang dimaksud., “E-Emm…yang dua di tengah ini sepertinya kakek buyut dan nenek buyutku. Lalu ini ayahku…yang di sebelahnya ibuku. Di belakangnya lagi ada kakek, nenek, dan juga bibiku…pasti ini diambil sewaktu kakek buyutku masih hidup. Tahun dua ribu delapan puluh, mungkin?”

    “Nama mereka?”, Biblos bertanya lagi.

    “Maaf…aku benar-benar tidak ingat. Kuharap kalian segera menemukan penyebab kenapa banyak orang bisa melupakan peristiwa waktu itu.”

    “Itu sudah pasti. Tapi…lebih baik kita bergegas sekarang. Tzayad tidak boleh ditinggalkan terlalu lama.”, sahut Plasma.

    “Benar. Aku merasa kalau posisiku sebagai Archangel kali ini adalah untuk menebus segala kesalahan yang telah kulakukan pada rakyatku sendiri, lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Dan…tidak akan kubiarkan rakyatku yang sekarang mengalami hal yang sama.”

    “Hmm.”, kami semua mengangguk setuju.

    Kembali ke gedung itu, Silvermoon Empire Army Deployment Point No.2.

    “Ah…jadi namamu tidak berubah jauh.”, kataku. Sebelumnya Kanaphiel mengatakan kalau dia ingat nama yang dimilikinya dulu, yang ternyata memang hanya ‘Kana’ saja.

    “Mmm, benar. Nama lengkapku adalah…”, diapun memberitahukuannya. “Terdengar aneh, eh? Tapi…itu sudah lama. Sekarang aku adalah Kanaphiel Chetzyammim. Dan seperti permintaanku pada Biblos, tolong panggil aku Kana-chan saja.”

    Aku merasa nama belakangnya itu punya hawa yang serupa dengan nama kakek Arya…apa mungkin keduanya berasal dari bahasa yang sama?

    Cincin besar itupun diaktifkan, dan kami kembali ke Golden Arrow dalam sekejap.

    “Kalau begitu, seharusnya seluruh inisial nama R pada silsilah itu adalah kependekan dari---“



    Baru juga beberapa langkah, Plasma berhenti, diikuti Biblos.

    “Hei, ada apa?”, tanyaku.

    “Golden Arrow…bergerak…”, gumam Biblos.

    “Biblos, cepat periksa apa yang terjadi!!”, seru Plasma.

    Seakan panik, Biblos segera melemparkan deretan huruf-angka-simbol kehijauannya ke segala penjuru.

    “Gawat…”, ujar Biblos perlahan. “Ada yang mengaktifkan mesin Golden Beam!!!! Segala akses administratifku juga ditolak…ada apa iniiiiiiii??!!”

    “Tapi bagaimana bisa??!! Bukankah diperlukan senjata Kanaphiel untuk menyalakannya?!”, aku ikut panik.

    “Kita ke ruang mesin Golden Beam!! Gunakan pistol itu untuk mematikannya secara manual!!”, seru Plasma.

    Bergegas kami menuju ke ruangan mesin pada konstruksi kubah. Begitu senjata dimasukkan ke lubang pada kedua silinder pintu dan melakukan prosedur pembukaan yang sama…tidak ada respon. Dan jelas saja pintu ini tidak boleh dihancurkan, karena beresiko merusak mesin yang di dalam. Malah ada kemungkinan meledak karena sensitivitas mesin yang meningkat saat aktif.

    “Mustahil… Ini… Hanya hacker jenius yang mampu melakukannya…”, ujar Plasma, seakan tidak percaya. "Apa mungkin Quantum Transmitter itu dimodifikasi..."

    Hanya ada seseorang yang terbersit di pikiranku, yaitu Nephilim yang diceritakan Atra. Jika benar dia yang paling cerdas di antara ketiga Nephilim…

    “Kita harus kembali ke Bumi, SEGERA!!!!”, perintahku.

    Emergency. Sekitar empat jam lagi sebelum Goldem Beam ditembakkan ke permukaan Bumi. Target…



    …Tzayad.


    ==================================================


    Spoiler untuk Trivia :

    • 'Ex mare, vita. Ex luna, impera' (Latin) = Dari laut, kehidupan. Dari bulan, menguasai.

    Last edited by LunarCrusade; 15-12-12 at 14:15.


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  13. #102
    Bedeviere's Avatar
    Join Date
    Jun 2009
    Location
    Osean Federation
    Posts
    2,317
    Points
    11,328.81
    Thanks: 118 / 45 / 34

    Default

    Lost Technology... Masa depan... para Angel-class

    awal2 gw baca nih cerita dari tehilim 1, gw kira para archangel ini murni utusan ilahi kyk yg di kitab2. dan ternyata... mereka ini dulunya manusia biasa toh

    dan tiba-tiba nih Golden Arrow langsung NYALA!!???
    edan.. gw langsung inget scene star wars ep 4 pas Death Star mau nembak Alderaan #okestarwarsnerdgwmulaikeluar

    eh btw
    Spoiler untuk 19 :

    mengenai istilah ttg kriptomeri, gw gatau ini salah apa engga cuman pas gw masih SMA gw lebih biasa nyebut itu kodominan. gw ga inget (atau malah lupa?) kalo ada istilah kriptomeri di pelajaran SMA. CMIIW

  14. #103
    MelonMelon's Avatar
    Join Date
    Dec 2011
    Location
    Melon's Farm
    Posts
    3,010
    Points
    27,268.78
    Thanks: 73 / 47 / 33

    Default

    “Jadi namaku waktu itu tetap Da’ath Ruachim?”
    gue merasa janggal di kalimat ini. kayaknya kalo kata "tetap" itu lebih pas buat ngindikasiin sesuatu dimasa depan. Kayak; kalo sekarang A, besok tetep A. Kalo buat yang lalu itu; sekarang sih A, kemaren masih A... IMO sih begitu. cuman kedengerannya aja kurang sreg.

    Ngg, Kana-chan, ya.

    Gue agak gimana gitu pas baca yang silsilah keluarganya. ga ngerti juga sih, pokonya berasa gimana gituuu.
    Intinya doi anak raja, keluarganya dibunuh, oke. Selenium hubungan langsung ke Golden Arrow, dibangun sejak sebelom itu keluarga kerajaan modar, oke.
    terus golden Arrow di hek. Begitu liat paragraf itu, gue langsung nyambung ke Loli. ekspektasi tinggi nyari temennya si Atra
    berkat itu sukses tegangnya ga berasa, malah loli.

    oke, lolo-fied. lanjutkan.

    FACEBOOK | TWITTER | Melon's Blog
    I am a melon - MelonMelon

  15. #104
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by - [bedeviere] - View Post
    Lost Technology... Masa depan... para Angel-class

    awal2 gw baca nih cerita dari tehilim 1, gw kira para archangel ini murni utusan ilahi kyk yg di kitab2. dan ternyata... mereka ini dulunya manusia biasa toh

    dan tiba-tiba nih Golden Arrow langsung NYALA!!???
    edan.. gw langsung inget scene star wars ep 4 pas Death Star mau nembak Alderaan #okestarwarsnerdgwmulaikeluar

    eh btw
    Spoiler untuk 19 :

    mengenai istilah ttg kriptomeri, gw gatau ini salah apa engga cuman pas gw masih SMA gw lebih biasa nyebut itu kodominan. gw ga inget (atau malah lupa?) kalo ada istilah kriptomeri di pelajaran SMA. CMIIW
    bikin cerita gw seneng ada kaget"nya (baca: twist) gitu
    di awal ngira gimana eh ga taunya seiring cerita malah gimana tapi tetep ada penggambaran dan penceritaan yang masuk akal
    pokoknya akan selalu ada surprise di setiap gigitannya #apadah #digampar


    nah kan, gw juga pas nyari" di source luar memang yg kyk gitu disebutnya kodominan/co-dominance,
    tapi begitu buka buku Bio SMA, adanya kriptomeri...
    kayaknya gw ganti kodominan aja deh, lebih umum secara internasional

    makasih om

    Quote Originally Posted by MelonMelon View Post
    gue merasa janggal di kalimat ini. kayaknya kalo kata "tetap" itu lebih pas buat ngindikasiin sesuatu dimasa depan. Kayak; kalo sekarang A, besok tetep A. Kalo buat yang lalu itu; sekarang sih A, kemaren masih A... IMO sih begitu. cuman kedengerannya aja kurang sreg.

    Ngg, Kana-chan, ya.

    Gue agak gimana gitu pas baca yang silsilah keluarganya. ga ngerti juga sih, pokonya berasa gimana gituuu.
    Intinya doi anak raja, keluarganya dibunuh, oke. Selenium hubungan langsung ke Golden Arrow, dibangun sejak sebelom itu keluarga kerajaan modar, oke.
    terus golden Arrow di hek. Begitu liat paragraf itu, gue langsung nyambung ke Loli. ekspektasi tinggi nyari temennya si Atra
    berkat itu sukses tegangnya ga berasa, malah loli.

    oke, lolo-fied. lanjutkan.
    eh masa sih?
    gw biasa ngomong pake kata "tetap" juga walau itu kejadian di masa lalu
    misal
    "dari dulu gw nulis tetep pake tangan kanan"
    gw lebih suka ngomong begitu ketimbang
    "dari dulu gw nulis masih pake tangan kanan"
    soalnya kata "tetap" itu penanda kontinuitas yg konstan, IMO, ga peduli timeframe nya kapan.
    entah gw yang salah atau gimana...gw cek yg bener dulu deh gimana...ok thanks /"

    sebenernya silsilah itu ada makna dan tujuannya
    kalo dibaca dengan amat sangat teliti sekaliiiii, maka DUAAAARRR, lu bakal ngerasa ada sesuatu yang WOW gimana gitu
    #apasih
    intinya sih 1, ga mungkin gw bikin sesuatu di cerita yg sekedar jadi "sampah" alias info numpang lewat sesaat doang


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  16. #105
    MelonMelon's Avatar
    Join Date
    Dec 2011
    Location
    Melon's Farm
    Posts
    3,010
    Points
    27,268.78
    Thanks: 73 / 47 / 33

    Default

    itu kan pendapat gue aja, tau deh mana yang bener sebenernya
    gue gak nyadar apa makna yang lu maksud, deh. kepikiran ish satu, tapi bukti yang gue temuin masih kurang, jadi dipendem dulu.
    btw itu loli-fied, bukan lolo.

    FACEBOOK | TWITTER | Melon's Blog
    I am a melon - MelonMelon

Page 7 of 14 FirstFirst ... 34567891011 ... LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •