Chapter 17
The Summoner
Taman, malam yang dijanjikan.
Terlihat Alex sedang berdiri bersandar pada tiang lampu taman bersama dengan pedang besar berwarna marun yang berada di sebelahnya. Ia sedang menunggu Luna untuk membicarakan sesuatu dengannya.
Setengah jam telah berlalu. Meski Luna tidak menjanjikan waktunya, Alex tetap merasa resah dan terus menerus melihat jam di tangannya, beruntung pada akhirnya terdengar suara langkah kaki dan suara geretan benda metal yang kadang muncul dan kadang menghilang.
Luna telah tiba, wajahnya terlihat lelah seolah-olah ia terburu-buru datang menemui Alex.
"Tidak apa-apa, kau tidak telat kok"
Celetuk Alex.
"Hah?"
Tanya Luna bingung.
"Hah? apanya yang 'Hah?' tidak usah saking terburu-burunya sampai kelelahan begitu, terlambat sebentar itu biasa.."
Alex menengok ke kanan dan ke kiri seolah mencari sesuatu.
".. ngomong-ngomong.. bocah itu.."
"Dia tidak ikut"
potong Luna.
"Sejak tadi sore Rosie, adikku, dan dua temannya belajar bersama di rumahku. Saat kubilang aku ingin pergi ke sini Rosie ingin ikut denganku, beruntung adikku berhasil memaksanya tetap belajar."
"Hoo... hebat juga adikmu itu.."
"Dan satu lagi"
Sekali lagi Luna memotong.
"Hal itulah yang membuatku lelah"
Ujar Luna tegas.
"Alah, terserahlah"
Jawab Alex tampak malu setelah mengetahuinya.
"Jadi, 'hal penting' apa yang ingin kau sampaikan padaku?"
Tanya Luna. Mimik wajah Alex sekejap kembali serius.
"Baiklah, begini, pertama-tama kukatakan padamu bahwa semua yang akan kukatakan selanjutnya adalah hal yang jujur dan benar, dan kuharap kau percaya padaku."
"Hmmm... tergantung apa yang akan kau katakan nanti"
"... Luna, aku tidak sedang main-main"
Luna dan Alex terdiam dan saling menatap.
"Baik, kurasa aku bisa mencoba.."
Jawab Luna menyetujui.
"Pertama, kau dalam bahaya besar, seseorang yang sangat kuat tengah mengincarmu"
"Kedua, kami mendapat info bahwa ia telah mengirimkan utusannya, namun saat info itu tiba, tidak ada seorangpun yang mencurigakan. Namun kau tetap harus waspada"
"Ketiga, bocah itu datang dan malah membuka kedoknya sendiri dengan sengaja dia adalah ancaman utama saat ini dan kau harus menjaga jarak dengannya serta jangan terperangkap olehnya."
Alex kembali terdiam.
"Itu saja?"
Tanya Luna.
"Ya"
Jawab Alex tegas.
Tak lama kemudian, Luna mulai berbicara dengan senyum mencibir.
"Begini.. aku punya beberapa pertanyaan tentang hal ini.."
Luna berjalan beberapa langkah melewati Alex, kemudian berbalik badan.
"Pertama, siapa orang yang mengincarku? Apa yang dia inginkan dariku?"
Tanya Luna sambil mengacungkan telunjuknya.
"Kedua, kenapa kau bersikeras bahwa Rosie berbahaya walau kau sendiri sudah membuktikan kemampuannya?"
Tambah Luna sambil mengacungkan kedua jarinya.
"Dan ketiga, siapa yang kau maksud dengan 'kami' ?"
Tutup Luna sambil mengacungkan ketiga jarinya.
Pada awalnya Alex tampak ragu saat hendak menjawab pertanyaan Luna, namun setelah berpikir sejenak, keyakinan mulai timbul dari wajahnya.
"Baiklah.. aku akan mencoba menjawabnya.."
"Hmm hmm"
Sahut Luna mengangguk.
"Pertama, orang yang mengincarmu adalah buronan berbahaya yang telah kami cari sejak lama, nama yang bisa kuberikan padamu adalah 'Oceanus'."
"Lalu apa yang ia inginkan dariku?"
"Entahlah.. kami belum mengetahuinya.. namun yang kami tahu adalah apa yang Oceanus inginkan, pastilah akan berbuah kehancuran, dan kami harus mencegahnya."
"Oke.. lalu?"
"Kedua, Rosie, atau lebih tepatnya, Rosalie Evangeline Lucia Sanchez, adalah.. bisa kau tebak, pembunuh bayaran terbaik saat ini, bahkan melewati 'Venom Shadow' yang sejak hampir 2 tahun lalu menghilang. Dan kini, Rosie, atau 'The Black Rose' mengincarmu, kemungkinan besar Oceanus mengirimnya.. dan sekali diincar olehnya.. maka.."
"Tunggu"
Sela Luna yang tampak terkejut
"Apakah aku pernah bilang nama panjang Rosie? Bagaimana kau tahu?"
"Luna.. mencari nama orang mudah sekali, kita punya internet, lagi pula bocah itu satu sekolah denganku.. walau aku orang biasa tetap saja mudah mencari namanya.."
"Ah.. benar juga.. maaf.."
"Tapi bukan itu alasanku mengetahui siapa dia.. karena.. aku ingat aku pernah bertemu dengannya.. setelah melihatnya menggunakan kekuatan sejenis kontrol tumbuhan itu.. aku pernah bertemu dengannya 11 tahun lalu.. ibunya juga seorang pembunuh bayaran seperti dia.. tapi kemudian menghilang sejak 3 tahun yang lalu dan digantikan olehnya.."
"Aku.. aku tak percaya.. kau lihat sendiri kan ia bahkan tak mampu melawan monster kelas C sekalipun?"
"Luna, kau begitu naif. Ia hanya berakting. Lysiosquilla adalah monster kelas B terkuat yang kumiliki, dan handicap berupa Dark Mist yang kuberikan seharusnya membuat orang biasa buta total, kau sendiri sempat beberapa saat berada di dalam kabut itu bukan?!"
"A-apa?! Monster kelas B?! Rosie bahkan tidak mendapat luka yang berarti setelah menerima serangan telak dari monster itu!"
Seru Luna yang sulit mempercayai kenyataan yang diberikan oleh Alex.
"Aku mengerti sulit mempercayai semua ini.. namun.. kami akan berusaha sekuat tenaga untuk melindungimu.. bahkan akupun rela mengorbankan nyawaku demi tugas ini"
Ujar Alex sambil tersenyum. Luna hanya bisa menengok dan menatap Alex.
"Oh ya, ketiga, kami adalah.."
Alex menggenggam erat gagang pedangnya, lalu..
"CRAK!! SRAK!!"
Mendadak Alex berputar dan menebas seekor Scarab yang hendak menyerangnya dari belakang hingga terbelah menjadi dua.
"Brengsek, darimana dia datang?!"
"Alex.. monster kumbang itu tidak sendiri.."
Ujar Luna sambil menunjuk kearah segerombolan besar Scarab yang terbang mendatangi mereka.
"Brengsek!! Ayo Luna!"
Ajak Alex sambil berlari menyeret pedangnya.
Alex mulai menerjang dan menyerang segerombolan besar Scarab itu bersama Luna dengan "Kelly" pedang besar miliknya. Mereka bertempur bagai lampu dikelilingi ngengat, jumlah Scarab-Scarab itu begitu banyak hingga Alex dan Luna tidak terlihat lagi diantara kepungan mereka.
Namun..
"DUAR!!"
Terlihat gumpalan api berputar dan membakar hangus Scarab-Scarab itu.
"Brengsek, tak kusangka kecoak macam mereka membuatku terpaksa menggunakan spellcard 'Inferno Swirl'!"
"Alex, mereka datang lagi!"
Tunjuk Luna kepada segerombolan besar lagi Scarab yang berada di kejauhan.
"Oh, ya ampun.. kita harus segera mencari siapa yang memanggil mereka, ayo!"
Alex dan Luna berlari ke arah datangnya Scarab-Scarab itu, sambil menghindari beberapa ekor yang berusaha menyerang mereka.
"Tidak mungkin?!"
"Itu.. adalah.."
Luna dan Alex terkejut
".. sebuah Dark Portal.."
"Alex, kumbang-kumbang ini berasal dari lubang hitam itu!"
"Aku tahu, kita harus segera menyegel lubang itu!"
Mereka berdua terus berlari mendekati sumber malapetaka itu. Scarab-scarab itu berasal dari sebuah Dark Portal yang dibuka oleh seorang Summoner yang tentunya memiliki kemampuan tinggi hingga mampu membuka portal sebesar sebuah mobil itu.
"Aku melihat seseorang!"
Seru Luna sambil menunjuk kepada sosok seseorang diatas sebuah gedung yang berada tepat dibawah portal.
"I-itu... DIA!!"
Tiba-tiba kulit Alex berubah menjadi berwarna hitam, sebuah tanduk muncul dari kepalanya, jemari tangannya kini memiliki kuku tajam yang mengerikan, matanya menyala merah darah dan dari punggungnya muncul sayap seperti kelelawar yang merobek jaketnya.
"BAJINGAAAAAAN!!"
Alex langsung melompat dan terbang menggunakan sayapnya menuju sosok Summoner itu, yang tak lain adalah..
"The Dark Angel"
Dengan sayap agung yang bersinar putih
Mata yang menyala oranye dan berpupil tajam
Sepasang cakar hitam berkuku tajam di ujung lengannya
Kulit obsidian berhiaskan mahkota tanduk di kepalanya
Ia adalah Gwendlyn, The Dark Angel.
Melihat Alex yang berubah mendadak dan tampak sangat marah membuat Luna sangat terkejut. Belum pernah ia melihat Alex semarah itu hingga berubah wujud menjadi seekor half-demon.
"Aura bocah iblis itu.. dia dipenuhi rasa dendam!"
Seru Selene.
"Selene, aku harus meminjam kekuatanmu kau tahu itu?"
Tanya Luna sambil memperhatikan sekelilingnya. Terlihat ratusan bahkan mungkin ribuan Scarab mengepung Luna. Scarab-Scarab itu menyerang Luna secara bersamaan. Tampak Luna tersenyum dan kedua bola matanya telah berubah menjadi merah bersama rambutnya yang kini berwarna perak.
Sementara itu Alex tengah meluncur dengan kecepatan tinggi untuk menyerang Gwendlyn. Namun Gwendlyn menyadarinya. Ia membuka telapak tangannya kearah Alex dan meluncurkan sihir bola api besar kepadanya dimana Alex dengan sigap menyabetnya dengan pedangnya. Namun ternyata setelah pandangannya terhalang sekejap oleh ledakan bola api yang ia tebas, Gwendlyn kini tengah mengacungkan pedang putihnya, Glory kepada Alex seolah menantangnya.
"WOAAAAAAGH!!"
Dengan sekuat tenaga Alex menyabetkan pedangnya pada Gwendlyn, namun berhasil ditangkis.
"TRANG!!"
Percikan api biru muncul dari peraduan pedang mereka.
"TRANG TRANG TRANG CTANG!"
Alex terus menyerang secara bertubi-tubi sementara Gwendlyn hanya menangkisnya dengan elegan sambil melangkah mundur.
"KUBUNUH KAU!!"
Teriak Alex dengan penuh dendam.
"CTING!"
Namun cukup satu sabetan balasan yang kuat dari Gwendlyn membuat Alex terdorong mundur beberapa meter, bersamaan dengan itu Gwendlyn memberikan tendangan yang menyapu kaki Alex hingga ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
Sementara Luna telah berhasil menyapu habis Scarab-Scarab yang menyerangnya meski ia agak kelelahan.
"Hosh hosh, akhirnya habis juga, bagaimana Alex?"
Luna tengah melihat Alex yang tengah terdesak.
"Sial! Selene!!"
"Aku mengerti!"
Selene segera mengeluarkan sayapnya yang semi-transparan dan terbang membawa Luna dengan kecepatan yang tinggi kearah Gwendlyn.
Gwendlyn semakin mendekati Alex yang tengah berusaha berdiri kembali, ia mulai mengangkat pedangnya.. tapi..
"HEAAAAAAAA"
"DUAR!!"
Dengan kecepatan tinggi Luna menebaskan "Kelly" alias Exodus, pedang yang merupakan musuh abadi dari Glory hingga menghasilkan efek kejut yang mirip ledakan sonic boom diiringi oleh kilatan api berwarna biru.
Gwendlyn berhasil menahan serangan Luna, ia bahkan tidak bergerak dari tempatnya berdiri. Matanya menatap Luna dengan mengerikan.
"A-apa?!!"
"Tidak mungkin!!"
Ia mengayunkan Glory dan melemparkan Luna kembali ke udara. Namun saat melihat kembali ke arah Alex sebelumnya, ia sudah tidak berada disana. Gwendlyn melihat keatas, dan benar, Alex sedang melompat dan mengayunkan pedangnya tepat kearahnya.
Sayangnya Gwendlyn menghindar ke samping hingga ayunan pedang Alex malah menembus lantai gedung hingga ke lantai dibawahnya. Namun belum sempat Gwendlyn menyelesaikan langkahnya ternyata Luna tengah mengayunkan pedangnya kearah dirinya.
"TRANG!!"
Meski begitu, Gwendlyn ternyata terlalu cepat untuk Luna. Sekali lagi serangan Luna gagal dan berhasil ditangkis olehnya, meski kali ini Gwendlyn terpental mundur.
"Hosh hosh.. hebat juga kau jelek!"
Ledek Luna sambil terengah-engah.
"Aku tak percaya dia sekuat ini!"
Seru Selene.
"Bagus bukan?"
Ujar Luna mantap dengan senyuman di wajahnya.
"Bocah gila.."
Keluh Selene.
"Terimalah seranganku!"
"HEA HEA HEA HEA HEA"
Luna menyerang bertubi-tubi sementara Gwendlyn masih berada dalam posisi defensif.
"HEA HEA AYO! KENAPA TIDAK MENYERANG BALIK!?"
Gwendlyn tetap bertahan meski Luna terus menyerang sambil memprovokasinya.
Tanpa diduga Alex sudah berada di belakang Gwendlyn dan bersiap menyerang. Kali ini dapat dipastikan Gwendlyn takkan lagi bisa bertahan dari serangan dua arah Alex dan Luna.
Nyatanya..
"TRANG!!"
Tak diduga Gwendlyn merunduk tepat saat Alex menyerangnya, sehingga pedang mereka bertiga beradu. Ia kemudian menendang Alex tepat di perutnya hingga Alex terpental ke tembok gedung, sementara ia kembali mengayunkan Glory yang masih menempel dengan Exodus membuat Luna terdorong mundur.
"Hahaha.. ini baru seru.."
Tawa Luna sambil tersenyum gembira.
"Uhuk uhuk"
"Luna, kurasa kamu sudah pada batasmu"
Ujar Selene memberitahu.
"Berisik, ini pertarungan yang akan kumenangkan!"
Seru Luna tanpa memikirkan akibat yang pernah ia alami.
Alex bangkit kembali dan mulai menyerang Gwendlyn, sementara mengikuti Alex, Luna menyerang dari sisi yang berlawanan.
"HEA HEA HEA HEA"
"HUAAAAAAAAAGH"
"TRANG TRANG TRANG TRANG TRANG"
Alex dan Luna menyerang The Dark Angel bertubi-tubi.
Meski mereka berdua menggabungkan kekuatannya, Gwendlyn masih tetap dapat bertahan tanpa terluka sedikitpun. Walaupun begitu, ia tampak mulai kelelahan menghadapi mereka berdua. Terlihat dari nafasnya yang mulai terengah-engah meski sulit terdengar.
"HEAAAAAAAAAA!!"
"HUAAAAAAAAAAAAGH!!!"
Kedua kalinya Alex dan Luna menyerang secara bersamaan. Namun kali ini Gwendlyn tampak tidak ingin menahan diri lagi, ia mengayunkan pedangnya dengan sangat kuat kearah Alex hingga meninggalkan bayangan biru. Hebatnya, dari satu ayunan itu Alex merasakan 5 serangan menghantam pedangnya, hingga dentuman terakhir membuat pedangnya tak kuasa lagi menahan kekuatan dari Glory.
"CRAK!!"
Pedang Alex remuk dan hancur setelah menerima serangan aneh Gwendlyn. Ia terpental jauh hingga menghancurkan tembok pengaman atap gedung itu. Alex terkulai lemah dan kembali ke wujud manusia.
"Kau lengah!!"
Luna menusukkan pedangnya kepada Gwendlyn, namun Gwendlyn menghindarinya dengan berputar sambil mengayunkan pedangnya yang meninggalkan bayangan biru.
"SIAL!!"
Beruntung Luna berhasil menangkis serangannya dengan mengangkat pedangnya dan menahannya dengan pangkal pedang.
Namun kembali terasa 5 serangan menghantam Luna yang ia tahan dengan Exodus. Dentuman terakhir membuat Luna terpental beberapa meter. Gwendlyn berjalan mendekatinya.
"Uhuk-uhuk, brengsek!"
Tiba-tiba, sebuah rune sihir muncul dan membuat semacam barrier di sekitar Luna dan Alex. Lalu muncul beberapa buah rune di udara dan menyala hijau.
"DUAR DUAR DUAR"
Rune-rune yang menyala itu kemudian menembakkan sejenis energi sihir kepada Gwendlyn yang terpaksa melompat menghindarinya. Disaat itulah muncul sebuah sosok berbalutkan jubah panjang berwarna ungu gelap yang juga bertudung. Sosok itu mengenakan sebuah topeng berbentuk rubah berwarna putih dengan aksen hitam. Sosok itu muncul di depan Luna, diantara dirinya dengan Gwendlyn.
"Ku-Kumiho.."
Ujar Alex lemah.
"Inkompeten"
Ujar sosok itu sambil memunculkan ratusan rune di udara.
Sebelum rune-rune itu sempat menyala dan menembakkan energi sihir, Gwendlyn terbang dan pergi dari tempat itu.
"Si-siapa kau?"
Tanya Luna curiga.
Namun ia tidak menjawabnya dan malah menggunakan sihir mengangkat Alex yang tengah berada di dalam barrier yang ia buat.
"Hei! Siapa kau!? Apa yang akan kau lakukan pada Alex?!"
Mendengar Luna, sosok itu hanya menengok dan berkata :
"Pulanglah"
Sosok itu pun pergi entah kemana sambil membawa Alex. Luna sudah terlalu lelah untuk mengejarnya, rambutnya kembali berwarna coklat keperakan, matanya kembali berwarna biru dan merah. Luna hanya bisa beristirahat sejenak disana hingga kekuatannya pulih kembali untuk pulang. Meski begitu, ia melihat suatu lambang yang familiar di kancing jubah sosok tersebut, sebuah lambang yang dapat mengantarkannya menuju sosok tersebut.
Share This Thread