Page 3 of 8 FirstFirst 1234567 ... LastLast
Results 31 to 45 of 113
http://idgs.in/424444
  1. #31
    kittypurry's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    Wherever Katy is
    Posts
    1,633
    Points
    219.05
    Thanks: 102 / 70 / 49

    Default

    Wow gratz brother,fansnya nambah lagi tuh
    I'm living in my own world

  2. Hot Ad
  3. #32
    FebriaNz_glory's Avatar
    Join Date
    Aug 2009
    Posts
    290
    Points
    352.40
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default

    buat TS udah coba di publish blom??

    paling gak ke blog pribadi gitu,sapa tau nantinya bakalan ada penerbit yang minat nerbitin,,soalnya ceritanya bagus banget,dan TSnya kayanya memang berbakat di bidang ini..

    sayang banget kalau cuma berhenti sampe di sini
    practice make somebody perfect,but nobody perfect.,so why we practice

  4. #33
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by kittypurry View Post
    Wow gratz brother,fansnya nambah lagi tuh
    ah jadi malu...

    Quote Originally Posted by FebriaNz_glory View Post
    buat TS udah coba di publish blom??

    paling gak ke blog pribadi gitu,sapa tau nantinya bakalan ada penerbit yang minat nerbitin,,soalnya ceritanya bagus banget,dan TSnya kayanya memang berbakat di bidang ini..

    sayang banget kalau cuma berhenti sampe di sini
    wew klo publish ke penerbit gitu kayaknya masih belom berani deh gw, penggunaan bahasa gw masih 'gak sastra' banget

    klo blog pribadi...mungkin bakal gw pertimbangkan

    thx sarannya






    Spoiler untuk Chapter 10 :

    ==================================================
    Chapter 10: Twin Unity ~ Four Cardinals, Five Elements (Part 1)
    ==================================================


    Photon Blaster. Gamma Ray shift, charge up!!

    Tiga, dua, satu. BUMMMM!!

    Defensive Maneuver, Xuan Wu!!”, lelaki berjas, berdasi, dan bercelana panjang hitam serta berkemeja putih itu memunculkan sesuatu seperti magic circle di depan tangan kanannya, dengan simbol kura-kura berwarna hitam di tengahnya. Aku juga merasakan ada hawa dingin dari magic circle tersebut.

    Hah?! Tidak tertembus??!!

    “Hmmph, sinar gamma rupanya. Titik konsentrasi sinar gammanya memang tidak mungkin terlihat, tapi emisi radiasinya membuatnya jadi jelas. Sekarang giliranku!! Solid Offensive, Bai Hu!!

    Orang itu melompat ke arahku, dengan magic circle putih yang memiliki simbol harimau muncul di bawah kakinya. Tidak hanya itu, di sekelilingnya terdapat pedang-pedang dalam jumlah yang besar, semua ujungnya mengarah ke sini.

    Energy Barrier. Set up!!

    “Terlalu lambat!! Plasma Offensive, Zhu Que!!

    Pedang-pedang berada di depanku, sementara orang itu sudah berada di belakangku dengan ratusan bola api di sekelilingnya. Sekarang di bawah kakinya ada magic circle berwarna kemerahan dengan simbol burung di tengahnya.

    Movement Restriction, Qing Long!!”, magic circlenya berubah lagi, kali ini berwarna biru langit dengan simbol naga di tengahnya.

    Argh!! Bagaimana bisa tiba-tiba ada sulur tanaman yang merambat dari tanah dan melilit tanganku seperti ini?! Kalau begini Energy Barrier nya tidak terkontrol dengan sempurna!!

    Checkmate, orang asing.”

    Benar saja. Sebagian besar hujan pedang dan api itu memang tertahan, namun…ada satu pedang yang berhasil menembus bahu kiriku.

    “ARGH!!!! Sial…!!”, aku berusaha menahan sakit.

    “Daleth!!”

    “Resha, mundurlah!! T-T-Terlalu…ber…baha…ya…”

    Otakku kehilangan fungsi pengendalian kesadaran dalam sekejap. Sebelum aku tidak sadar total, aku sempat mendengar Resha berteriak panik dalam bahasa Huaxia yang digunakan di Kekaisaran Qing ini. Ada juga suara sirene polisi. Namun…aku tidak tahu apa lagi yang terjadi setelah itu…

    ……

    ……



    Aku merasa ada yang menghangatkan seluruh tubuhku, membuatku kembali tersadar. Perlahan aku membuka kelopak mataku, dan yang bisa kulihat hanyalah warna putih…makin jelas…ah, ternyata langit-langit ruangan. Eh? Di mana aku sekarang?!

    Di tengah keterkejutanku, secara refleks aku berusaha mengambil posisi duduk dengan cepat. Argh…bahu kiriku masih terasa sakit. Yang terakhir kali kuingat adalah aku sempat bertarung dengan seseorang, entah siapa, walau akhirnya aku kalah. Hmm…ternyata aku berada di atas ranjang. Dari bentuknya sepertinya ranjang rumah sakit. Hah? Rumah sakit?

    “Ng…halo, orang asing.”, ada suara dari sebelah kananku. Itu…seorang perempuan dengan baju khas pasien rumah sakit dengan warna biru muda, terbaring di ranjang yang ada di sebelah kananku, bersebelahan dengan jendela.

    Aku tidak bisa menebak tinggi badannya karena dia terduduk di atas ranjang. Jika dilihat dari bentuk wajahnya, sepertinya dia berumur antara 20-22 tahun. Rambutnya hitam, cukup panjang, hampir sepinggang. Tatapan matanya memberi kesan hangat, lebih lembut dari yang dimiliki Iwanaga-senpai. Kemampuannya berbahasa Anglia juga cukup baik, terdengar dari kejelasan ucapannya tadi. Baguslah, aku memang tidak begitu lancar dalam bicara bahasa Huaxia.

    “Kamu terlihat bingung…ada apa?”

    “T-Tidak, tidak apa-apa. Aku hanya kaget saja bisa tiba-tiba berada di sini.”

    “Kudengar dari suster, kamu menderita luka sangat parah saat tiba di rumah sakit ini. Kamu juga tidak sadarkan diri…selama lima hari.”

    “Hah?! Lima hari?!”

    “Iya, benar. Untung saja ada adikmu itu cepat membawamu ke sini, dengan bantuan polisi setempat.”

    “Huh? Adik? Aku tidak membawa adikku…ah, maksudmu perempuan bertubuh kecil dengan rambut pirang dan mata biru itu? Itu sih bukan adikku.”

    “Eh? Benarkah? Aku sempat mengira dia adikmu lho. Dia terlihat sangat panik saat kamu pertama kali dipindahkan ke kamar ini.”

    “Dia panik? Kenapa?”

    “Kamu nyaris mati karena kehilangan darah, orang asing. Aku tidak tahu bagaimana cara dia mendapatkan darah untukmu, tapi dia bisa mendapatkannya cukup cepat, sebelum kondisimu menurun lebih jauh.”

    “Eh? Nyaris mati…? Tunggu, tunggu. Bisa kamu ceritakan lebih lengkap?”

    “Bagaimana kalau kuceritakan di luar? Cuacanya bagus hari ini. Tolong ambilkan kursi rodaku di sana.”

    Di salah satu sudut ruangan, tepatnya di sudut kanan depanku, ada sebuah kursi roda. Selagi aku mengambil kursi roda, dia meraih dua buah ikat rambut di meja sebelah kiri kasur, lalu mengikatkannya di rambutnya…wow, twintail. Dia jadi terlihat berbeda, mirip dengan personifikasi salah satu software voice synthesizer buatan Seihou.

    “Tapi bahumu…”

    “Sudah, tidak apa-apa. Tadi hanya terasa sakit sedikit karena bangun terlalu cepat.”, kubantu dia duduk di kursi roda.

    “Oke…sekarang bawa aku keluar.”



    Mulai dari koridor di lantai 7 dimana kamarku berada, lift, hingga lobi, semua orang mulai dari suster, dokter, pengunjung, hingga petugas keamanan menatap kami berdua. Mereka menatapku karena aku orang asing atau…?

    “Umm…namamu?”, tanyanya.

    “Ah iya, maaf belum memperkenalkan diri. Namaku Daleth Reshunuel, dari Liberion.”

    “Oh…orang Liberion. Aku Huang Shangdi, panggil Huang saja.”

    Begitu kami sampai di taman sebelah timur rumah sakit, kami duduk di sebuah bangku taman, lalu Huang mulai bercerita dengan detail mengenai apa saja yang terjadi. Khususnya…yang diperbuat Resha terhadapku.

    Aku benar-benar tidak menyangka dengan apa yang dilakukan Resha. Dengan bantuan polisi setempat, dia membawaku ke rumah sakit ini, padahal hari sudah tengah malam. Begitu aku dibawa ke ruang ICU dan diperiksa sebentar, dokter mengatakan kalau lukaku sangat parah dan aku kehilangan darah dalam jumlah banyak. Golongan darahku, B, tinggal sedikit persediaannya waktu itu, dan ada juga beberapa pasien yang membutuhkannya. Namun…entah bagaimana, Resha bisa mendapatkannya, dan membuat masa kritisku berlalu.

    Yang membuatku sedikit tersentuh adalah…setelahnya. Huang berkata kalau Resha terlihat sangat depresi, seakan ketakutan kalau aku akan pergi untuk selamanya. Di hari pertama, sepanjang pagi dan siang dia hanya duduk di sebelah ranjangku, memegang tanganku sambil menangis. Huang pun mengajak Resha bicara, dan berhasil menguatkan dirinya. Resha kembali mendapatkan semangatnya, dan berjanji pada dirinya sendiri akan berusaha melunasi semua yang dibutuhkan untuk memulihkan kondisiku.

    “Dia…merasa depresi?”

    “Kudengar kalian sudah bersama selama beberapa bulan. Kenapa harus heran?”

    “Aku hanya benar-benar tidak menyangka. Selama ini kelakuannya…berbeda. Kekanak-kanakan. Bagaimana bisa dia…”

    “Apa mungkin…dia begitu sayang padamu? Kudengar dia juga sudah tidak punya siapa-siapa lagi.”

    Aku tidak tahu apakah aku salah menangkap omongannya atau bagaimana, tapi aku sempat merasa tersipu selama beberapa saat.

    “O-Oke. Dengan kata lain, sekarang Resha sedang bekerja?”

    “Ya, tidak jauh dari sini, di sebuah restoran. Yah…walaupun mustahil melunasi seluruh biaya perawatanmu dalam waktu cepat jika hanya bekerja di tempat itu. Tapi aku suka semangatnya.”

    “Ah, begitu rupanya. Kamu sendiri…bagaimana bisa sampai dirawat di sini?”

    “Aku? Kalau harus menceritakan semua, akan panjang sekali. Yang jelas aku tidak akan sembuh kalau kekuatan ini masih ada…”

    “Eh? Kekuatan?”

    “A-A-Ah, m-maaf. Lupakan saja yang tadi.”, wajahnya berubah malu. “Ah iya, memangnya apa yang membuatmu bisa terluka parah seperti itu? Lumayan besar lho lukamu itu…”

    “Ada orang gila yang mendadak mengajakku bertarung, lalu…begini hasilnya.”

    “Eh? Orang…gila?”

    “Maniak, freak, mungkin sudah sakit jiwa. Dia menyerangku begitu saja dengan satu alasan, karena aku orang asing, bukan orang Qing.”

    Wajah Huang berubah panik. Eh…kenapa ya?

    “Hei, ada apa?”

    “Orang yang menyerangmu itu…bisa mengeluarkan sesuatu semacam magic circle?”

    “Ya, benar…”

    “Warna dan simbol di tengah magic circlenya dapat berubah-ubah. Benar begitu?”

    “Tepat sekali!! Seratus untukmu!! Kamu kenal orang itu?”

    “Argh…itu pasti Feng…”

    “Feng?”

    “Saudara kembarku, Feng Shangdi.”

    HAH?! Orang yang waktu itu menyerangku…saudara kembar orang ini?! Kenapa berbeda sekali? Yang satu punya aura membunuh yang luar biasa, sementara satunya lagi terlihat begitu lembut. Bah, dunia ini ternyata punya banyak keanehan.

    “Aku tahu pasti berat bagimu untuk memaafkannya, tapi…dia memang dilatih seperti itu sejak kecil.”

    “Dilatih?”

    “Sekitar dua puluh lima tahun yang lalu, ayahku berhasil mengambil alih pemerintahan negara ini, menyatukannya kembali setelah perang saudara selama empat tahun. Namun…lima tahun setelah ayahku menjadi kaisar, negara ini mulai terancam perpecahan. Ada beberapa wilayah yang mulai melepaskan diri, karena petinggi militer setempat memiliki persenjataan yang kuat.”

    “Dan saudara kembarmu itu dididik untuk menjadi seorang pembunuh demi mempersatukan negara ini?”

    “Kira-kira begitu. Namun dia tidak pernah membunuh sembarangan, hanya yang dirasa mengancam negara saja.”

    Jadi aku dinilai mengancam negara ini, Kekaisaran Qing? Bah…ada yang salah dengan otak orang itu.

    “Tapi aku tidak melakukan apapun!! Bahkan aku baru sampai di negara ini dua hari sebelumnya...”

    “Feng benci orang asing, karena merekalah yang memberi suplai persenjataan ke wilayah-wilayah yang memberontak itu. Jadi…maklum saja kalau dia benci padamu.”

    Ini benar-benar gila. Sepertinya aku harus keluar dari negara ini secepatnya. Tunggu. Berarti Huang…

    “Kamu anak kaisar Qing?!”

    “Lho, kamu baru menyadarinya sekarang?”

    Ternyata otakku masih dalam kondisi setengah transien gara-gara cedera ini, sehingga aku baru menyadari hal itu belakangan. Pantas saja sejak tadi orang-orang terus menatapku. Pasti mereka heran bagaimana seorang anak kaisar, yang saudaranya sangat membenci orang asing, bisa dekat denganku.

    “Err…saudaramu itu…sering ke sini juga?”

    “Kadang-kadang.”

    Gawat. Kalau dia tahu aku sekamar dengan saudara kembarnya, bisa-bisa…astaga. Ditambah lagi mereka anak kaisar!! Salah sedikit saja bisa hilang kepalaku.

    “Wajahmu pucat…ada apa?”

    “Ng…tidak apa-apa, Huang. Hanya saja…”

    “Kamu ketakutan?”

    “S-Sedikit…”

    “Tenang saja, kalau kuperintahkan dia untuk tidak melukaimu, dia pasti menurut. Hmm…sebaiknya kita kembali ke dalam, mataharinya mulai terik.”



    Kubawa Huang kembali ke kamar dengan kursi rodanya. Lagi-lagi orang-orang di rumah sakit ini menatapku sepanjang perjalanan ke lantai 7.

    Aku mengenal Huang makin dalam di hari itu. Bagaimana kehidupannya waktu kecil, hubungannya dengan Feng, hingga mengenai kekuatan yang dimilikinya.

    Bisa dikatakan kalau Huang adalah anak yang ‘tidak diinginkan’ oleh kaisar Qing, Yu Shangdi. Sewaktu istri kaisar hamil, diagnosis dokter mengatakan bahwa yang ada di kandungan istri kaisar hanya satu bayi, namun begitu lahir…ternyata ada dua anak, satu laki-laki, satu perempuan. Merekapun dinamai Feng dan Huang, sesuai nama raja para burung di mitologi Qing, Fenghuang.

    Kejadian sewaktu istri kaisar hamil itulah yang membuat kaisar Qing tidak suka dengan Huang. Menurut ahli-ahli ramal kekaisaran Qing, Huang adalah anak pembawa sial, bertanggung jawab atas lepasnya beberapa wilayah yang dikuasai petinggi-petinggi militer. Karena itulah…sewaktu kecil, Huang tidak disukai oleh ayahnya sendiri. Walau begitu, banyak pegawai istana menyukai Huang karena perilakunya yang sopan dan lembut. Feng sendiri, sebagai saudara kembarnya yang merupakan putra mahkota, sama sekali tidak membenci Huang, bahkan kadang dia membelanya di hadapan ayah mereka.

    Namun…kurang lebih 7 tahun yang lalu, Huang dipindahkan ke rumah sakit ini, tepat ketika Feng menyadari kalau ada suatu kekuatan di dalam dirinya, dan juga diri Huang.



    “Apakah kamu tahu mengenai Si Xiang?”, tanyanya saat kami sudah berada di kamar kembali.

    “Sepertinya aku pernah dengar…maksudmu keempat hewan mitologi yang posisinya bersesuaian dengan mata angin?”

    “Nah, itu maksudku. Feng memiliki kekuatan dari keempat hewan penjaga tersebut. Black Tortoise of the North, Xuan Wu, dengan elemen air. White Tiger of the West, Bai Hu, dengan elemen logam. Vermillion Bird of the South, Zhu Que, dengan elemen api. Dan terakhir, Azure Dragon of the East, Qing Long, dengan elemen kayu.”

    “Lalu…apa hubungannya dengan kepindahan dirimu ke rumah sakit ini?”

    “Sejak dia menemukan kekuatan itu, aku jadi sakit-sakitan. Setelah ditelusuri, itu karena…aku memiliki kekuatan dari hewan penjaga kelima, Yellow Dragon of the Center, Huang Long, dengan elemen tanah.”

    “Sebentar, sebentar. Aku tidak begitu paham perkara mistis seperti ini. Saudara kembarmu menemukan kekuatan, lalu kamu juga?”

    “Hmm…bisa dibilang teraktivasi secara otomatis, Daleth. Keempat penjuru mata angin selalu berpusat pada satu titik. Seperti halnya kekuatan yang dimiliki Feng, berpusat pada diriku.”

    “Ah…aku mengerti. Jadi, kekuatannya membebani tubuhmu, sehingga kamu berubah sakit-sakitan?”

    “Benar sekali. Dalam sistem lima elemen yang dikenal dengan Wu Xing, elemen tanah, yang merupakan elemen yang dimiliki hewan mitologi Huang Long, memiliki sifat netral, menciptakan keseimbangan energi antara Yin dan Yang. Jika aku tidak ada, mungkin Feng sudah mati sewaktu menggunakan kekuatannya.”

    “Tunggu. Kalau begitu, setiap Feng menggunakan kekuatannya…”

    “Ya, semuanya akan dibebankan pada diriku, membuatku merasa terus kesakitan…”

    “Lalu kenapa dia masih juga menggunakannya?! Itu sama saja dengan menyiksa dirimu!!”

    “Itu karena aku yang memintanya, Daleth. Aku tahu, aku tidak mungkin berkontribusi banyak terhadap negara ini karena banyak sekali larangan yang dibebankan oleh ayah kepadaku. Karena itu…aku memohon pada Feng untuk…”

    “Tidak masuk akal…!! Kenapa dia begitu tega…”

    “Tenang saja. Jika jarak antara Feng dan diriku cukup jauh, aku tidak akan merasa terlalu tersiksa.”

    “Tapi waktu itu…dia menghabisi diriku di kota ini!! Dia sudah tahu akan hal itu, dan dia masih melakukannya?!”

    Huang hanya tertunduk dengan wajah murung, tidak menjawabku. Kurasa waktu itu dia benar-benar merasa kesakitan, tepat saat Feng bertarung denganku. Aku…jadi ikut merasa bersalah.



    Jarum jam terus berjalan, hingga matahari kembali terbenam di barat. Tak lama, Resha kembali. Ng…aku sedikit kangen dengannya…

    “Daleth…? Kamu sudah sadar?!”, Resha langsung berlari ke ranjangku, spontan memeluk diriku. Duh, aku jadi salah tingkah begini…

    Sekarang aku merasa bajuku agak basah. Resha…menangis?

    “H-Hei, tidak usah menangis begitu…”

    “Bagaimana aku tidak menangis…?! Kamu sudah membuatku panik setengah mati!! Tolonglah…jangan membuatku khawatir lagi seperti ini…”

    Beberapa puluh detik Resha meluapkan perasaannya di pelukanku. Melihatnya menangis, tidak ada sepatah katapun yang bisa keluar dari mulutku. Aku hanya bisa memeluk tubuhnya yang kecil itu. Ini pertama kalinya aku melihat air mata Resha mengalir begitu deras.

    “Resha, sekarang Daleth sudah sadarkan diri. Kamu tidak perlu lagi merasa panik.”, sahut Huang.

    “I-Iya…kamu benar.”, perlahan dia menghapus air matanya. “Ng…kalian berdua sudah saling kenal?”

    “Begitulah. Tadi kami sempat mengobrol sebentar.”, jawabku. “Ah iya, barang-barangku ada di mana?”

    “Di bawah ranjangmu.”, Resha mengambilkan satu buah tasku dari bawah. “Semuanya lengkap, khususnya laptop dan sarung tanganmu.”

    Ah, syukurlah. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi kalau kedua barang itu tidak ada. Baiklah, aku akan cek e-mail sebentar.

    Hei, ada e-mail lagi dari kepala penjara!! Dikirim 9 hari yang lalu, saat aku masih di Seihou. E-mail ini memberitahuku agar tidak lari ke Kekaisaran Qing karena kondisi politiknya yang tidak stabil, dan sangat berbahaya bagi orang asing. Bah…terlambat. Aku sudah ada di sini, hei kepala penjara…!! Kenapa tidak kirim e-mail ini 2 atau 3 hari sebelumnya?! Huh…



    Selagi aku membuka laptopku, pintu kamar ini dibuka dari luar, dan…AH!! Itu dia si brengsek yang menghajarku waktu itu!!

    “Oi orang asing!! Kenapa kamu bisa ada di sini?!”, teriak orang itu, Feng Shangdi.

    “Hah?! Ini semua salahmu sampai aku bisa berada di rumah sakit ini!!”, aku balas meneriakinya.

    “Jadi yang kemarin belum cukup, hah?! Masih ingin kuhajar lagi?!”

    “STOP!! Heh, orang gila!! Sekali lagi kamu berani menyentuh Daleth, akan kupatahkan lehermu!!”, Resha mendadak ikut berteriak.

    “Anak kecil tidak usah banyak bicara!! Aku masih ada urusan dengan orang asing itu!!”

    “Sekali lagi…”, Resha meninju perutnya dengan tangan kanan.
    “Kukatakan…”, sekarang dia dihajar dengan siku kiri.
    “Jangan…”, sebuah uppercut kanan dilancarkan.
    “Ganggu...”, wow, dia dibanting.
    “Daleth!!!”, knock out!!
    “MENGERTI?!”, Resha menginjak punggungnya saat dia sudah terkapar di lantai.

    Entah kenapa, secara spontan aku dan Huang malah bertepuk tangan. Sejak dari Maple Country aku memang sudah curiga kalau Resha sebenarnya punya fisik yang cukup kuat.

    “Wow, Resha!! Kamu bisa bela diri?”, tanya Huang.

    “Aku terbiasa hidup sendiri, jadi mau tidak mau aku harus belajar sedikit ilmu untuk mempertahankan diri…hahaha!!”

    “H-Huang…kenapa k-k-kamu malah m-membelanya…”, tanya Feng dengan terbata-bata. Kesakitan, barangkali? Hehehe.

    “Feng, mulai sekarang, aku minta jangan ganggu mereka berdua. Apa kamu mengerti?”

    “B-Baiklah Huang…dan singkirkan kakimu itu, anak kecil…”

    Ternyata Feng benar-benar penurut. Cukup sekali saja Huang memintanya untuk meminta maaf padaku, dia langsung melakukannya. Yah…walaupun terlihat dari wajahnya kalau dia melakukannya setengah terpaksa. Tapi ya sudahlah, sepertinya sudah ada jaminan dari Huang kalau aku dan Resha akan aman selama berada di sini.



    Malam harinya, Feng memaksa agar diijinkan menginap di rumah sakit. Sepanjang sore hingga malam, ketegangan antara Resha dan Feng benar-benar melingkupi ruangan ini. Wajah mereka berdua seakan ingin membunuh satu sama lain.

    Karena kelelahan, tanpa sadar aku tertidur. Beberapa lama kemudian, terdengar suara seperti jendela dibuka…dan suara Huang juga Resha…ada apa sih…?

    Ketika aku membuka mata, mereka berdua…sudah tidak ada!! Jangan-jangan mereka diculik?! Bagaimana bisa? Ini kan lantai 7!! Atau pelakunya menculik mereka lewat jendela? Refleks aku langsung beranjak dari ranjang, melihat keluar jendela.

    “Oi…ada apa ini…berisik sekali.”, kata Feng yang masih setengah sadar, di sofa ruangan ini, di seberang ranjangku.

    “Gawat, Feng. Huang dan Resha tidak ada!!”

    “Hah?! Ke mana mereka?!”

    “Aku juga tidak tahu pastinya. Yang jelas tadi sempat ada ribut-ribut sebentar, lalu…mereka hilang begitu saja setelah aku membuka mata.”

    “Sial!! Ini pasti akal bulus para pemberontak itu…!!”

    “Kalau begitu kenapa Resha juga ikut diculik?! Apa hubungan dia dengan semua ini?!”

    “Mana aku tahu?!”

    Tiba-tiba terdengar suara telepon seluler Feng berbunyi. Dia menjawabnya, lalu bicara dalam bahasa Huaxia, yang tidak kumengerti. Wajahnya berubah kaget, dan dia berteriak memaki-maki orang yang meneleponnya itu.

    “Hei, ada apa? Siapa yang menelepon?!”

    “Argh…gila, ini gila!! Pemberontak sialan!! Dia mengajakku bertarung, dan jika aku menang, mereka berdua akan dilepaskan…”

    “Kamu? Sendirian?! Jangan bercanda…aku ikut!! Nyawa Resha terancam kali ini!!”

    “Hah?! Ini urusan negara!! Orang asing tidak boleh ikut campur!!”

    “Heh, dengar kata-kataku!! Resha juga diculik, dan hanya aku satu-satunya orang yang berhak untuk melepaskannya, mengerti?!”

    “Cih, keras kepala sekali. Terserah kamu saja lah!! Tapi jangan menyusahkanku, oke?!”

    Kuambil satu barang yang sudah pasti bisa digunakan untuk menyelamatkan mereka, sarung tanganku. Di tengah kegelapan malam…aku dan Feng menaiki sebuah helikopter yang sudah disiapkan di atap rumah sakit, terbang menuju tempat yang disebutkan oleh penculiknya, sekitar 120 kilometer sebelah utara kota ini.

    Argh…jika terjadi sesuatu yang buruk pada Resha, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri…




    To Be Continued...



    ============================

    Spoiler untuk Trivia :

    • Xuan Wu, Bai Hu, Zhu Que, Qing Long = Genbu, Byakko, Suzaku, Seiryuu.
    • Our sibling: Feng - Huang = mythological bird Fenghuang (phoenix)
    • Shangdi = artinya "high sovereign" (cocok untuk nama keluarga kaisar )
    • Our emperor: Yu = diambil dari nama kaisar langit, Jade Emperor (Yu Huang/Yu Di)
    • Qing...nama dinasti terakhir di *Qing-di-dunia-nyata*
    • Huaxia = kata yg sering digunakan untuk merepresentasikan peradaban *Qing-di-dunia-nyata* http://en.wikipedia.org/wiki/Huaxia
    • Selagi aku mengambil kursi roda, dia meraih dua buah ikat rambut di meja sebelah kiri kasur, lalu mengikatkannya di rambutnya…wow, twintail. Dia jadi terlihat berbeda, mirip dengan personifikasi salah satu software voice synthesizer buatan Seihou.
      Kalo ga mau repot ngebayangin Huang itu kayak apa wujudnya, konsentrasi di kata" "personifikasi salah satu software voice synthesizer" alias...Vocaloid, berarti Huang itu mirip Hatsune Miku (silakan diblok)

    Last edited by LunarCrusade; 26-12-11 at 23:40.


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  5. The Following 3 Users Say Thank You to LunarCrusade For This Useful Post:
  6. #34
    kittypurry's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    Wherever Katy is
    Posts
    1,633
    Points
    219.05
    Thanks: 102 / 70 / 49

    Default

    Quote Originally Posted by LunarCrusade View Post
    ah jadi malu...



    wew klo publish ke penerbit gitu kayaknya masih belom berani deh gw, penggunaan bahasa gw masih 'gak sastra' banget

    klo blog pribadi...mungkin bakal gw pertimbangkan

    thx sarannya






    Spoiler untuk Chapter 10 :

    ==================================================
    Chapter 10: Twin Unity ~ Four Cardinals, Five Elements (Part 1)
    ==================================================


    Photon Blaster. Gamma Ray shift, charge up!!

    Tiga, dua, satu. BUMMMM!!

    Defensive Maneuver, Xuan Wu!!”, lelaki berjas, berdasi, dan bercelana panjang hitam serta berkemeja putih itu memunculkan sesuatu seperti magic circle di depan tangan kanannya, dengan simbol kura-kura berwarna hitam di tengahnya. Aku juga merasakan ada hawa dingin dari magic circle tersebut.

    Hah?! Tidak tertembus??!!

    “Hmmph, sinar gamma rupanya. Titik konsentrasi sinar gammanya memang tidak mungkin terlihat, tapi emisi radiasinya membuatnya jadi jelas. Sekarang giliranku!! Solid Offensive, Bai Hu!!

    Orang itu melompat ke arahku, dengan magic circle putih yang memiliki simbol harimau muncul di bawah kakinya. Tidak hanya itu, di sekelilingnya terdapat pedang-pedang dalam jumlah yang besar, semua ujungnya mengarah ke sini.

    Energy Barrier. Set up!!

    “Terlalu lambat!! Plasma Offensive, Zhu Que!!

    Pedang-pedang berada di depanku, sementara orang itu sudah berada di belakangku dengan ratusan bola api di sekelilingnya. Sekarang di bawah kakinya ada magic circle berwarna kemerahan dengan simbol burung di tengahnya.

    Movement Restriction, Qing Long!!”, magic circlenya berubah lagi, kali ini berwarna biru langit dengan simbol naga di tengahnya.

    Argh!! Bagaimana bisa tiba-tiba ada sulur tanaman yang merambat dari tanah dan melilit tanganku seperti ini?! Kalau begini Energy Barrier nya tidak terkontrol dengan sempurna!!

    Checkmate, orang asing.”

    Benar saja. Sebagian besar hujan pedang dan api itu memang tertahan, namun…ada satu pedang yang berhasil menembus bahu kiriku.

    “ARGH!!!! Sial…!!”, aku berusaha menahan sakit.

    “Daleth!!”

    “Resha, mundurlah!! T-T-Terlalu…ber…baha…ya…”

    Otakku kehilangan fungsi pengendalian kesadaran dalam sekejap. Sebelum aku tidak sadar total, aku sempat mendengar Resha berteriak panik dalam bahasa Huaxia yang digunakan di Kekaisaran Qing ini. Ada juga suara sirene polisi. Namun…aku tidak tahu apa lagi yang terjadi setelah itu…

    ……

    ……



    Aku merasa ada yang menghangatkan seluruh tubuhku, membuatku kembali tersadar. Perlahan aku membuka kelopak mataku, dan yang bisa kulihat hanyalah warna putih…makin jelas…ah, ternyata langit-langit ruangan. Eh? Di mana aku sekarang?!

    Di tengah keterkejutanku, secara refleks aku berusaha mengambil posisi duduk dengan cepat. Argh…bahu kiriku masih terasa sakit. Yang terakhir kali kuingat adalah aku sempat bertarung dengan seseorang, entah siapa, walau akhirnya aku kalah. Hmm…ternyata aku berada di atas ranjang. Dari bentuknya sepertinya ranjang rumah sakit. Hah? Rumah sakit?

    “Ng…halo, orang asing.”, ada suara dari sebelah kananku. Itu…seorang perempuan dengan baju khas pasien rumah sakit dengan warna biru muda, terbaring di ranjang yang ada di sebelah kananku, bersebelahan dengan jendela.

    Aku tidak bisa menebak tinggi badannya karena dia terduduk di atas ranjang. Jika dilihat dari bentuk wajahnya, sepertinya dia berumur antara 20-22 tahun. Rambutnya hitam, cukup panjang, hampir sepinggang. Tatapan matanya memberi kesan hangat, lebih lembut dari yang dimiliki Iwanaga-senpai. Kemampuannya berbahasa Anglia juga cukup baik, terdengar dari kejelasan ucapannya tadi. Baguslah, aku memang tidak begitu lancar dalam bicara bahasa Huaxia.

    “Kamu terlihat bingung…ada apa?”

    “T-Tidak, tidak apa-apa. Aku hanya kaget saja bisa tiba-tiba berada di sini.”

    “Kudengar dari suster, kamu menderita luka sangat parah saat tiba di rumah sakit ini. Kamu juga tidak sadarkan diri…selama lima hari.”

    “Hah?! Lima hari?!”

    “Iya, benar. Untung saja ada adikmu itu cepat membawamu ke sini, dengan bantuan polisi setempat.”

    “Huh? Adik? Aku tidak membawa adikku…ah, maksudmu perempuan bertubuh kecil dengan rambut pirang dan mata biru itu? Itu sih bukan adikku.”

    “Eh? Benarkah? Aku sempat mengira dia adikmu lho. Dia terlihat sangat panik saat kamu pertama kali dipindahkan ke kamar ini.”

    “Dia panik? Kenapa?”

    “Kamu nyaris mati karena kehilangan darah, orang asing. Aku tidak tahu bagaimana cara dia mendapatkan darah untukmu, tapi dia bisa mendapatkannya cukup cepat, sebelum kondisimu menurun lebih jauh.”

    “Eh? Nyaris mati…? Tunggu, tunggu. Bisa kamu ceritakan lebih lengkap?”

    “Bagaimana kalau kuceritakan di luar? Cuacanya bagus hari ini. Tolong ambilkan kursi rodaku di sana.”

    Di salah satu sudut ruangan, tepatnya di sudut kanan depanku, ada sebuah kursi roda. Selagi aku mengambil kursi roda, dia meraih dua buah ikat rambut di meja sebelah kiri kasur, lalu mengikatkannya di rambutnya…wow, twintail. Dia jadi terlihat berbeda, mirip dengan personifikasi salah satu software voice synthesizer buatan Seihou.

    “Tapi bahumu…”

    “Sudah, tidak apa-apa. Tadi hanya terasa sakit sedikit karena bangun terlalu cepat.”, kubantu dia duduk di kursi roda.

    “Oke…sekarang bawa aku keluar.”



    Mulai dari koridor di lantai 7 dimana kamarku berada, lift, hingga lobi, semua orang mulai dari suster, dokter, pengunjung, hingga petugas keamanan menatap kami berdua. Mereka menatapku karena aku orang asing atau…?

    “Umm…namamu?”, tanyanya.

    “Ah iya, maaf belum memperkenalkan diri. Namaku Daleth Reshunuel, dari Liberion.”

    “Oh…orang Liberion. Aku Huang Shangdi, panggil Huang saja.”

    Begitu kami sampai di taman sebelah timur rumah sakit, kami duduk di sebuah bangku taman, lalu Huang mulai bercerita dengan detail mengenai apa saja yang terjadi. Khususnya…yang diperbuat Resha terhadapku.

    Aku benar-benar tidak menyangka dengan apa yang dilakukan Resha. Dengan bantuan polisi setempat, dia membawaku ke rumah sakit ini, padahal hari sudah tengah malam. Begitu aku dibawa ke ruang ICU dan diperiksa sebentar, dokter mengatakan kalau lukaku sangat parah dan aku kehilangan darah dalam jumlah banyak. Golongan darahku, B, tinggal sedikit persediaannya waktu itu, dan ada juga beberapa pasien yang membutuhkannya. Namun…entah bagaimana, Resha bisa mendapatkannya, dan membuat masa kritisku berlalu.

    Yang membuatku sedikit tersentuh adalah…setelahnya. Huang berkata kalau Resha terlihat sangat depresi, seakan ketakutan kalau aku akan pergi untuk selamanya. Di hari pertama, sepanjang pagi dan siang dia hanya duduk di sebelah ranjangku, memegang tanganku sambil menangis. Huang pun mengajak Resha bicara, dan berhasil menguatkan dirinya. Resha kembali mendapatkan semangatnya, dan berjanji pada dirinya sendiri akan berusaha melunasi semua yang dibutuhkan untuk memulihkan kondisiku.

    “Dia…merasa depresi?”

    “Kudengar kalian sudah bersama selama beberapa bulan. Kenapa harus heran?”

    “Aku hanya benar-benar tidak menyangka. Selama ini kelakuannya…berbeda. Kekanak-kanakan. Bagaimana bisa dia…”

    “Apa mungkin…dia begitu sayang padamu? Kudengar dia juga sudah tidak punya siapa-siapa lagi.”

    Aku tidak tahu apakah aku salah menangkap omongannya atau bagaimana, tapi aku sempat merasa tersipu selama beberapa saat.

    “O-Oke. Dengan kata lain, sekarang Resha sedang bekerja?”

    “Ya, tidak jauh dari sini, di sebuah restoran. Yah…walaupun mustahil melunasi seluruh biaya perawatanmu dalam waktu cepat jika hanya bekerja di tempat itu. Tapi aku suka semangatnya.”

    “Ah, begitu rupanya. Kamu sendiri…bagaimana bisa sampai dirawat di sini?”

    “Aku? Kalau harus menceritakan semua, akan panjang sekali. Yang jelas aku tidak akan sembuh kalau kekuatan ini masih ada…”

    “Eh? Kekuatan?”

    “A-A-Ah, m-maaf. Lupakan saja yang tadi.”, wajahnya berubah malu. “Ah iya, memangnya apa yang membuatmu bisa terluka parah seperti itu? Lumayan besar lho lukamu itu…”

    “Ada orang gila yang mendadak mengajakku bertarung, lalu…begini hasilnya.”

    “Eh? Orang…gila?”

    “Maniak, freak, mungkin sudah sakit jiwa. Dia menyerangku begitu saja dengan satu alasan, karena aku orang asing, bukan orang Qing.”

    Wajah Huang berubah panik. Eh…kenapa ya?

    “Hei, ada apa?”

    “Orang yang menyerangmu itu…bisa mengeluarkan sesuatu semacam magic circle?”

    “Ya, benar…”

    “Warna dan simbol di tengah magic circlenya dapat berubah-ubah. Benar begitu?”

    “Tepat sekali!! Seratus untukmu!! Kamu kenal orang itu?”

    “Argh…itu pasti Feng…”

    “Feng?”

    “Saudara kembarku, Feng Shangdi.”

    HAH?! Orang yang waktu itu menyerangku…saudara kembar orang ini?! Kenapa berbeda sekali? Yang satu punya aura membunuh yang luar biasa, sementara satunya lagi terlihat begitu lembut. Bah, dunia ini ternyata punya banyak keanehan.

    “Aku tahu pasti berat bagimu untuk memaafkannya, tapi…dia memang dilatih seperti itu sejak kecil.”

    “Dilatih?”

    “Sekitar dua puluh lima tahun yang lalu, ayahku berhasil mengambil alih pemerintahan negara ini, menyatukannya kembali setelah perang saudara selama empat tahun. Namun…lima tahun setelah ayahku menjadi kaisar, negara ini mulai terancam perpecahan. Ada beberapa wilayah yang mulai melepaskan diri, karena petinggi militer setempat memiliki persenjataan yang kuat.”

    “Dan saudara kembarmu itu dididik untuk menjadi seorang pembunuh demi mempersatukan negara ini?”

    “Kira-kira begitu. Namun dia tidak pernah membunuh sembarangan, hanya yang dirasa mengancam negara saja.”

    Jadi aku dinilai mengancam negara ini, Kekaisaran Qing? Bah…ada yang salah dengan otak orang itu.

    “Tapi aku tidak melakukan apapun!! Bahkan aku baru sampai di negara ini dua hari sebelumnya...”

    “Feng benci orang asing, karena merekalah yang memberi suplai persenjataan ke wilayah-wilayah yang memberontak itu. Jadi…maklum saja kalau dia benci padamu.”

    Ini benar-benar gila. Sepertinya aku harus keluar dari negara ini secepatnya. Tunggu. Berarti Huang…

    “Kamu anak kaisar Qing?!”

    “Lho, kamu baru menyadarinya sekarang?”

    Ternyata otakku masih dalam kondisi setengah transien gara-gara cedera ini, sehingga aku baru menyadari hal itu belakangan. Pantas saja sejak tadi orang-orang terus menatapku. Pasti mereka heran bagaimana seorang anak kaisar, yang saudaranya sangat membenci orang asing, bisa dekat denganku.

    “Err…saudaramu itu…sering ke sini juga?”

    “Kadang-kadang.”

    Gawat. Kalau dia tahu aku sekamar dengan saudara kembarnya, bisa-bisa…astaga. Ditambah lagi mereka anak kaisar!! Salah sedikit saja bisa hilang kepalaku.

    “Wajahmu pucat…ada apa?”

    “Ng…tidak apa-apa, Huang. Hanya saja…”

    “Kamu ketakutan?”

    “S-Sedikit…”

    “Tenang saja, kalau kuperintahkan dia untuk tidak melukaimu, dia pasti menurut. Hmm…sebaiknya kita kembali ke dalam, mataharinya mulai terik.”



    Kubawa Huang kembali ke kamar dengan kursi rodanya. Lagi-lagi orang-orang di rumah sakit ini menatapku sepanjang perjalanan ke lantai 7.

    Aku mengenal Huang makin dalam di hari itu. Bagaimana kehidupannya waktu kecil, hubungannya dengan Feng, hingga mengenai kekuatan yang dimilikinya.

    Bisa dikatakan kalau Huang adalah anak yang ‘tidak diinginkan’ oleh kaisar Qing, Yu Shangdi. Sewaktu istri kaisar hamil, diagnosis dokter mengatakan bahwa yang ada di kandungan istri kaisar hanya satu bayi, namun begitu lahir…ternyata ada dua anak, satu laki-laki, satu perempuan. Merekapun dinamai Feng dan Huang, sesuai nama raja para burung di mitologi Qing, Fenghuang.

    Kejadian sewaktu istri kaisar hamil itulah yang membuat kaisar Qing tidak suka dengan Huang. Menurut ahli-ahli ramal kekaisaran Qing, Huang adalah anak pembawa sial, bertanggung jawab atas lepasnya beberapa wilayah yang dikuasai petinggi-petinggi militer. Karena itulah…sewaktu kecil, Huang tidak disukai oleh ayahnya sendiri. Walau begitu, banyak pegawai istana menyukai Huang karena perilakunya yang sopan dan lembut. Feng sendiri, sebagai saudara kembarnya yang merupakan putra mahkota, sama sekali tidak membenci Huang, bahkan kadang dia membelanya di hadapan ayah mereka.

    Namun…kurang lebih 7 tahun yang lalu, Huang dipindahkan ke rumah sakit ini, tepat ketika Feng menyadari kalau ada suatu kekuatan di dalam dirinya, dan juga diri Huang.



    “Apakah kamu tahu mengenai Si Xiang?”, tanyanya saat kami sudah berada di kamar kembali.

    “Sepertinya aku pernah dengar…maksudmu keempat hewan mitologi yang posisinya bersesuaian dengan mata angin?”

    “Nah, itu maksudku. Feng memiliki kekuatan dari keempat hewan penjaga tersebut. Black Tortoise of the North, Xuan Wu, dengan elemen air. White Tiger of the West, Bai Hu, dengan elemen logam. Vermillion Bird of the South, Zhu Que, dengan elemen api. Dan terakhir, Azure Dragon of the East, Qing Long, dengan elemen kayu.”

    “Lalu…apa hubungannya dengan kepindahan dirimu ke rumah sakit ini?”

    “Sejak dia menemukan kekuatan itu, aku jadi sakit-sakitan. Setelah ditelusuri, itu karena…aku memiliki kekuatan dari hewan penjaga kelima, Yellow Dragon of the Center, Huang Long, dengan elemen tanah.”

    “Sebentar, sebentar. Aku tidak begitu paham perkara mistis seperti ini. Saudara kembarmu menemukan kekuatan, lalu kamu juga?”

    “Hmm…bisa dibilang teraktivasi secara otomatis, Daleth. Keempat penjuru mata angin selalu berpusat pada satu titik. Seperti halnya kekuatan yang dimiliki Feng, berpusat pada diriku.”

    “Ah…aku mengerti. Jadi, kekuatannya membebani tubuhmu, sehingga kamu berubah sakit-sakitan?”

    “Benar sekali. Dalam sistem lima elemen yang dikenal dengan Wu Xing, elemen tanah, yang merupakan elemen yang dimiliki hewan mitologi Huang Long, memiliki sifat netral, menciptakan keseimbangan energi antara Yin dan Yang. Jika aku tidak ada, mungkin Feng sudah mati sewaktu menggunakan kekuatannya.”

    “Tunggu. Kalau begitu, setiap Feng menggunakan kekuatannya…”

    “Ya, semuanya akan dibebankan pada diriku, membuatku merasa terus kesakitan…”

    “Lalu kenapa dia masih juga menggunakannya?! Itu sama saja dengan menyiksa dirimu!!”

    “Itu karena aku yang memintanya, Daleth. Aku tahu, aku tidak mungkin berkontribusi banyak terhadap negara ini karena banyak sekali larangan yang dibebankan oleh ayah kepadaku. Karena itu…aku memohon pada Feng untuk…”

    “Tidak masuk akal…!! Kenapa dia begitu tega…”

    “Tenang saja. Jika jarak antara Feng dan diriku cukup jauh, aku tidak akan merasa terlalu tersiksa.”

    “Tapi waktu itu…dia menghabisi diriku di kota ini!! Dia sudah tahu akan hal itu, dan dia masih melakukannya?!”

    Huang hanya tertunduk dengan wajah murung, tidak menjawabku. Kurasa waktu itu dia benar-benar merasa kesakitan, tepat saat Feng bertarung denganku. Aku…jadi ikut merasa bersalah.



    Jarum jam terus berjalan, hingga matahari kembali terbenam di barat. Tak lama, Resha kembali. Ng…aku sedikit kangen dengannya…

    “Daleth…? Kamu sudah sadar?!”, Resha langsung berlari ke ranjangku, spontan memeluk diriku. Duh, aku jadi salah tingkah begini…

    Sekarang aku merasa bajuku agak basah. Resha…menangis?

    “H-Hei, tidak usah menangis begitu…”

    “Bagaimana aku tidak menangis…?! Kamu sudah membuatku panik setengah mati!! Tolonglah…jangan membuatku khawatir lagi seperti ini…”

    Beberapa puluh detik Resha meluapkan perasaannya di pelukanku. Melihatnya menangis, tidak ada sepatah katapun yang bisa keluar dari mulutku. Aku hanya bisa memeluk tubuhnya yang kecil itu. Ini pertama kalinya aku melihat air mata Resha mengalir begitu deras.

    “Resha, sekarang Daleth sudah sadarkan diri. Kamu tidak perlu lagi merasa panik.”, sahut Huang.

    “I-Iya…kamu benar.”, perlahan dia menghapus air matanya. “Ng…kalian berdua sudah saling kenal?”

    “Begitulah. Tadi kami sempat mengobrol sebentar.”, jawabku. “Ah iya, barang-barangku ada di mana?”

    “Di bawah ranjangmu.”, Resha mengambilkan satu buah tasku dari bawah. “Semuanya lengkap, khususnya laptop dan sarung tanganmu.”

    Ah, syukurlah. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi kalau kedua barang itu tidak ada. Baiklah, aku akan cek e-mail sebentar.

    Hei, ada e-mail lagi dari kepala penjara!! Dikirim 9 hari yang lalu, saat aku masih di Seihou. E-mail ini memberitahuku agar tidak lari ke Kekaisaran Qing karena kondisi politiknya yang tidak stabil, dan sangat berbahaya bagi orang asing. Bah…terlambat. Aku sudah ada di sini, hei kepala penjara…!! Kenapa tidak kirim e-mail ini 2 atau 3 hari sebelumnya?! Huh…



    Selagi aku membuka laptopku, pintu kamar ini dibuka dari luar, dan…AH!! Itu dia si brengsek yang menghajarku waktu itu!!

    “Oi orang asing!! Kenapa kamu bisa ada di sini?!”, teriak orang itu, Feng Shangdi.

    “Hah?! Ini semua salahmu sampai aku bisa berada di rumah sakit ini!!”, aku balas meneriakinya.

    “Jadi yang kemarin belum cukup, hah?! Masih ingin kuhajar lagi?!”

    “STOP!! Heh, orang gila!! Sekali lagi kamu berani menyentuh Daleth, akan kupatahkan lehermu!!”, Resha mendadak ikut berteriak.

    “Anak kecil tidak usah banyak bicara!! Aku masih ada urusan dengan orang asing itu!!”

    “Sekali lagi…”, Resha meninju perutnya dengan tangan kanan.
    “Kukatakan…”, sekarang dia dihajar dengan siku kiri.
    “Jangan…”, sebuah uppercut kanan dilancarkan.
    “Ganggu...”, wow, dia dibanting.
    “Daleth!!!”, knock out!!
    “MENGERTI?!”, Resha menginjak punggungnya saat dia sudah terkapar di lantai.

    Entah kenapa, secara spontan aku dan Huang malah bertepuk tangan. Sejak dari Maple Country aku memang sudah curiga kalau Resha sebenarnya punya fisik yang cukup kuat.

    “Wow, Resha!! Kamu bisa bela diri?”, tanya Huang.

    “Aku terbiasa hidup sendiri, jadi mau tidak mau aku harus belajar sedikit ilmu untuk mempertahankan diri…hahaha!!”

    “H-Huang…kenapa k-k-kamu malah m-membelanya…”, tanya Feng dengan terbata-bata. Kesakitan, barangkali? Hehehe.

    “Feng, mulai sekarang, aku minta jangan ganggu mereka berdua. Apa kamu mengerti?”

    “B-Baiklah Huang…dan singkirkan kakimu itu, anak kecil…”

    Ternyata Feng benar-benar penurut. Cukup sekali saja Huang memintanya untuk meminta maaf padaku, dia langsung melakukannya. Yah…walaupun terlihat dari wajahnya kalau dia melakukannya setengah terpaksa. Tapi ya sudahlah, sepertinya sudah ada jaminan dari Huang kalau aku dan Resha akan aman selama berada di sini.



    Malam harinya, Feng memaksa agar diijinkan menginap di rumah sakit. Sepanjang sore hingga malam, ketegangan antara Resha dan Feng benar-benar melingkupi ruangan ini. Wajah mereka berdua seakan ingin membunuh satu sama lain.

    Karena kelelahan, tanpa sadar aku tertidur. Beberapa lama kemudian, terdengar suara seperti jendela dibuka…dan suara Huang juga Resha…ada apa sih…?

    Ketika aku membuka mata, mereka berdua…sudah tidak ada!! Jangan-jangan mereka diculik?! Bagaimana bisa? Ini kan lantai 7!! Atau pelakunya menculik mereka lewat jendela? Refleks aku langsung beranjak dari ranjang, melihat keluar jendela.

    “Oi…ada apa ini…berisik sekali.”, kata Feng yang masih setengah sadar, di sofa ruangan ini, di seberang ranjangku.

    “Gawat, Feng. Huang dan Resha tidak ada!!”

    “Hah?! Ke mana mereka?!”

    “Aku juga tidak tahu pastinya. Yang jelas tadi sempat ada ribut-ribut sebentar, lalu…mereka hilang begitu saja setelah aku membuka mata.”

    “Sial!! Ini pasti akal bulus para pemberontak itu…!!”

    “Kalau begitu kenapa Resha juga ikut diculik?! Apa hubungan dia dengan semua ini?!”

    “Mana aku tahu?!”

    Tiba-tiba terdengar suara telepon seluler Feng berbunyi. Dia menjawabnya, lalu bicara dalam bahasa Huaxia, yang tidak kumengerti. Wajahnya berubah kaget, dan dia berteriak memaki-maki orang yang meneleponnya itu.

    “Hei, ada apa? Siapa yang menelepon?!”

    “Argh…gila, ini gila!! Pemberontak sialan!! Dia mengajakku bertarung, dan jika aku menang, mereka berdua akan dilepaskan…”

    “Kamu? Sendirian?! Jangan bercanda…aku ikut!! Nyawa Resha terancam kali ini!!”

    “Hah?! Ini urusan negara!! Orang asing tidak boleh ikut campur!!”

    “Heh, dengar kata-kataku!! Resha juga diculik, dan hanya aku satu-satunya orang yang berhak untuk melepaskannya, mengerti?!”

    “Cih, keras kepala sekali. Terserah kamu saja lah!! Tapi jangan menyusahkanku, oke?!”

    Kuambil satu barang yang sudah pasti bisa digunakan untuk menyelamatkan mereka, sarung tanganku. Di tengah kegelapan malam…aku dan Feng menaiki sebuah helikopter yang sudah disiapkan di atap rumah sakit, terbang menuju tempat yang disebutkan oleh penculiknya, sekitar 120 kilometer sebelah utara kota ini.

    Argh…jika terjadi sesuatu yang buruk pada Resha, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri…




    To Be Continued...


    Judulnya ngingetin gw ke plot ceritanya angel and demon punya dan brown
    I'm living in my own world

  7. #35
    LordTauren's Avatar
    Join Date
    Mar 2007
    Location
    Red Land of Orchis
    Posts
    1,209
    Points
    564.22
    Thanks: 42 / 29 / 21

    Default

    muwahahaha sekarang ****.........

    gw runtut dari awal keqnya gini deh........

    Negara asal daleth = Amerika
    terus ke Alaska yang emank terkenal dengan hutan lindungnya, juga legenda indian tentang serigala di utan cman gw lupa ceritanya apa.....
    berikutnya ke rusia melewati selat bering dari alaska......
    apalagi diliat dari sejarah negrinya yang emank dlu berperang.

    setelah itu ke jepang~
    skarang ke ****....
    koreanya dilewatin????

    klo diurut2 kira2 daleth bakal sampai ke Indonesia ato mala berbelok ke India???

    kwkwkwkwkw da gak sabar nunggu next chap~


    btw FengHuang itu HouOu bukan klo di jepang?
    burung legendaris yang konon membawa kehidupan ke bumi?
    Last edited by LordTauren; 28-09-11 at 15:08.
    From nothing get a thing... And from everything back to nothing

  8. #36
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by kittypurry View Post
    Judulnya ngingetin gw ke plot ceritanya angel and demon punya dan brown
    ew apaan tu gw ga pernah baca

    Quote Originally Posted by LordTauren View Post
    muwahahaha sekarang ****.........

    gw runtut dari awal keqnya gini deh........

    Negara asal daleth = Amerika
    terus ke Alaska yang emank terkenal dengan hutan lindungnya, juga legenda indian tentang serigala di utan cman gw lupa ceritanya apa.....
    berikutnya ke rusia melewati selat bering dari alaska......
    apalagi diliat dari sejarah negrinya yang emank dlu berperang.

    setelah itu ke jepang~
    skarang ke ****....
    koreanya dilewatin????

    klo diurut2 kira2 daleth bakal sampai ke Indonesia ato mala berbelok ke India???

    kwkwkwkwkw da gak sabar nunggu next chap~


    btw FengHuang itu HouOu bukan klo di jepang?
    burung legendaris yang konon membawa kehidupan ke bumi?
    AKHIRNYA !!

    ada yang bisa nangkep jalan cerita keseluruhan

    Korea gw lewatin, gw ga sempet pelajarin (niatnya klo mampir ke Korea, nama negaranya gw ganti Joseon)


    Liberion = U.S.A. (itu pas di ch 6-7, kapal perangnya beneran ada lho yg Alreigh-Burke sama Ticonderoga)
    Maple Country itu Kanada (gw ganti berdasarkan bendera, anyway legenda Silver Wolfnya sebenernya fiktif, imajinasi gw aja)
    Anchorage itu Alaska (klo di dunia real, Anchorage itu ibukotanya Alaska)
    Rusia gw ganti Varangia - Soviet jadi Bolshevik Union (Varangia = suku Viking pertama yg hidup di Rusia, Bolshevik = gerakan revolusi di sana di awal" 1900-an)
    Jepang gw ganti Seihou (Seihou artinya "western", bahkan nama ibukotanya gw ganti jd Nishigyou = western capital, berlawanan sm Tokyo = eastern capital)
    nah
    China gw ganti Qing (berdasarkan nama dinasti terakhir yg berkuasa di China)


    gw ga tau dah membawa kehidupan apa kagak itu Fenghuang
    tapi klo di Jepang memang disebutnya Houou


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  9. #37
    LordTauren's Avatar
    Join Date
    Mar 2007
    Location
    Red Land of Orchis
    Posts
    1,209
    Points
    564.22
    Thanks: 42 / 29 / 21

    Default

    wkwkwkwkw da gw duga~
    salah u sendiri sebutin nama 4 guardian of kyoto jadi ketebak deh~

    sebenernya gw gak mw spoiler sih tp bneran gak ntar si daleth mampir ke indonesia wkkwwkkwkwkw~
    jadi penasaran u ambil setting apa bwat indonesia >.<

    itu kapal perang rusia asli pake reaksi inti fusi hidrogen ???
    bukannya bwat bkin reaktornya aja perlu ukuran yang maha gede ya????
    From nothing get a thing... And from everything back to nothing

  10. #38
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by LordTauren View Post
    wkwkwkwkw da gw duga~
    salah u sendiri sebutin nama 4 guardian of kyoto jadi ketebak deh~

    sebenernya gw gak mw spoiler sih tp bneran gak ntar si daleth mampir ke indonesia wkkwwkkwkwkw~
    jadi penasaran u ambil setting apa bwat indonesia >.<

    itu kapal perang rusia asli pake reaksi inti fusi hidrogen ???
    bukannya bwat bkin reaktornya aja perlu ukuran yang maha gede ya????
    itu kapal lagi" imajinasi sendiri (iyalah masa kapal real bisa ngambang di udara ), ga ada basisnya di sejarah real
    tp rata" kapal induk yg gede" gitu memang pake reaktor nuklir buat penggeraknya (tapi gw ga tau reaksinya fisi atau fusi)

    mampir ga ya ke Indo...
    ga tau deh itu masih rahasia...nantikan saja


    anyway gw baca The Art of War nya Sun Tzu dulu ya baru gw post chapter 11


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  11. #39
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Spoiler untuk Chapter 11 :

    ==================================================
    Chapter 11: Twin Unity ~ Four Cardinals, Five Elements (Part 2)
    ==================================================


    “Hmm…mereka seharusnya ada di sekitar sini.”, Feng mengamati ke bawah, dari dalam helikopter.

    Sekarang aku sedang berada di atas Tembok Besar yang terkenal itu, yang dibangun lebih dari 2000 tahun yang lalu. Orang yang menelepon Feng tadi mengatakan kalau mereka berdua ada di sini. Helikopterpun mendarat tidak jauh dari sebuah gerbang besar di tembok, dan kembali terbang pergi begitu kami berdua turun.

    Gerbang besar itu terbuka…

    Resha dan Huang berada dalam keadaan tangan terikat dan mulut ditutup dengan lakban. Di belakang keduanya ada dua orang perempuan yang memegangi tangan Resha dan Huang, dengan wajah yang bisa dikatakan nyaris sama, berambut hitam dengan style ponytail, dan memiliki tinggi badan sedikit lebih tinggi daripada Huang.

    Di kepala kedua orang itu ada semacam ikat kepala terbuat dari logam dengan lebar antara 10-12 sentimeter. Ikat kepala itu memiliki sesuatu seperti batu permata di tengahnya. Orang yang di belakang Resha berpermata merah, sementara yang di belakang Huang berpermata ungu. Tidak hanya itu, tangan kanan orang yang berpermata merah dan tangan kiri orang yang berpermata ungu itu…seperti tangan cyborg.

    Tebak siapa yang keluar berikutnya? Si ahli genetika brengsek itu, Gregor Crick.

    “Kita berjumpa lagi, teman lama. Tidak kusangka kamu bisa berada di Qing.”

    “Oi orang asing, kamu kenal dia?”, tanya Feng.

    “Anggap saja pernah kenal. Hati-hatilah, dia sangat berbahaya.”

    Bagaimana bisa dia ada di sini?! Bukankah yang menelepon Feng tadi adalah orang Qing dan berbahasa Huaxia? Jangan-jangan…

    “Lepaskan mereka, Gregor!! Sudah cukup apa yang kamu perbuat dengan negara ini!!”

    “Oi, orang asing, aku tidak mengerti kata-katamu…”, sahut Feng.

    “Sederhana saja, Feng. Yang tadi meneleponmu pasti bekerja sama dengan ahli genetika tidak beradab di hadapan kita ini!!”

    “Maksudmu, dia bekerja sama dengan pemberontak?!”

    “Hahaha!! Benar sekali, wahai putra mahkota yang terhormat!! Para pemberontak itu menginginkan senjata yang bisa mengambil alih negara ini dalam waktu singkat, dan…merekalah senjata itu, Alpha Fu Xi dan Omega Nu Wa!!” Gregor mengalihkan pandangannya ke kedua orang semi-cyborg itu.

    “Kurang ajar!! Kamu pasti mempermainkan nyawa orang lain lagi!!”

    “Nyawa? Siapa yang mempermainkan nyawa manusia, hah?! Lihat, mereka masih berada dalam kondisi hidup!! Aku hanya bermain sedikit dengan anggota tubuh mereka…hahaha!!”

    Lagi-lagi perbuatannya tidak bisa kumaafkan. Aku heran, seberapa besar bayaran para pemberontak itu agar dia bisa menciptakan kedua semi-cyborg itu? Dan…sejak kapan proyek pembuatan keduanya dimulai? Bukankah belum lama ini dia baru saja mengejarku di laut? Atau jangan-jangan dia sudah melakukan proyek ini sejak lama?!

    “Aku tidak punya waktu untuk basa-basi. Biar Alpha dan Omega ini yang menghabisi kalian, lalu anak perempuan kaisar, dan juga Destructive Reaper. Sampai bertemu lagi, teman lama!!”, dia langsung melangkah pergi.

    “Alpha, biar aku yang urus ini. Konsentrasilah menjaga mereka berdua, jangan sampai lepas.”, kata yang berpermata ungu.



    Oke, jadi yang berpermata merah adalah Alpha Fu Xi, sementara yang berpermata ungu adalah Omega Nu Wa. Jika benar kalau Gregor hanya memodifikasi sedikit bagian tubuh mereka, berarti keduanya adalah semi-cyborg dan bukan 100 persen robot, masih manusia. Dengan kata lain…astaga, aku tidak boleh membunuh mereka, demi janjiku pada Resha.

    “Jangan bengong saja, orang asing!! Yang satu sedang mengarah kemari!!”

    Omega melompat ke arah kami berdua sambil mengepalkan tangan kirinya yang seperti tangan cyborg itu. Untung saja serangannya meleset, sehingga dia hanya memukul permukaan tanah tempat kami berdiri. Begitu mengenai tanah…BUMMMM!! Muncul lubang di tanah berdiameter hampir 3 meter.

    “Kita tidak bisa buang waktu terlalu banyak. Aku akan menyelamatkan mereka, sementara kamu urus yang sedang menyerang kita.”, kata Feng.

    “Biar aku saja yang menyelamatkan mereka berdua, karena aku bisa bergerak jauh lebih cepat. Kamu tahan sebentar cyborg yg menyerang kita ini. Bagaimanapun juga…kecepatan adalah esensi dari peperangan, bergeraklah di saat yang tidak terduga. Benar begitu?”

    “Hei, pernah baca The Art of War?”

    “Pernah. Yang tadi kukatakan ada di bab sepuluh, aku yakin anak kaisar sepertimu pasti tahu. Baiklah, Photonic Velocity, set up!!”

    Dengan kecepatan cahaya, dengan mudah dapat kulepaskan mereka berdua dan membawa mereka ke jarak yang aman, tanpa disadari oleh semi-cyborg yang satu lagi, Alpha.

    “Kalian berdua tidak apa-apa?”, tanyaku saat sudah kulepaskan mereka.

    “Ah, kamu lama sekali!!”, seru Resha.

    “Jadi kamu memilih untuk dicincang kedua cyborg itu?”

    “Sudah, kalian berdua jangan ribut. Daleth, cepat bantu Feng. Sepertinya dia kesulitan menghadapi kedua orang itu.

    “ARRRRGGHH!!!”, Feng berteriak kesakitan karena terpental sekitar 4 meter akibat pukulan tangan kiri Omega. Langsung saja kuhampiri dia.

    “Oi, kenapa kamu tidak mengeluarkan kekuatanmu?!”

    “Hah?! Tentu saja aku tidak bisa, orang asing bodoh!! Apa Huang tidak menceritakan apapun padamu?!”

    Ah iya, aku ingat. Kekuatan yang dimiliki Feng akan membebani Huang, dan beban tersebut akan bertambah jika mereka berdua berada cukup dekat seperti ini. Argh, sial…ini berarti sama saja dua lawan satu!!



    Mendadak Alpha muncul di belakangku, lalu melancarkan kepalan tangan kanannya padaku. Untung saja masih sempat kutahan dengan Energy Barrier, sementara Feng sempat melompat agak jauh dariku. Namun…begitu dia gagal melakukan pukulan telak padaku, sasaran Alpha langsung beralih ke…

    Dan…BUMMMMM!!

    Mereka…kena…? Ini tidak mungkin…INI TIDAK MUNGKIN!! Aku belum mau kehilangan Resha sekarang!!

    Tunggu. Cahaya apa itu…? Ada magic circle berwarna kuning keemasan dengan simbol Yin-Yang di tengahnya, dan simbol naga mengelilinginya. Apa Resha mengeluarkan kemampuan manipulasi ruang-waktunya? Tapi seingatku Resha tidak pernah mengeluarkan magic circle seperti itu. Jangan-jangan…Huang?!

    Heavenly Jade Shield, Huang Long!!

    Perisai dari batu giok?! Bagaimana bisa Huang…bukankah selama ini dia berada dalam kondisi sakit-sakitan? Apa tubuhnya kuat untuk menahan aliran energi elemen tanah, yang merupakan Bumi itu sendiri?

    “Oi, Huang!! Terlalu berbahaya untuk mengeluarkan kekuatanmu seperti itu sekarang!!”, seru Feng sambil menangkis tendangan dari Omega.

    “Tidak apa-apa, Feng!! Ini semua karena Resha!! Kamu tidak perlu takut untuk menggunakan kekuatanmu secara maksimal!!”

    Eh? Resha? Apa hubungannya dengan kekuatan Huang?!

    “Heh, Feng, cepat turuti kata-katanya!! Aku tidak mungkin menghadapi keduanya sendirian!!”, lagi-lagi Alpha menghajarku dengan tangan kanannya, dan sempat kutahan dengan Energy Barrier.

    Feng masih terlihat ragu, namun perlahan dia mencoba sesuatu…

    Solid Offensive, Bai Hu!!”, serangan yang waktu itu, dengan ratusan pedang muncul di sekitarnya, lalu terbang mengarah langsung ke Alpha dan Omega.

    Lagi-lagi tangan cyborg yang dimiliki keduanya berhasil menepis semua pedang serangan Feng. Metodenya sama, membuat udara bergetar dengan kepalan tangan, sehingga pedang-pedang itu jatuh ke tanah. Hmm…aku mulai paham cara kerjanya, mirip dengan Atomic Vibration yang kumiliki.

    ‘Kenali dirimu, kenali musuhmmu, maka kau akan mampu menghadapi ratusan peperangan tanpa bahaya’, itu yang tertulis dalam bab 3 The Art of War. Berarti…aku harus mengetahui bagaimana caranya melakukan serangan balik pada mereka berdua.



    “Ah!! Aku mengerti!!”

    “Hei, ada apa denganmu orang asing? Sudah mulai kehilangan akal sehatmu?!”

    “Aku sudah mengerti cara menghadapi serangan mereka!!”

    “Bagaimana cara--- whoaaa!!”, Feng melompat menghindari serangan Omega.

    “Pernah tahu mengenai interferensi gelombang?”, aku juga melompat untuk menghindari Alpha.

    “Ya, ada dua jenis, konstruktif dan destruktif. Lalu?”

    “Apa jadinya jika ada dua gelombang dengan amplitudo dan frekuensi yang sama, tapi memiliki beda fasa 180 derajat, berosilasi satu sama lain?”

    “Interferensi destruktif!! Kedua gelombang akan saling menetralkan…!”

    “Yap, betul sekali.”, lagi-lagi Alpha melancarkan kepalan tangan kanannya begitu aku selesai menjawab Feng. Sekali lagi kutahan dengan Energy Barrier, namun kali ini secara otomatis sarung tanganku akan mengukur seberapa besar frekuensi dan kekuatan getarannya. Begitu serangan berikutnya dilancarkan…

    Atomic Vibration, 180 Degrees Reverse Phase!!”

    Tangan kananku berbenturan dengan tangan kanan Alpha, dan…benar dugaanku, tidak ada getaran hebat yang terjadi. Namun, karena material sarung tanganku adalah yang terkeras di Bumi, lebih dari berlian, maka tangan kanan Alpha mengalami kerusakan, terlihat sedikit retak.

    “Hebat juga, orang asing!! Bagaimana sekarang kalau kamu hajar juga yang sejak tadi mengejarku ini…?!”

    “Bereeeesss…!! Heyaaaahhhhhhh…!!!”

    Knock out. Kedua semi-cyborg itu tidak bisa lagi menggunakan tangan cyborg nya. Tunggu. Permata di kepala mereka mengeluarkan suara…

    Auto Regeneration. System on.

    Kerusakan pada tangan cyborg mereka pulih dengan cepat. Retakan-retakan kembali tertutup sempurna. Bisa jadi…itu yang mengendalikan mereka.

    “Feng, konsentrasilah menghancurkan ikat kepala logam di kepala mereka!!”

    “Itu kelemahan mereka? Ha!! Baiklah!! Blazing Hand, Zhu Que!!”, tangan kanan Feng diselimuti api yang menyala-nyala.

    “Ingat, jangan bunuh mereka, karena keduanya masih manusia. Akan lebih berguna jika mereka bisa dimanfaatkan untuk negaramu.”

    “Tentu saja. Bab tiga, benar begitu?”

    “Ha!! Ingatanmu cukup bagus, Feng.”, lalu kualihkan pandanganku ke arah Huang. “Huang!! Bisa bantu kami berdua dalam pertahanan? Perisai giokmu yang tadi sepertinya cukup untuk menahan serangan mereka!!”

    Huang mengangguk, memberi tanda kalau dia siap. Di sekitarku dan Feng sekarang ada beberapa perisai dari batu giok, sehingga kami berdua bisa berkonsentrasi dalam melancarkan serangan.

    “Feng, siap?”

    “Kapanpun, orang asing!!”

    Keduanya kembali bangkit, kali ini masing-masing tangan cyborg mereka berubah bentuk menjadi semacam pedang…dari cahaya? Beam sword?!

    Gerakan mereka menjadi makin cepat, namun untunglah perisai-perisai yang dibuat Huang bergerak otomatis untuk menahan serangan mereka, seperti layaknya drone yang biasa kulihat di beberapa game komputer ber-genre strategi. Manuver-manuver gerakan yang mereka lakukan juga makin sulit untuk ditebak, beberapa kali seranganku dan Feng meleset. Mereka harus dihentikan secepat mungkin, sebelum tenaga kami terkuras habis.

    Sekarang Feng berusaha untuk terus bergerak bersebrangan denganku. Eh? Apa maksudnya…ah, aku mengerti!!

    Beberapa kali manuver serangan terus dilancarkan, dan pada satu titik, mereka berdua tepat berada di tengah-tengah, di antara diriku dan Feng.

    “Feng, ikat mereka!!”

    Movement Restriction, Qing Long!!”, sulur-sulur tanaman merambat dan mengikat mereka berdua.

    “Sekarang!!”

    Kami berdua mengarahkan kepalan tangan kanan tepat ke kepala mereka berdua. Tanganku mengenai ikat kepala Omega, sementara tangan Feng yang menyala-nyala itu mengenai ikat kepala Alpha. Kali ini, benar-benar knock out. Keduanya langsung lemas dan tidak sadarkan diri begitu ikat kepalanya hancur.



    “Hahaha…kerja bagus, orang asing.”, Feng terduduk di tanah, terlihat lelah.

    “Kamu juga. Tidak kusangka seorang anak kaisar bisa bertarung sebaik tadi.”

    Tunggu. Aku baru menyadari sesuatu…kenapa sejak tadi bahu kiriku tidak terasa sakit sama sekali?

    “Bagaimana, Daleth? Sudah mengerti apa yang dilakukan Resha?”, Huang tiba-tiba sudah berada di belakang kami berdua, diikuti Resha.

    “Jangan bilang kalau itu manipulasi ruang-waktunya…”

    “Ya, itu benar, namun belum seratus persen tepat. Resha, apa aku yang harus mengata---“

    “E-E-Eh…jangan…”, Resha memberi isyarat supaya Huang tetap diam, dengan wajah yang benar-benar merah.

    “Kalian berdua bicara apa sih…aku tidak mengerti.”, sahut Feng.

    “Jadi begini…”, Huang membisikkan sesuatu pada Feng.

    “Ooo, begitu rupanya. Orang asing yang satu ini…memang kurang sensitif…hehehe.”

    “Heh, apa yang kalian bicarakan?! Ini ada hubungannya denganku kan? Kenapa tidak memberitahu…?”

    “Resha punya kekuatan untuk memanipulasi ruang-waktu. Benar?”, tanya Huang.

    “Ya, benar. Lalu?”

    “Kekuatannya itu selalu dipicu oleh emosi berlebihan.”

    “Betul, betul.”

    “Dan…yang tadi dilakukannya adalah memanipulasi ruang agar seluruh konsentrasi energi bisa mengalir dengan lancar, untuk itulah tubuhku tidak terbebani ketika Feng melakukan serangan. Dia bahkan menghentikan waktu pada saraf-saraf di bahumu agar tidak terasa sakit. Tentu saja hanya aku yang bisa merasakannya, karena hanya elemen tanah yang paling sensitif terhadap kondisi ruang-waktu.”

    “Oh, jadi begitu. Eh? Bagaimana bisa? Dia tidak sedang marah atau semacamnya…”

    “Huh…kamu ini. Jika manipulasi ruang-waktunya bersifat suportif, berarti emosi yang memicunya adalah emosi positif…mengerti?”

    “Oi, Resha, apa yang terjadi padamu sih?”, tanyaku penasaran.

    “Sebenarnya, begitu kamu datang, Resha merasa---“, ujar Huang.

    “Aaaaahhh!! H-H-Huaaang!! S-Sudah cukup!!”, Resha terlihat panik dan wajahnya berubah merah.

    “Sepertinya perlu waktu lama sampai orang asing itu sadar, Huang.”, sahut Feng.

    “Hahaha…ya sudah lah, mungkin memang belum saatnya Daleth mengetahui semuanya. Suatu hari nanti…mungkin?”, Huang tersenyum.



    Berhubung intervensi Liberion ternyata sudah sampai ke negara ini, aku dan Resha harus keluar dari sini secepatnya. Setelah dua hari lagi beristirahat di Qing sekaligus memeriksa bahu kiriku lebih lanjut, kamipun bersiap untuk berangkat. Sekitar jam 8 pagi saat kami akan pergi.

    “Sayang sekali kalian harus pergi sekarang. Padahal kupikir kalian bisa membantuku menghadapi para pemberontak itu.”, ujar Feng saat mengantar kepergian kami.

    “Itu tidak mungkin, Feng. Aku tidak mau mencampuri urusan negaramu lebih dalam lagi. Dan terima kasih sudah melunasi biaya pengobatanku.”

    “Huh…kalau bukan Huang yang memintanya, aku juga tidak akan---“

    “Heh, sudah diam.”, Huang menjewer telinga kiri Feng. “Kalian yakin tidak mau dikawal oleh tentara Qing sampai perbatasan?”

    “Oh, itu tidak perlu.”, jawabku. “Kami bukan tamu negara atau semacamnya…baiklah, kami mohon pamit.”

    “Hati-hatilah di jalan. Jaga Resha baik-baik yah.”

    “Jaga diri kalian juga baik-baik. Dan…jadilah pemimpin yang baik untuk bangsa kalian. Selamat jalan.”



    Esok harinya, kira-kira pada waktu siang, kami beristirahat di salah satu kedai di pinggir jalan. Selagi menunggu pesanan, aku mengambil koran yang disediakan di dekat meja kami, koran berbahasa Anglia.

    “Hmm…’Para Ahli Ramal Istana Diusir, Putri Huang Kembali ke Istana.’ Hei Resha, sepertinya kondisi keluarga kekaisaran sudah pulih.”

    “Mana coba kulihat…ah iya, sepertinya benar. Tunggu, ini kan…yang mendonorkan darahnya padamu waktu itu!!”, Resha menunjuk foto seseorang yang berada di sebelah kiri Huang, pria setengah baya.

    “Ini…kaisar Yu Shangdi, kaisar Qing!! Jadi kaisar sendiri yang mendonorkan darahnya padaku?! Kenapa kamu tidak bilaaaaaang?!”

    “Lho, aku mana tahu kalau dia itu kaisar Qing?! Penampilannya benar-benar sederhana, ditambah lagi dia tidak dikawal siapapun waktu itu…”

    “Lalu bagaimana sampai dia mau mendonorkan darahnya padaku?”

    “Waktu itu aku benar-benar panik sampai menangis, dan tiba-tiba saja dia duduk di sebelahku dan bertanya ada apa…lalu menawarkan mendonorkan darahnya begitu saja, karena golongan darahnya sama denganmu.”

    “Eh? Cuma itu? Lalu ada urusan apa kaisar pergi ke rumah sakit? Ingin menemui Huang?”

    “Yah, bisa jadi. Dia bilang kalau ingin menemui anak perempuannya, tapi waktu itu aku tidak tahu kalau dia kaisar. Namun…begitu selesai mendonorkan darah, dia langsung pergi, sambil berkata kalau dia harus menyelesaikan urusan di tempatnya bekerja, baru dia bisa menemui anaknya.”

    Ah, aku mengerti. Bisa jadi waktu itu kaisar ingin menemui Huang untuk meminta maaf padanya. Namun…dia sadar, di istana ada hal yang harus dibereskan, yaitu mengusir semua orang yang membuatnya membenci Huang selama ini, para peramal istana. Dan akhirnya, mereka bisa berkumpul kembali.

    “Ke mana kita setelah ini?”, tanya Resha setelah menelan sepotong bebek Peking.

    “Aku juga belum tahu. Tapi yang jelas aku ingin ke tempat yang lebih damai, aku sudah cukup muak dengan pertarungan waktu itu…”

    “Hmm, bagaimana kalau ke arah tenggara? Republik Bharata sepertinya tempat yang bagus untuk liburan…aku mau naik gajah di sana…!!”

    “Oke, oke. Tapi jangan salahkan aku kalau kamu sampai diinjak gajah…ahahaha…”



    Kuharap kata-kata Resha benar, tempat itu bisa menjadi tempat yang bagus untuk relaksasi. Aku sendiri…belum pernah menginjakkan kakiku di Republik Bharata sebelumnya.



    ================================

    Spoiler untuk Trivia :

    • Fu Xi - Nu Wa = yang nyiptain manusia dari tanah liat menurut Chinese myth
    • The Art of War...udah tau kan siapa yang nulis?
    • Huang Long = Yellow Dragon of the Center (kalo yang empat lainnya yg bisa dikontrol Feng kan menurut mata angin semua)

    Last edited by LunarCrusade; 26-12-11 at 23:35.


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  12. The Following 3 Users Say Thank You to LunarCrusade For This Useful Post:
  13. #40
    LordTauren's Avatar
    Join Date
    Mar 2007
    Location
    Red Land of Orchis
    Posts
    1,209
    Points
    564.22
    Thanks: 42 / 29 / 21

    Default

    let me see

    Fu Xi sama Nu Wa itu klo gak salah Adam dan Hawa versi china kan???
    nama yg cocok bwat android yg cman ada 2 sebelom diproduksi massal da gtu ce co lagi

    baca buku Sun Tzu??
    gw jg sih tp da lama bgt tp msh inget beberapa.... :P
    gw kira u bkal masukin masive war antara pemberontak vs pemerintah ga taunya cman duel = 3=
    agak kecewa sih coba u mskin smua furinkazannya pasti lebih seru

    FurinKazan, literally "Wind, Forest, Fire and Mountain", was the battle standard used by the Sengoku period daimyo Takeda Shingen, quoting chapter 7 of Sun Tzu's The Art of War: "Move as swift as a wind, stay as silent as forest, attack as fierce as fire, undefeatable defense like a mountain."


    Rep Bharata = Thailand kah?
    From nothing get a thing... And from everything back to nothing

  14. #41
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by LordTauren View Post
    let me see

    Fu Xi sama Nu Wa itu klo gak salah Adam dan Hawa versi china kan???
    nama yg cocok bwat android yg cman ada 2 sebelom diproduksi massal da gtu ce co lagi

    baca buku Sun Tzu??
    gw jg sih tp da lama bgt tp msh inget beberapa.... :P
    gw kira u bkal masukin masive war antara pemberontak vs pemerintah ga taunya cman duel = 3=
    agak kecewa sih coba u mskin smua furinkazannya pasti lebih seru

    FurinKazan, literally "Wind, Forest, Fire and Mountain", was the battle standard used by the Sengoku period daimyo Takeda Shingen, quoting chapter 7 of Sun Tzu's The Art of War: "Move as swift as a wind, stay as silent as forest, attack as fierce as fire, undefeatable defense like a mountain."


    Rep Bharata = Thailand kah?
    massive war ntar ada chapternya, tapi bukan di sini

    yep, Fu Xi sama Nu Wa bisa dibilang begitu (walau lebih mirip sama myth Deukalion klo di Greek myth)
    TAPI
    perhatikan yang bener, di sini KEDUANYA CEWEK (sengaja, males gw cowo banyak" )

    NAH

    gw sebenernya sempet kepikiran quote "Move as swift as a wind, stay as silent as forest, attack as fierce as fire, undefeatable defense like a mountain." itu jadi salah satu scene
    tapi kok malah ngga jadi keketik ya ga tau dah a


    Bharata = India (nama resminya India itu Bhārat Gaṇarājya)
    Last edited by LunarCrusade; 03-10-11 at 14:52.


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  15. #42
    LordTauren's Avatar
    Join Date
    Mar 2007
    Location
    Red Land of Orchis
    Posts
    1,209
    Points
    564.22
    Thanks: 42 / 29 / 21

    Default

    oowwh bharata itu india ya...
    **** jg gw gak sadar itu bahasa sansekerta padahal gw suka baca buku2 agama budha XD
    keqnya gak jadi ke Indo nih XD
    klo gtu boleh usul ke Indonya bwat bonus chap aja klo smua da kelar bwat liburan gtu
    kan Bali terkenal bwat surga hiburannya kwkwkwkwkwk~

    ya udah gw tunggu chap 12nya deh
    From nothing get a thing... And from everything back to nothing

  16. #43
    kittypurry's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    Wherever Katy is
    Posts
    1,633
    Points
    219.05
    Thanks: 102 / 70 / 49

    Default

    @TS : Kok stop?????? Biasanya rutin ada VM
    I'm living in my own world

  17. #44
    sawi's Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    Indonesia
    Posts
    324
    Points
    849.50
    Thanks: 21 / 6 / 6

    Default

    Keren nih cerita chapaternya tambahin ko
    Thx

  18. #45
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Sori telat update, lagi sibuk banyak tugas + ngurusin seminar (pra-skripsi) + pelajarin FL Studio 10 buat bikin lagu (sebenernya lebih banyak ngabisin waktu ngubek" FL Studio) *ditabok*

    Spoiler untuk Chapter 12 :

    ================================================== ==
    Chapter 12: Poorest Among the Poor ~ The Angel’s Prayer (Part 1)
    ================================================== ==



    “Ahahaha...menyenangkan sekali tadi.”, ujar Resha setelah beberapa belas menit menunggangi gajah di kebun binatang setempat.

    “Untung saja Huang memberikan cukup uang padamu. Kalau tidak…kita tidak akan bisa liburan seperti ini.”

    “Tentu saja. Kalau aku tidak punya uang, aku tidak akan menyarankan untuk berlibur di sini.”

    “Oke, sekarang sudah tengah hari…bagaimana kalau kita makan?”

    Sekarang kami sedang berada di kota Muziri, negara bagian Keralam, pantai tenggara Republik Bharata. Sebuah negara yang kaya akan budaya, dan sejauh yang kutahu, hanya Kepulauan Hindia yang bisa menandingi kekayaan budaya negara ini.

    Berlibur di sini membuatku bisa menenangkan diri. Sejak melintasi jalur yang menembus pegunungan tertinggi di planet ini, yang kami lakukan benar-benar bersantai dan menikmati hal-hal yang ada di sini, mulai dari makanan, tempat wisata, hingga kebudayaan setempat. Tentu saja, tanpa terusik oleh orang-orang dari Liberion.



    “Baiklah, bagaimana kalau kita mencari hotel untuk menginap di sini?”, ujarku saat kami sudah selesai makan di sebuah kedai kecil.

    “Oke…tapi nanti malam jangan lupa keluar lagi untuk cari makan…hehehe.”

    “Bah…yang di pikiranmu hanya makan saja…aku heran kenapa tubuhmu tetap kecil walau makanmu banyak.”

    Hmm, menurut brosur wisata kota ini, hotel terdekat dengan kualitas baik letaknya sekitar 500 meter dari sini. Baiklah, akan kucoba ke sana.

    Beberapa belas meter berjalan, aku mendengar suara seorang laki-laki, berteriak meraung-raung. Tapi aku tidak tahu apa yang dikatakannya, karena dia berteriak dalam bahasa Sanskrit yang merupakan bahasa resmi negara ini, selain bahasa Anglia yang merupakan bahasa kedua di sini.

    “Resha, dengar itu?”

    “Sepertinya dari…”, Resha memutar arah pandangannya 90 derajat ke kiri. “…sana!!”, tangan kirinya menunjuk sebuah gang sempit.

    Gang ini benar-benar kotor, lembab, dan gelap. Oh, satu lagi, gang ini sangat bau. Kurangnya intensitas cahaya matahari dan tingkat kelembaban yang tinggi membuat gang ini ditumbuhi banyak lumut. Tidak hanya itu, permukaan tanahnya sangat becek, jadi aku harus lebih berhati-hati dalam menapakkan kaki. Ada kotak tempat sampah besar berwarna hijau terbuat dari logam di sebelah depan kiriku. Suaranya…dari sekitar situ.

    Benar saja, di balik tempat sampah itu…ada seorang pria tua, tubuhnya sangat kurus. Tidak ada sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya. Kondisinya…benar-benar parah. Mengenaskan. Kulit di sekujur tubuhnya sudah rusak, terkadang terlihat bagian kulit yang mengelupas, luka-luka, dan bintil-bintil. Parahnya lagi, di tangan kirinya ada luka besar yang menganga, dikerubungi lalat, dan…ada beberapa belatung di situ. Tidak heran dia meraung terus-menerus. Aku tidak tahu sudah berapa lama dia berada di sini…

    Argh. Manusia kejam mana yang tega meninggalkan orang ini di sini??!!

    “Resha!! Cepat cari bantuan!! Kondisinya sudah sangat parah!!”

    Dia bergegas lari keluar gang, mencari bantuan.

    “Sabarlah Tuan, aku akan membawa Tuan ke rumah sakit.”, aku berusaha menenangkannya, walau aku tidak yakin dia mengerti kata-kataku.

    Ah, itu dia Resha. Ada seseorang berpakaian suster mengikutinya. Mungkin dari biara dekat sini? Dari warna kulitnya, jelas dia bukan orang Bharata.

    “Ya Tuhan. Siapa yang tega meninggalkan pria malang ini di sini?!”, suster yang berkulit putih itu terkejut.

    “Aku juga tidak tahu, suster. Yang jelas pria ini harus segera dibawa ke rumah sakit terdekat.”

    “Rumah sakit terdekat jaraknya masih 10 kilometer dari sini, Tuan. Aku takut akan terlambat…”

    Astaga. 10 kilometer…? Kondisi pria ini sudah sangat parah. Jika dibiarkan lebih lama lagi, maka bisa-bisa dia…argh. Tidak boleh, aku tidak bisa membiarkan hal itu.

    “Umm…bagaimana kalau pria malang ini dibawa ke biara saja? Kami punya tempat untuk menampung mereka.”

    “Ah, oke, oke. Masih jauhkah dari sini?”

    “Hanya sekitar 200 meter saja.”



    Tanpa basa-basi kugendong pria tua itu di punggungku, lalu kami bergegas lari ke biara yang dimaksud suster tersebut. Sepanjang perjalanan, pria tua itu…terus meraung kesakitan.
    Kompleks biaranya cukup besar, dengan arsitektur kuno yang bisa jadi merupakan peninggalan era kolonial ketika negara ini masih dijajah Anglion. Ada beberapa bangunan yang tertangkap pandanganku. Di dekat gerbang besi pintu masuk biara, aku melihat sebuah gereja, luasnya kira-kira 500 meter persegi, menurut tebakanku secara kasar. Di belakangnya, kira-kira berjarak 20-25 meter dari bangunan gereja, ada sebuah bangunan lagi, sedikit lebih besar. Kami diminta membawa pria tua itu ke dalamnya. Masih ada beberapa bangunan lagi, namun aku tidak tahu apa fungsinya.

    Begitu aku masuk…astaga. Ini sama sekali tidak pantas untuk merawat pria tua ini!!

    “Suster, jangan main-main!! Bagaimana bisa tempat ini digunakan untuk merawat orang-orang sakit?!”

    “M-Maaf, Tuan, kondisi keuangan kami akhir-akhir ini memang sangat tidak mencukupi untuk memperbaiki tempat ini…namun jika pria ini dibiarkan lebih lama lagi…”

    Di dalam bangunan ini ada puluhan tempat tidur yang disusun berderetan, dengan beberapa orang yang terlihat sakit berbaring di beberapa ranjang. Hanya terlihat 3-4 ranjang yang kosong. Lebih parahnya lagi, semua orang dengan penyakit APAPUN ditaruh di dalam satu ruangan. Astaga.

    Argh, bagaimana ini?! Jika tidak diambil langkah cepat, bisa-bisa pria ini…

    Kubaringkan pria tua itu perlahan di sebuah ranjang yang kosong, letaknya di pojok kiri depan, jika berpatokan dari arah pintu masuk. Baiklah, tidak ada pilihan lain. Setidaknya harus ada pertolongan yang diberikan pada pria tua ini.

    “D-Daleth…bagaimana ini…”, Resha terlihat ingin menangis.

    “Resha, tenanglah. Aku akan melakukan sesuatu untuknya.”, kupalingkan wajahku ke suster tadi.

    “Suster, bisa tolong ambilkan pinset? Ah iya, jangan lupa juga disinfektan, obat luka, kapas, perban, plester, kain bersih, dan air hangat.”

    “O-Oke, oke. Akan kuambilkan.”, suster itu bergegas keluar.

    “Resha…”, kugenggam kedua tangannya.

    “I-I-Iya…? K-Kenapa?”, wajahnya berubah merah.

    “Aku mohon bantuanmu. Sepertinya tidak mungkin aku serahkan penanganan pria ini sepenuhnya pada suster itu, ataupun pada biara ini. Begitu suster itu kembali membawa semua yang kubutuhkan…kita obati pria ini. Oke?”

    “B-Baiklah…”

    “Kamu takut? Merasa jijik?”

    “Bukan begitu, Daleth…aku hanya…orang setega mana yang membiarkannya di sana dalam kondisi seperti ini…”

    “Aku juga heran…namun sekarang bukan saatnya menyalahkan orang lain. Nyawa pria ini harus ditolong sesegera mungkin, setidaknya agar kondisinya tidak bertambah parah.”

    Resha mengangguk, wajahnya terlihat penuh keyakinan. Suster itupun kembali, membawa semua yang kubutuhkan.



    “Resha, kamu siap?”

    “Ya, aku siap.”

    “Suster, bantu aku menenangkan pria ini. Aku tidak bisa bicara bahasa setempat…jadi sulit untuk membuatnya mengerti apa yang akan kulakukan.”

    “B-Baiklah.”, jawabnya.

    Perlahan kuusap bagian-bagian permukaan kulit pria tua itu dengan kain bersih dan air hangat, untuk membersihkan partikel-partikel berat seperti pasir atau tanah yang menempel di luka-lukanya. Sesekali dia mengerang menahan sakit. Dengan sigap suster-suster lain datang dan membantu mengganti air hangat jika kubutuhkan. Tubuh orang tua ini…kotor sekali. Aku tidak bisa membayangkan infeksi separah apa yang sudah merusak kulitnya.

    “Sekarang…Resha, siramkan sedikit cairan disinfektan ke…sini.”, kutunjuk luka di tangan kirinya, yang digerogoti beberapa belatung.

    Resha sama sekali tidak terlihat takut, apalagi merasa jijik. Dengan sigap dia menuangkannya perlahan, membuat belatung-belatung itu berjatuhan. Begitu sebagian besar makhluk-makhluk menjijikkan itu rontok, aku ambil yang masih tersisa dengan pinset, secara perlahan.
    Kuminta lagi sebuah baskom dengan air hangat, lalu mencampur beberapa mililiter disinfektan ke air hangat, untuk membersihkan bakteri ataupun mikroorganisme patogen lain yang berada di permukaan kulitnya yang sudah rusak itu. Beberapa kali pria tua itu lagi-lagi mengerang, menahan sakit. Bagian-bagian kulitnya yang kritis sudah sepenuhnya dibersihkan, dan sekarang saatnya mengoleskan obat luka di beberapa luka yang menganga cukup besar. Untuk yang ditumbuhi bintil-bintil, aku tidak berani melakukan apapun selain mengusapkan campuran air hangat dan disinfektan. Lebih baik ditangani oleh ahli spesialis kulit, karena aku tidak yakin bintil apakah itu sebenarnya.

    Hampir 1 jam aku mengobati pria tua yang malang itu, dan sekarang bagian-bagian lukanya sudah ditutup dengan plester dan kapas, lalu diperkuat dengan perban. Akhirnya…orang tua itu sudah terlihat lebih tenang. Dia juga berusaha tersenyum padaku dan Resha, walau terlihat masih sedikit menahan sakit. Mungkin dia ingin berterima kasih.

    “Huff….akhirnya.”, aku terduduk lemas.

    “Ahaha…aku sempat deg-degan tadi…”, Resha langsung mengambil posisi telentang di lantai.

    “Aku salut padamu, Resha. Kamu tidak terlihat takut sama sekali.”

    “Hehe…jelas dong. Apa kamu tidak ingat sewaktu di Maple Country?”

    Ah iya…waktu itu Resha bilang kalau dia ingin menolong sebanyak mungkin orang, dimanapun kami berdua berada. Kurasa itulah yang membuatnya tidak merasa takut. Baiklah, sepertinya aku harus segera membersihkan diri.

    “Suster, boleh kami menumpang sebentar untuk membersihkan diri?”, tanyaku.

    “Boleh, boleh. Tentu saja boleh. Akan kutunjukkan kamar mandinya.”



    Beberapa belas menit kemudian, setelah aku selesai menyegarkan diri, suster itu mengajak kami berdua ke dapur. Ternyata dia menawari makanan. Tentu saja…Resha tidak menolak. Bah, dasar tukang makan. Dia langsung melahap beberapa potong roti yang disediakan.

    “Terima kasih untuk pertolongan kalian berdua. Suster lain sudah menelepon ke rumah sakit untuk memanggil dokter yang bisa memeriksa kondisi pria malang itu lebih lanjut. Aku sendiri mungkin akan panik jika aku yang menemukannya…”

    “Yah, itu juga hanya kebetulan saja kok. Sewaktu kami melewati gang tadi…ada suara. Dan ternyata asalnya dari pria tua itu.”, kataku.

    “Kalian berdua dari mana?”

    “Mmfff…k-kami…n-nyamhh…dari…”, Resha berusaha menjawab.

    “Heh, telan dulu, baru bicara. Kami berdua dari Liberion.”

    “Ow, dari Liberion. Pasti kalian sedang berlibur…maaf sudah mengganggu liburan kalian berdua.”

    “Oh, tidak masalah, suster. Lagipula…bisa menolong seseorang bukan sebuah gangguan buat kami.”, sahut Resha.

    Suster itu memperkenalkan dirinya, suster Agnes, usia 21 tahun. Asalnya dari Sqhiperia, sebuah negara di utara Helenos. Aku tidak tahu banyak mengenai negara asalnya, namun Helenos sangat terkenal karena peradaban kunonya yang tinggi dan memiliki kisah-kisah mitologi yang sangat terkenal di seluruh dunia. Dia datang ke Bharata sekitar 3 tahun lalu, setelah mempelajari bahasa Anglia di sebuah institut di Eire, sebuah negara pulau yang terletak di sebelah timur Anglion.

    Selagi kami bicara, ada yang masuk ke ruangan dapur, seorang pria berkacamata, sudah cukup tua. Kelihatannya dia bukan orang asli Bharata. Posturnya cukup pendek, menurut pengamatanku hanya beberapa sentimeter lebih tinggi dari Resha. Rambut putihnya sudah menipis, dengan janggut dan kumis yang masih terlihat cukup subur. Nada bicaranya tidak seperti si beruang tua Igor Gvozdev yang sering bicara keras-keras dan tertawa, orang tua yang satu ini terlihat jauh lebih santun dan tenang. Beberapa kali dia melontarkan pertanyaan, untuk mengetahui asal usul kami berdua.

    “Ah…jadi kalian dari Liberion. Aku jadi teringat, kalau donatur tetap yang sering menyumbang ke biara ini juga berasal dari sana. Namun sejak dua tahun lalu, dia dikabarkan sudah tewas.”, kata bapa Thomas, orang tua itu, yang merupakan kepala biara di sini.

    “Sayang sekali…padahal bantuan orang itu pasti sangat dibutuhkan biara ini…”, sahut Resha.

    “Begitulah, anakku. Namun…jika Tuhan berkehendak lain, kita tidak bisa berbuat banyak.”

    “Boleh saya tahu, apa yang menyebabkan dermawan itu tewas?”, tanyaku.

    “Kalau tidak salah, ada sebuah kecelakaan di suatu laboratorium di Liberion sana, dan dia ikut menjadi korban.”

    Eh…? Laboratorium? 2 tahun lalu? Tunggu. Jangan-jangan…

    “Bapa Thomas, apakah laboratorium itu…terletak di University of Liberion?”

    “Ya, ya, benar sekali Nak. Kamu tahu tempat itu?”

    Astaga. ASTAGA!! Tempat itu…yang dua tahun lalu kuhancurkan!! Di tengah amarahku yang menyala-nyala karena mengetahui kalau sarung tangan itu akan digunakan sebagai senjata pemusnah untuk militer, aku menghabisi semua orang di situ, sekaligus menghancurkan laboratorium…

    “Hei, Daleth, ada apa?”, tanya Resha yang melihatku berubah gemetaran dan mengucurkan keringat dingin.

    “E-Eh? Eh? T-Tidak, tidak apa-apa. Ya, saya tahu tempat itu, bapa Thomas. Sebelumnya itu memang tempat saya berkuliah.”, jawabku dengan gemetaran.

    ARGH!! Jadi…secara tidak langsung, aku yang membuat orang-orang di sini menderita?! Aku yang…

    “Kamu terlihat pucat…ah, mungkin kamu terlalu lelah. Baiklah, kuijinkan kalian untuk beristirahat di sini satu dua hari. Seingatku masih ada satu kamar yang kosong. Suster Agnes, tolong tunjukkan tempat yang bisa mereka gunakan.”

    “Baik, bapa Thomas. Kalian berdua, ikut aku.”



    Sepanjang hari itu, aku terus diliputi perasaan bersalah, selera makanku hilang, terkadang aku tertunduk lesu, bahkan kakiku terasa sangat lemas untuk dipakai berjalan. Berlanjut hingga malam hari, membuatku tidak bisa tidur.

    “Daleth, ada apa sih denganmu?”, tanya Resha padaku, yang sedang terduduk lemas di luar pintu kamar.

    “Tidak apa-apa.”

    “Jangan berbohong. Seingatku, kamu hanya pernah satu kali seperti ini, yaitu sewaktu di Liberion, sebelum waktu eksekusi.”, dia duduk di sebelah kiriku.

    “Sudah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku hanya…”, kutertunduk lesu.

    “Ini semua…tentang kata-kata bapa Thomas tadi kan? Sewaktu di Seihou, kamu pernah cerita mengenai kejadian dua tahun lalu itu.”

    Keheningan tercipta di antara kami selama beberapa detik, begitu Resha berhasil menebak dengan tepat mengenai apa yang menggangguku sepanjang hari ini. Mungkin…kalau Resha yang kuberitahu…

    “Ya…kamu benar. Kemungkinan besar, orang yang memberikan bantuan pada biara ini…aku yang me---“

    Resha mengambil posisi berlutut, lalu memelukku...permukaan tubuhku dapat merasakan hangatnya temperatur tubuhnya. Sesekali dia membelai kepalaku dengan tangannya yang kecil itu. Berada dalam pelukannya…membuatku merasa nyaman. Sejenak bebanku terasa hilang.

    “Daleth, itu sudah berlalu. Buang segala perasaan bersalahmu itu. Bukankah kita sudah setuju untuk menebus kesalahan kita? Aku yakin kita berada di sini bukan kebetulan semata…”

    “Kamu benar. Mungkin…kita sengaja dikirim ke tempat ini oleh Tuhan sendiri.”

    Resha melepaskan pelukannya lalu menatapku. “Itu baru Daleth yang kukenal. Jangan sering-sering murung seperti ini ya, merepotkanku saja…”, wajahnya berubah sedikit merah.

    “Ahaha…oke, oke. Maaf kalau begitu.”

    Di tengah keheningan malam seperti ini, gendang telingaku menangkap frekuensi suara dari arah bangunan yang digunakan untuk merawat orang-orang sakit itu. Aku langsung berdiri dan melangkahkan kakiku ke sana, diikuti Resha. Hmm…para suster terlihat sibuk menangani pasien, yang terlihat kedinginan.

    “Ah, kalian rupanya. Maaf kalau kericuhan ini membuat kalian terbangun.”, sahut suster Agnes.

    “Oh, tidak apa-apa, suster. Ini…ada apa ya?”, tanyaku.

    “Suhu ruangannya terlalu rendah, membuat beberapa pasien merasa kedinginan. Yah…selalu begini setiap malam, apalagi kami tidak punya uang untuk membeli pemanas ruangan…”

    “Daleth, kamu…bisa melakukan sesuatu kan?”, Resha menarik lengan bajuku.

    “Urusan mudah. Tunggu di sini ya, aku akan mengambil sarung tanganku.”

    Dalam tempo tidak sampai 2 menit, aku sudah kembali dengan membawa sarung tanganku.

    “Itu…benda apa?”, tanya suster Agnes.

    “Tenang saja. Ini bisa digunakan untuk membantu menghangatkan ruangan ini.”

    Baiklah, akan kugunakan Photon Blaster. Akan kuatur frekuensinya hingga masuk dalam rentang frekuensi microwave.

    Photon Blaster. Microwave shift. Charge up.

    Perlahan, seluruh ruangan menjadi lebih hangat karena foton dengan frekuensi gelombang mikro yang berpropagasi ke arah-arah yang kutembakkan. Cukup dengan beberapa menit saja, para pasien sudah merasa nyaman karena suhu ruangan yang sesuai.

    “W-Wow…i-ini seperti sebuah keajaiban.”

    “Ini hanya sains sederhana, suster. Cara kerjanya hampir sama dengan microwave yang biasa digunakan untuk menghangatkan makanan.”

    “Kalian…benar-benar seperti diutus Tuhan ke tempat ini…terima kasih banyak. Semoga Tuhan selalu memberkati kalian.”

    “Tidak usah sungkan, suster Agnes. Lelaki yang satu ini, meski terkadang menyebalkan, sebenarnya cukup cerdas dan siap membantu kapan saja.”, sahut Resha.

    “Ahaha…ya sudah, karena masalah sudah selesai, aku permisi dulu. Besok hari Minggu, akan ada misa.”



    Selama beberapa saat terlintas sesuatu di pikiranku. Jika Resha tidak ada, cinta tidak akan terwujud di antara sepasang kekasih. Jika Resha tidak ada, sepanjang hari aku hanya akan beradu mulut dengan orang yang rela meninggalkan keluarganya demi negara. Jika Resha tidak ada, mungkin seniorku masih tetap memanipulasi kehidupan. Jika Resha tidak ada, aku pasti sudah mati dibunuh anak kaisar. Jika Resha tidak ada…seumur hidup aku akan terus menjadi pencabut nyawa.

    Mungkin…Resha lebih pantas menyandang julukan dengan kata “malaikat” di dalamnya, bukan diriku...




    TO BE CONTINUED



    =================================

    Spoiler untuk Trivia :

    • Bharata = you-know-what...udah gw post sih alias nama" negaranya
    • Muziri = Muziris, kota kuno di sebelah barat daya *Bharata-di-dunia-nyata*, sekarang namanya Kodungallur.
      Kota tsb adalah salah satu kota pelabuhan tua yang sempet jadi tempat perdagangan kekaisaran Romawi dgn orang" India. http://en.wikipedia.org/wiki/Kodungallur
    • Keralam = negara bagian dimana ada kota Muziri tsb http://en.wikipedia.org/wiki/Kerala
    • Kenapa ada yang namanya "bapa Thomas" di sini? Karena St. Thomas adalah salah satu apostle (rasul) yang menyebarkan kekristenan di India, dan pertama kali mendarat di...Muziris.
    • Suster kita, suster Agnes, didasarkan pada figur mother Teresa sewaktu muda. (nama aslinya: Agnes Gonxha Bojaxhiu)
      Dibilang asalnya dari Sqhiperia kan? Sqhiperia = Albania dlm bahasa setempat (dan keluarga dari sosok aslinya memang berasal dari situ)
      Yah...walaupun sosok aslinya sih melayani di Calcutta...jauh banget dr Kerala
    • Eire = Ireland (di biografi sosok aslinya, dia sempat belajar di situ sebelum ke *Bharata-di-dunia-nyata*)
    • Berarti udah tau dong Helenos itu negara apa?

    Last edited by LunarCrusade; 27-12-11 at 03:40.


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  19. The Following 2 Users Say Thank You to LunarCrusade For This Useful Post:
Page 3 of 8 FirstFirst 1234567 ... LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •